Review When a Stranger Calls (1979)

Sutradara : James Walton

Penulis Skenario : Steve Feke, James Walton

Pemain : Charles Durning, Carol Kane, Colleen Dewhurst, Tony Beckley, Carmen Argenziano

Genre : Horror, Thriller





*Mengandung Beberapa Spoiler*

Gue adalah salah satu orang yang mengagumi film horror klasik, terutama dari tahun 70-an sampai 80-an, dari film kelas Oscar macam The Exorcist, film blockbuster macam Jaws sampai film kelas B macam Aligator, menurut gue film horror klasik lebih mengerikan dari pada film horror modern, bukannya mau men-cap film horror modern tidak seram, namun kebanyakan film horror sekarang lebih bergantung pada trik jump scare tanpa memperdulikan perasaan penonton, menampilkan puluhan jump scare dalam suasana yang kurang pas, tensinya aja belum dapet jump scare-nya udah dilempar ke penonton, setan yang muncul tiba-tiba dengan sound yang menggelegar bikin telinga ini sakit, terkadang ngagetin memang tapi hanya untuk sesaat, selepas itu hilang. Padahal unsur untuk menakuti penonton bukan hanya bertumpu pada seberapa banyak jump scare yang dilemparkan kepada penonton. Kebanyakan film horror klasik benar-benar tau bagaimana membuat penonton ketakutan tanpa mengandalkan banyak jump scare, mereka membangun suasana perlahan lewat scoring yang bikin bulu kuduk merinding, make-up jadul yang mungkin terlihat biasa saja jika dibandingkan dengan spesial efek jaman sekarang, tapi jujur spesial efek tahun 80-an memang yang terbaik menurut saya, efek jijiknya itu melekat sampai sekarang, film seperti "City of the Living Dead", "Day of the Dead" dan "Bad Taste" benar-benar punya spesial efek yang bikin gue gak nafsu makan berhari-hari, walaupun efek filmnya "menjijikan" tapi film-film tersebutlah yang berada dalam daftar "film bagus menurut gue". Sebenarnya definisi bagus itu relatif, sama kayak kata cantik, menurut gue dia cantik tapi belum tentu menurut elu kan? Jadi semuanya kembali ke masalah selera.


Kembali lagi ke film horror klasik dan film horror modern, sekarang ini banyak film-film horror klasik yang didaur ulang oleh para filmmaker Hollywood, bukan hanya film klasik Amerika yang di-remake, tapi mereka juga menarik film-film luar negeri seperti "The Ring"-nya Jepang, "A Tale of Two Sisters"-nya Korea Selatan sampai "Martyrs"-nya Perancis untuk masuk ke dalam dapur daur ulang mereka, tentu mereka berharap bisa meraup pundi-pundi dolar yang melimpah. Namun bagaimana hasilnya? Secara komersil kebanyakan remake berhasil, namun secara kualitas kebanyakan jauh dibawah film aslinya.
"When a Stranger Calls" juga jadi salah satu "korban" ketidak kreatif-an filmmaker yang cuma pengen cari untung doang, film arahan Fred Walton ini di-remake pada tahun 2006 dengan judul yang sama. Sedikit curhat, dulu remake film ini sering ditayangin disalah satu stasiun televisi swasta, namun karena waktu tayangnya terlalu larut (buat ukuran anak sd kayak gue loh ya, jam 10 itu udah malem banget haha) jadi gue gak pernah nonton remake film ini. Lupakan remake dari "When a Stranger Calls" karena kali ini gue bakal ngasih sedikit "ulasan" gue tentang film aslinya yang dirilis di tahun 1979 silam. For your information, "When a Stranger Calls" awalnya merupakan sebuah film pendek yang juga karya Fred berjudul "The Sitter" (1977), yang diangkat dari urban legend "The Babysitter and the Man Upstairs", setelah film "Halloween" booming ditahun 1978 Fred pun melihat peluang untuk membuat film pendeknya menjadi film panjang, jadilah "When a Stranger Calls".


