Review Adam (2019) — San Diego AFF 2020

Sutradara : Maryam Touzani

Penulis Skenario : Maryam Touzani

Pemain : Lubna Azabal, Nisrin Erradi, Douae Belkhaouda, Hasnaa Tamtaoui, Aziz Hattab

Genre : Drama

Negara : Maroko

















***

This film screened at San Diego Arab Film Festival 2020

***


Gue bukan orang yang terlalu suka menonton film drama, apalagi yang kesannya terlalu berat. Bukan, bukan soal naskah dengan penulisan yang begitu mencengangkan dengan plot-plot kompleks dan gaya penyutradaraan khas yang terkesan "membosankan" untuk dinikmati, Gue memang cuma tidak terlalu tertarik untuk mengikuti film-film tersebut apalagi untuk ukuran film yang tayang di bioskop, bisa dibilang jarang menonton film selain genre horror dan animasi. Sejak akhir tahun 2018, Gue mulai aktif mengikuti film festival dan screening lokal yang diadakan pihak-pihak independent, dan Gue itu orangnya memang suka males streaming film di rumah kalau memang gak ada tontonan-tontonan banget. Dari event-event yang selalu Gue ikuti kebanyakan memang menghadirkan program dengan selections bergenre drama dan film-film independent dari berbagai belahan dunia, termasuk film "Adam", yang sempat ditayangkan dalam San Diego Arab Film Festival 2020 kemarin.

Dalam "Adam", perwakilan Maroko untuk Film Berbahasa Asing Terbaik Oscar 2020 yang juga menjadi debut panjang filmmaker sekaligus aktris Maryam Touzani, menyoroti isu legalisasi anak-anak yang lahir di luar pernikahan di negaranya dan sering kali menjadi hal tabu negara-negara muslim di dunia.




"Adam" dimulai ketika Samia (Nisrin Erradi), mantan pekerja salon yang tengah hamil tua di luar pernikahan mencari pekerjaan di kota Casablanca, meski dengan pengalaman tahunan yang Ia miliki, Samia tetap tidak bisa mendapat pekerjaan sebab Samia membutuhkan tempat untuk tinggal dan melahirkan anaknya nanti, singkat cerita Samia telah pergi merantau dari desanya untuk meninggalkan jejak kehamilan dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Ditengah ketidak pastian, Samia beralih mencari pekerjaan sebagai pekerja rumah tangga agar bisa mendapatkan tempat untuk tinggal, dan sampailah Ia ke rumah Alba (Lubna Azabal) pembuat roti sekaligus seorang Ibu yang merawat anaknya sendirian setelah suaminya meninggal akibat kecelakaan. Hari demi hari dilewati, Alba tak pernah menyangka bahwa kehidupannya akan berubah drastis setelah bertemu Samia.

"Adam" tak hanya akan memfokuskan kisahnya pada tema maternity, emansipasi dan efeknya dalam lingkungan para karakternya. Lewat film kecilnya ini, Maryam mengeksplor  pembentukan dua karakter utamanya yang saling bertolak belakang untuk menimbulkan hubungan persahabatan erat yang dapat mengubah karakteristik masing-masing tokohnya. Samia ini bisa dibilang seperti kebanyakan dari Kita ketika memiliki masalah yang sulit sedangkan lawan mainnya, Alba adalah tipikal karakter keras kepala dan tak mau tahu soal masalah orang lain, Alba hanya ingin hidup seperti yang Ia jalankan setiap hari, meski dalam hati kecilnya tersimpan kebebasan yang diselimuti luka yang membatu selama bertahun-tahun.




Gue tak pernah menyangka bahwa "Adam" akan berjalan sepedih ini, pembentukan karakter sempurna yang diperankan dengan sangat memukau oleh kedua aktris utamanya, menimbulkan chemistry luar biasa yang bisa membuat Gue begitu peduli pada tiap menit filmnya. Sejak filmnya dimulai Maryam tak akan membiarkan penontonnya berada dalam mood yang menggembirakan, Maryam akan membawa penonton mengikuti pilunya jejak perempuan yang hamil di luar pernikahan di tengah-tengah kehidupan masyarakat ; bagaimana tokohnya ini tak dapat diterima hingga Ia tak bisa menerima dirinya sendiri. Ini bukan berarti "Adam" akan menyayat-nyatat hati penontonnya sepanjang durasi, lewat hubungan Samia yang makin erat dengan Alba, "Adam" membuat beberapa momen yang membuat hati Gue justru tersenyum ditengah kepedihan yang menerjang karakter-karakternya, seperti ketika ada dua orang ibu-ibu yang saling rebutan domba untuk qurban di hari Raya Idul Adha.




Lewat kisahnya yang sederhana, Maryam berhasil menyentuh hati Gue sampai titik yang terdalam, merasakan bagaimana pilunya kehidupan yang tak akan pernah Gue rasakan. "Adam" mengantarkan kepedihan kepada penonton sejak detik pertama hingga detik akhir yang membuat Gue bukan hanya terdiam, namun tetap memikirkan, bagaimana kisah kehidupan selanjutnya yang akan kedua karakternya dapatkan.

Istilah anak haram menjadi cap yang mengerikan bagi anak-anak yang lahir di luar pernikahan, mungkin menjadi beban yang akan disandang sampai akhir hayatnya, mungkin juga menjadi aib yang dapat melukai hati dalam kehidupan sehari-harinya, lantas siapa yang harus disalahkan? Pantaskah Mereka yang lahir tanpa dosa menanggung beban yang begitu berat? Mereka hanya butuh kasih sayang dan perlakuan yang sama seperti anak pada umumnya. Terima kasih Maryam Touzani atas kisah yang telah Engkau bagi.

(Jarang-jarang kan Gue nulis semellow ini? Efek nonton film drama)


Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj