Review The Origin of Santet (2018) : Dibintangi Kelly Brook, Bangkitkan Horror Mesum di Indonesia?

Sutradara : Helfi Kardit

Penulis Skenario : Helfi Kardit, Maruska Bath

Pemain : Kelly Brook, Marcelino Lefrandt, Ayu Dyah Pasha, Jazz Ocampo, Bali Nadeya Cutrain, Ray Sahetapy, Tien Kadaryono

Genre : Horror





Tak ada habisnya memang jika membahas film horror Indonesia, apalagi pada zaman penjajahan yang dulu sempat membuat penonton geleng-geleng kepala tak habis pikir kok cari duit sampai segitunya?, bukan karena gagal dalam membuat tontonan yang berkualitas (atau setidaknya menghibur), namun beberapa filmmaker Kita pada masa itu memang tidak memikirkan sedikitpun kualitas film yang mereka buat, yang penting film Gue laku. Ada masa dimana perindustrian horror lokal dipenuhi film dengan plot tumpang tindih dan acak-acakan plus plothole bertebaran yang membuat penonton ingin menampar si penulis skenarionya, masa dimana nama sutradara produktif Nayato dan produser kontroversial KKD mendominasi perfilman tanah air dengan karya-karya busuknya, padahal ada nama Chiska Doppert, Findo Purwono HW, Arie Azis dan masih banyak lagi yang turut menyumbangkan film-film tak layak tonton pada waktu itu, tapi duo Nayato-KKD lah yang selalu disebut-sebut sebagai bencana terburuk yang pernah kita dapat dalam perindustrian film tanah air, apakah disini masih ada yang mengharapkan kolaborasi duo KKD-Nayato? Jika iya, maka Saya lebih sudi nongkrong di dalam WC umum pasar becek sambil makan goreng tempe ketimbang harus menonton film buatan mereka berdua.

Selain memiliki plot ala kadarnya, film horror pada masa itu kebanyakan juga punya penjudulan yang amburadul bin menyesatkan, rasanya Saya tidak perlu memberikan contoh judul film yang dimaksud karena hanya akan membuat kepala ini terasa pening dan kleyengan (Bila masih penasaran, silahkan lihat beberapa judul yang Gue maksud dalam review "Arwah"), plus dengan berbagai kontroversi kacangan yang dijadikan sebagai ajang panjat pamor agar filmnya laku di pasaran. Masih ingat dengan aksi tabok-tabokan antara mendiang Jupe dengan lawan mainnya Depe dalam "Arwah Goyang Karawang" (yang lagi-lagi terbantu oleh kontroversi penjudulan) dan kemudian berganti judul menjadi "Arwah Goyang Jupe-Depe?" atau kontroversi dari film "Mr. Bean Kesurupan Depe" dengan tagline maha dahsyatnya, Datangnya Komedian Dunia Memancing Ratu Penggoda, Inilah Aksi Gila Dewa Komedi Yang Dipelet Dewi Goyang Gergaji yang pada kenyataannya, hanya menampilkan Mr. Bean kawe bernama William Ferguson? Saya hanya bisa tertawa sambil mengelus-ngelus dada, KOK CARI DUIT SAMPAI SEGITUNYA?

Hal lain yang juga sering dilakukan oleh orang-orang yang mengaku sebagai filmmaker (btw, pantaskah sebutan itu Kita sematkan untuk Mereka?) pada masa itu ialah membuat film horror dengan sederet adegan syur yang tidak membuat Saya tegang sedikitpun. Serius, Saya tidak tegang ketika melihat Lia Ladysta 'Trio Macan' ehem-ehem bareng Andreano Philip dipinggir kolam renang dalam film "Dendam Pocong Mupeng", apalagi Saya dihadapkan dengan kenyataan bahwa bagian perut Lia nampak bergelambir penuh lemak, benar-benar adegan mesum yang menghilangkan hawa nafsu penontonnya. Untung saja, pasangan yang sedang dimabuk asmara itu tidak bertahan lama karena keburu bertemu dengan ajalnya, Rini yang diperankan oleh Lia terjatuh dari loteng dengan kepala tepat mendarat terlebih dahulu di lantai dan Andi yang diperankan oleh Andreano tiba-tiba tersengat kabel listrik hingga kulitnya hitam legam, mungkin adegan meninggalnya kedua sejoli ini cocok bila dijadikan sinema Dzolim yang sedang viral belakang ini.

Selain Lia Ladysta, para produser juga tak kalah saing dalam menggaet para artis yang rela buat buka-bukaan di depan kamera untuk bermain dalam film horror yang kemudian Kita sebut saja sebagai "film horror bau kancut", dari yang lokal hingga internasional, dari Andi Soraya sampai artis JAV Maria Ozawa.
Ya, film yang akan Saya bahas kali ini "The Origin of Santet" bukanlah film horror lokal pertama yang dibintangi oleh artis "panas" luar negeri, sebelumnya tercatat Rin Sakuragi bermain dalam film "Suster Keramas" (juga disutradarai oleh Helfi), Sola Aoi dalam film "Suster Keramas 2", Miyabi dalam "Hantu Tanah Kusir", Tera Patrick dalam "Rintihan Kuntilanak Perawan", Sasha Grey dalam "Pocong Mandi Goyang Pinggul", dan Vicky Vette dalam "Pacar Hantu Perawan". Kini Helfi Kardit yang mana juga punya peranan penting dalam pembangunan film horror era dungu lewat "Suster Keramas", "Setan Facebook" dan "Arwah Goyang Jupe-Depe" kembali membuat sebuah film horror yang dibintangi aktris panas luar, lalu apakah "The Origin of Santet" akan kembali membangkitkan tren film horror bau kancut dalam perindustrian film Kita?




Berbeda dengan nama-nama yang saya sebutkan sebelumnya, Kelly Brook ini bukanlah orang yang berkecimpung dalam industri penuh lendir, Ia merupakan seorang aktris, model dan presenter yang kemudian menjadi sex symbol karena kemolekan tubuhnya, Ia juga terpilih menjadi Wanita Terseksi Di Dunia Tahun 2005 versi majalah FHM, bagi yang sudah menonton Piranha 3D-nya Alexandre Aja, pasti tahulah dengan sosok Kelly, atau tidak usah Saya jauh-jauh mendeskripsikan bagaimana sosok artis asal Inggris ini, tinggal googling saja namanya, dan Kalian akan tahu bagaimana kekhawatiran Saya soal Kelly main dalam film horror lokal. Saya takut kehadiran Kelly hanya dijadikan sebagai "ajang jualan" t*te depan kamera, walaupun memang t*tenya yang super gede itu tidak bisa disembunyikan ketika bermain dalam "The Origin of Santet", namun hal yang paling Saya takutkan dari semua ini adalah bangkitnya era film horror bau kancut lewat partisipasi Kelly dalam film horror lokal.

Berprasangka buruk itu memang tidak baik, termasuk dengan berfikir bahwa "The Origin of Santet" ini adalah film horror bau kancut, nampaknya niat baik Helfi Kardit untuk berubah, terbukti lewat "The Origin of Santet". Selamat kepada para penonton! "The Origin of Santet" bukanlah film horror bau kancut. No drama, no bullshit dan patut untuk diapresiasi.
Dalam film ini, Kelly akan berperan sebagai Laura, ibu dari Aliyah (Artis Filipina, Jazz Ocampo) dan Kelly (Bali Nadeya Curtain) yang datang ke Indonesia bersama suaminya Rendy (Marcelino Lefrandt) karena Ayah mertuanya, Dharma (Ray Sahetapy) meninggal bunuh diri. Hal aneh juga menimpa pada Ibu Rendy (Tien Kadaryono) ketika Ia mengalami muntah kaca hingga belatung dan bertingkah seolah-olah Laura dan anak-anaknya harus pergi dari rumah tersebut. Walaupun ceritanya terlihat simpel dan mudah ditebak, hal penting yang telah Helfi dan Maruska Bath lakukan sebagai penulis skenario adalah dengan membuat Kelly Brook sebagai bintang utama, bukan bintang tamu yang hanya sesekali lewat, keputusan dengan membuat film ini 80% berbahasa Inggris memang rasanya tepat dilakukan. Kelly yang sejatinya bukanlah artis kelas Oscar dapat bermain cukup baik walaupun dalam beberapa titik terlihat kurang maksimal, namun perannya sebagai seorang ibu yang mencoba menjaga kedua anaknya bisa terselesaikan dengan baik, disisi lain Marcelino nampak kesulitan ketika Ia harus beradu akting menggunakan bahasa Inggris, rautan emosi yang dihasilkan sejujurnya tidak bisa didapatkan dengan begitu baik namun hal itu tidak terlalu mengganggu keasyikan Saya ketika menonton film ini. Dalam keheningan yang dirundung rasa kekhawatiran ketika menonton "The Origin of Santet", Saya malah dikejutkan dengan fakta lain bahwa film ini juga tidak menampilkan hal-hal bodoh yang patut untuk ditertawakankan, tidak ada jump scare 3 detik sekali, tidak ada adegan tangan yang ingin meraba pundak protagonis Kita, tidak ada orang-orang yang tiba-tiba muncul dari belakang sebagai jump scare tipuan, kali ini Helfi benar-benar tahu kapan hantunya harus dimunculkan, dan disaat yang tepat jump scare-jump scare tersebut berjalan dengan sangat efektif, ya lagi-lagi walaupun mudah ditebak tapi tetap membuat Saya terkaget-kaget kok.




Jangan pernah membandingkan "The Origin of Santet" dengan film horror lokal nomor wahid tahun ini "Sebelum Iblis Menjemput" atau dengan film bertema serupa "Kafir" karena "The Origin of Santet" akan terlihat seperti sebuah sinetron yang ada di tv sebelah, konfliknya memang klise namun mampu disusun dengan cukup rapih, ini adalah kemajuan yang besar bagi Helfi Kardit karena Ia telah membuat film horror di jalur yang benar. "The Origin of Santet" tahu betul akan pembangunan atmosfir, walaupun tidak sampai membuat bulu kuduk merinding, aura creepy dari sudut-sudut rumah dan landscape pegunungan di sore hari dijadikan momentum untuk membangun kegelisahan penonton, dibanding dengan mengumbar adegan-adegan inti yang menjadi titik permasalahannya, "The Origin of Santet" lebih terfokus pada pembangunan konflik dan penggalian karakter yang nantinya berujung pada kepedulian penonton akan pemeran utama Kita, hasilnya? Ketika "The Origin of Santet" melempar setiap adegan seramnya tidak pernah gagal membuat Saya ketakutan karena Saya telah masuk ke dalam jiwa para karakternya.




"The Origin of Santet" merupakan kasus langka, dimana sutradara yang pernah membuat film seram macam "Pocong 2", "Keramat" serta "Mirror" kali ini malah membuat film-film horror lembek, salah satunya malah Saya katakan sebagai film horror terburuk (read : "Bisikan Iblis"), namun berawal dari niat untuk berubah dengan membuat film horror yang seram, cerita klise yang mudah ditebak itu mampu Helfi Kardit olah sedemikian rupa untuk menepis segala tuduhan bahwa "The Origin of Santet" adalah film busuk yang pantas masuk tong sampah. Jika masih saja ada orang yang menanggap "The Origin of Santet" sebagai film bau kancut yang busuk, Saya katakan sekali lagi bahwa "The Origin of Santet" merupakan film horror yang berbeda dari film Helfi sebelumnya, walaupun tak luput dari berbagai nilai minus terutama third act-nya yang mengecewakan, juga dengan keputusan untuk menambah embel-embel "The Origin" pada judulnya seminggu sebelum filmnya dirilis, karena jelas kata "Origin" tidak perlu ditambahkan, rasanya itu tetap tidak bisa mematahkan fakta bahwa "The Origin of Santet" telah membuat Saya tersenyum lebar ketika keluar dari dalam bioskop, petanda bahwa film ini merupakan film horror yang benar-benar baik dan tidak pantas ada di dalam tong sampah depan rumah Saya. Well, good job Helfi and team!


Rate : 3/5

Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review Homeward (Evge) (2019) — EOS 2020

Review Eden Lake (2008)

Review Mata Batin 2 (2019) : Film Horror Berisik Yang Mengusik

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018