Malam itu benar-benar sunyi, seorang wanita muda bernama Jill Johnson (Carol Kane) sedang berjalan di sebuah komplek perumahan. Sampailah ia ke rumah besar milik pasangan Mandrakis, dimana ia akan bekerja sebagai babysitter menjaga anak-anak Mandrakis selagi mereka pergi keluar untuk menghadiri sebuah acara. Malang benar nasib Jill malam itu, ia menjadi sasaran terror orang tak dikenal yang meneleponnya berkali-kali dan menanyakan apakah ia sudah mengecek anak-anak Mandrakis yang sedang tertidur pulas di kamar mereka. Sepertinya pekerjaan menjadi babysitter di tahun 70-an benar-benar bukan ide yang bagus untuk mencari uang, setelah Laurie Strode yang diterror oleh Michael Myers dalam "Halloween" kini giliran Jill yang mendapatkan terror ketika ia sedang bertugas menjaga anak-anak. Fred benar-benar tahu bagimana harus membuka filmnya, membangun tensi secara perlahan dengan memperlihatkan sudut-sudut rumah yang gelap diiringi scoring mencekam karya Dana Kaproff, dan tanpa banyak dialog antara Jill dan si "stranger", pembukaan "When a Stranger Calls" benar-benar mengerikan, dering telepon yang makin lama semakin keras efektif membuat suasana semakin menegangkan. Gue bisa merasakan apa yang Jill rasakan, terjebak dalam situasi yang tidak diinginkan. Fred tidak ingin terburu-buru dalam membuka filmnya, ia ingin membuat penonton menunggu dering telepon selanjutnya sambil berharap-harap cemas, mengkhawatirkan nasib protagonis kita.


Fred sukses besar telah membuat salah satu opening film horror paling menyeramkan sepanjang masa, dimana opening film ini menginpirasi opening film "Scream" karya Wes Craven. Lalu apa yang terjadi setelah 20 menit yang mengerikan itu? Diluar dugaan, filmnya benar-benar berubah haluan, tidak ada lagi terror lewat telepon karena kita akan berada di tujuh tahun setelah kejadian yang meneror Jill, dimana si "stranger" yang bernama Curt Duncan (Tony Beckley) ini telah kabur dari rumah sakit jiwa dan kemudian diburu oleh petugas kepolisian John Clifford (Charles Durning). Singkat cerita, Curt telah ditangkap oleh polisi setalah meneror Jill lewat telepon pada malam itu dan berakhir dengan dijebloskannya ke dalam rumah sakit jiwa, kenapa engga ke jeruji besi? Karena psikologis Curt memang mengalami gangguan, sama kayak kisah Michael Myers gitu. Menonton "When a Stranger Calls" itu sama seperti menonton "Full Metal Jacket"-nya Stanley Kubrick, punya dua materi dan tujuan yang berbeda dalam satu film, paruh pertama dari "Full Metal Jacket" bercerita tentang para marinir yang mengikuti latihan di suatu camp pelatihan perang, sedangkan paruh keduanya bercerita tentang para marinir yang sekarang sudah lulus mengikuti pelatihan dan sedang berperang di Vietnam, dua tone yang berbeda ini jelas menggulingkan apa yang sudah dibangun diparuh pertama. Ketika gue udah ngerasa nyaman sama terror yang diberikan Fred di 20 menit pertama, tiba-tiba filmnya berubah menjadi petak umpet antara John dan Curt, dimana Curt diceritakan sudah tidak punya apa-apa, yang ia bisa lakukan hanya berlari dan bersembunyi, ini benar-benar bertolak belakang dengan apa yang gue lihat di paruh awal, gue seperti disuguhkan dengan cerita baru dan "dipaksa" untuk mencerna cerita baru tersebut. Meskipun agak sedikit membosankan di pertengahan, beruntunglah Fred karena berkat scoring Dana Kaproff setidaknya gue masih bisa sedikit merasakan atmosfir yang ada di paruh awal film ini. Menggelikan memang, sebuah film yang dibuka dengan begitu baik dan mengerikan selama 20 menit harus berubah menjadi sesuatu yang tidak berarti apa-apa bagi pondasi cerita, malah terkesan seperti "asal film pendek gue bisa jadi film panjang, gue tambahin aja cerita ini biar durasinya makin lama".


Untungnya memasuki paruh akhir Fred tidak lupa tentang apa film ini sebenarnya, ia kembali merubah haluan menjadi sebuah "kisah horror" dimana Jill sekarang
sudah berumah tangga dan mulai mendapatkan terror seperti dulu, gue benar-benar bisa bernafas dengan lega ketika merasakan kembali kengerian yang gue sudah rasakan di awal film, sudut-sudut rumah yang gelap dengan scoring mencekam yang membuat suasana makin menegangkan hingga akhirnya gue disuguhkan dengan salah satu jump scare paling kampret yang pernah gue tonton, serasa jantung ini mau copot.

Rating : 3.5/5

Comments

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Jadi ini horor hanya openingnya aja gitu ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Engga juga, filmnya tetep serem kok, tapi openingnya itu emang the best

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj