Review Sabrina (2018) : "Yang Katanya" Spin-off The Doll 2


Sutradara : Rocky Soraya

Penulis Skenario : Riheam Junianti, Fajar Umbara

Pemain : Luna Maya, Christian Sugiono, Sara Wijayanto, Jeremy Thomas, Rizky Hanggono, Asri Handayani, Richelle Georgette Skornicki

Genre : Horror





Okay, sebelum Gue membahas film "Sabrina" lebih dalam, let's face the truth : Gue belum pernah menonton film "The Doll" dan "The Doll 2" yang merupakan film utama dari "Sabrina", jadi sebelum membeli tiketnya Gue punya sedikit kegelisahan soal "Sabrina". Bukan mikirin "kira-kira bakal ngerti jalan ceritanya atau engga ya?", Bukan. Tapi mikirin mana yang lebih seram, "The Doll 2" atau "Sabrina"?
Tak butuh waktu lama untuk bercerita, Rocky Soraya langsung mengajak penonton ke inti permasalahan.
Andini (Asri Handayani) tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Ia tampak berbeda, tatapannya seperti menandakan bahwa Ia sedang dirasuki oleh sesuatu, hal-hal aneh terjadi dengan begitu cepat hingga Andini berubah menjadi sosok yang lain. Suaminya, Arka (Rizky Hanggono) khawatir dengan kondisi sang istri yang kian memburuk, bahkan dokter pun tak bisa mendiagnosa penyakit yang diderita istrinya, untuk itulah ia memanggil orang pintar untuk menangani kasusnya tersebut. Filmnya kemudian bercerita tentang Maira (Luna Maya) yang baru saja menikah dengan Aiden (Christian Sugiono), pemilik perusahaan mainan ternama. Aiden membuat boneka Sabrina edisi kedua khusus untuk Maira untuk mengenang anaknya yang sudah meninggal (dimana anaknya itu sangat menyukai boneka Sabrina edisi pertama). Disisi lain, anak angkat sekaligus keponakan Aiden, Vanya (Richelle Georgette Skornicki) masih belum bisa merelakan kepergian ibunya, Andini. Vanya melakukan permainan "Pensil Charlie" untuk memanggil ibunya, namun kejadian-kejadian aneh mulai terjadi, Maira mengalami serentetan kejadian menakutkan dari boneka Sabrina.



Karena Gue belum pernah nonton "The Doll 2", awalnya Gue mencoba untuk menganggap "Sabrina" sebagai sebuah film stand-alone, mencoba untuk menerima cerita yang disuguhkan tanpa banyak berfikir "ini apa?" "Itu siapa?" dan "Ini kok gitu?".
Barulah setelah menonton filmnya Gue pun mencari informasi seputar film "The Doll 2" yang ternyata juga dibintangi oleh Luna Maya sebagai karakter utamanya, bercerita tentang boneka Sabrina first edition, juga menghadirkan sosok Bu Laras yang diperankan oleh Sara Wijayanto sebagai paranormal pengusir setan. Lantas, pantaskah "Sabrina" disebut sebagai sebuah spin-off jika ternyata cerita yang disuguhkan merupakan cerita lanjutan dari karakter utama di film sebelumnya?

Gue bisa bilang bahwa "Sabrina" punya potensi untuk menjadi sebuah film yang seram, namun lagi-lagi potensi tersebut dilepeh oleh teknik promosi dan jump scare yang diobral murah kepada penonton, sehingga menjadikan "Sabrina" sebagai film horror yang datar dan tidak seram. Ditilik dari film-film horror yang rilis di tiga bulan terakhir, "Sabrina" memang berada dibarisan paling atas. "Sabrina" punya niat untuk bercerita, menampilkan karakter-karakter yang punya alasan untuk dicintai oleh penonton, tak mengeluarkan dialog-dialog yang tak penting untuk diucapkan dan punya gambar-gambar yang enak untuk dilihat. Masih banyak plot hole memang, namun latar belakang karakter-karakter yang dihadirkan mampu mengikat penonton untuk tetap fokus ke arah layar bioskop.

Rasa mencekam yang dihadirkan "Sabrina" memang sempat terasa diawal namun harus hilang karena penampakan yang muncul membuat badan ini tidak bergetar sedikitpun, selain adegan-adegan penting itu sudah diobral dalam trailernya, jump scare yang dihadirkan pun sangat mudah untuk ditebak. Adegan ditepi pantai yang sudah diperlihatkan dalam trailer seperti memberi ancang-ancang kepada penonton untuk bersiap-siap melihat kaki Luna Maya akan ditarik oleh sesuatu dari dalam lubang pasir, hal yang seharusnya tidak usah dipertontonkan dalam trailer jika memang "Sabrina" benar-benar ingin menakut-nakuti penonton. Lalu adegan korek api, adegan yang sudah bisa ditebak pasti bakal ada setannya, sangat membosankan dan hampir membuat Gue tertidur lelap di bioskop, tapi karena sayang dengan uang yang sudah dikeluarkan, Gue mencoba untuk tetap bertahan dengan mengunyah 2 permen karet yang ada di saku celana.
Seperti yang sudah Gue bilang diatas, teknik promosi yang dilakukan pihak studio demi menarik perhatian banyak penonton merupakan boomerang tersendiri bagi "Sabrina". Adegan-adegan kemunculan Andini yang seharusnya creepy malah menjadi useless dan tidak memberikan rasa mencekam sedikitpun, walaupun takjub dengan special make-upnya, tetap saja ketika Andini muncul dari luar jendela tidak membuat Gue takut sedikitpun karena Gue sudah menonton trailernya terlebih dahulu sebelum pergi ke bioskop.
Gue tidak terlalu memperdulikan apa kata orang tentang "Sabrina", ada yang bilang The Conjuring-wanna-be atau Annabelle-wanna-be Gue tetap tidak peduli, film horror mainstream macam "Sabrina" masih tetap bisa dinikmati dengan asik asal elo enggak nonton trailernya.



Hadirnya Sabrina edisi kedua ini tidak membawa pengaruh besar terhadap cerita, hanya dijadikan sebagai benang merah dalam film yang diberi label sebagai sebuah spin-off. Boneka Sabrina sejak awal juga tidak membawa pengaruh besar terhadap atmosfir yang dihadirkan, dia cuman ngedip, ngelirik, hilang dari tempatnya lalu tiba-tiba sudah berada dibelakang Maira, lagi-lagi sebuah trik klise yang tidak bisa ditangani dengan baik oleh Rocky. Gue malah merasa untuk urusan menakut-nakuti, "Kuntilanak" barunya Rizal Mantovani lebih berhasil bikin bulu kuduk ini merinding.
Lupakan sejenak boneka Sabrina yang menjenuhkan itu, setelah Maira dan Aiden diterror oleh sederet penampakan hantu Andini, mereka berdua datang ke rumah Bu Laras yang dulu sempat membantu Maira dalam film "The Doll 2". Menonton adegan pengusiran setan yang dilakukan Bu Laras ternyata lebih asik dan bikin mata melek ketimbang ngikutin boneka Sabrina yang suka pindah-pindah tempat, apalagi ketika tahu bahwa sosok dibalik hantu Andini adalah anak iblis bernama Baghiah yang juga suka pindah-pindah tempat ke tubuh manusia lain. Ini satu-satunya yang Gue suka dari "Sabrina", adegan dimana Maira kerasukan Bhagiah. Bukan karena ada tusuk-tusukan dan darah, Gue pernah melihat tusukan-tusukan yang lebih sakit dan darah yang mengalir lebih deras dari pada itu, Gue suka ketika terror yang dihadirkan menjadi lebih intensif ketika Maira menjadi buas, memegang pisau sambil berkata "Mati! Mati! Mati!" dan tiba-tiba muncul dibalik tiang, berlari secepat mungkin mengejar mangsanya. Rasanya Gue perlu berterima kasih kepada Luna Maya, setidaknya setelah dijejali penampakan-penanpakan murahan di awal film, Gue bisa juga merasakan sensasi deg-degan ketika melihat Maira kesurupan yang sayangnya tidak berlangsung lama.



Konsep bagus saja tidak cukup untuk membuat sebuah film horror, apalagi untuk "Sabrina" yang punya konsep mainstream. Menjejali penonton dengan jump scare klise tanpa ada niat sedikitpun untuk memperlihatkan bahwa adegan-adegannya itu seram, yang penting setannya muncul kemudian selesai. Padahal untuk menakut-nakuti penonton menggunakan jump scare itu dibutuhkan pembangunan atmosfir yang bertujuan untuk membuat suasana semakin mencekam, permainan psikologis agar pikiran penonton kacau dan kesabaran untuk mendapatkan timing yang pas sebelum setannya dimunculkan. "Sabrina" bukan hanya pantas dimasukkan ke dalam daftar film horror yang membosankan, tetapi juga harus dimasukkan ke dalam daftar film horror yang mudah dilupakan. Menonton trailer "Sabrina" ternyata lebih mengasyikkan dibanding menonton keseluruhan filmnya.


Rate : 2/5

Comments

  1. Bagian yg paling gak gue suka itu ketika maen pensil charlie siang siang dihalaman sekolah alias tempat outdor dan liat anak kecil banyak terus ketawa ketawa gaje, lucu? GAK SAMA SEKALI! Terus ada juga yg andini muncul siang siang, apa bgt si hahaha tapi intinya masih ok lah ya dari pada Jailangkung 2 wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenarnya permainan pensil charlie nya aja lucu sih, manggil setannya gampang banget, apakah pensilnya khusus atau ada ritual dulu sebelum manggil kita gak tau, lagian manggil setan kayaknya gampang banget wkwkw
      Andini muncul siang2 pas kapan? Pas dipantai?

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj