Review Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 (2020) : Lanjutan Kisah Iblis Dan Si Anak Setan

Sutradara : Timo Tjahjanto

Penulis Skenario : Timo Tjahjanto

Pemain : Chelsea Islan, Hadijah Shahab, Widika Sidmore, Baskara Mahendra, Lutesha, Arya Vasco, Karina Salim, Tri Hariono, Aurelie Moeremans, Shareefa Daanish

Genre : Horror





Nama Timo makin hari kian harum bau darah segarnya. Lihat saja track record-nya belakangan ini, karya-karyanya sukses melanglang buana menembus hingga belahan Eropa. Tak perlu Gue bahas lebih lanjut, Gue yakin Lo semua tahu kehebatan orang satu ini dalam meracik sajian yang benar-benar gila, brutal, berbeda, berdarah-darah, gelap, dan tak beradab.

Melanjutkan kesuksesan yang diperoleh film pertama, dimana filmnya sukses meraup lebih dari 1 juta penonton, Timo dengan segala kesintingan yang ada di dalam otaknya menciptakan sebuah mahakarya lanjutan dengan sebutan "Ayat" kedua untuk film iblis-iblis-an-nya, dimana ini merupakan projek sekuel pertama yang Ia garap. Terdengar seperti sajian yang menggoda iman dan meruntuhkan akidah.

Sebagai orang yang berharap lebih pada sinema horror lokal, kemunculan orang-orang kayak Timo ini bikin usus dalam perut Gue sontak bereaksi minta hal-hal yang bangsat-se-bangsat-bangsatnya, layaknya ketika Doi nyuruh Chelsea Islan buat ngebacok kepala Karina Suwandi di film pertama, anjing!. Selain pandai memainkan tensi dan atmosfir, "Sebelum Iblis Menjemput" juga pandai memberi kejutan-kejutan tak wajar yang tak pernah bisa ditebak, itu sebabnya Gue tak ragu mengatakan bahwa film yang sempat Gue tonton sampai 3 kali di bioskop waktu itu adalah salah satu film horror lokal terbaik yang pernah Gue lihat.




Jujur, meski usus besar dan usus 12 jari Gue masih berharap akan kebangkitan si berengsek Ibu Dara, kehadiran "SIM 2" tetap membuat air liur Gue bercucuran tak menentu.
Melanjutkan kisah Alfie (Islan) dan Nara (Hadijah Shahab) yang selamat dari insiden villa pada film sebelumnya, Alfie (si anak setan haha) ternyata masih merasa dibayang-bayangi oleh sosok iblis yang merasuki raga ibu tirinya. Singkat cerita Alfie dan Nara dibawa paksa oleh sekelompok remaja ; Jenar (Shareefa Daanish), Leo (Arya Vasco), Budi (Baskara Mahendra), Marta (Karina Salim), Gadis (Widika Sidmore) dan Kristi (Lutesha) ke sebuah panti asuhan terbengkalai yang jauh dari perkotaan. Usut punya usut, ke enam remaja "eks panti" tersebut ingin meminta bantuan kepada Alfie (yang pernah "selamat" dari Iblis) untuk menghentikan bangkitanya sang pemilik panti, Ayub (Tri Hariono) yang telah Mereka bunuh puluhan tahun lalu.

Gue tak akan banyak bercerita tentang bagaimana dan kenapa Alfie terlibat dalam kisah yang (terlalu dipaksakan) satu ini. Pada awalnya Gue begitu tergiur melihat jajaran pemain baru yang turut mendampingi Chelsea. Ini sih waktunya Timo buat nyiksa abis-abisan Karina, Shareefa dan Lutesha, pikir Gue waktu itu. Tak butuh waktu dan tak butuh tutur kisah yang lama pula, segera setelah Alfie mencoba menuruti apa yang Mereka inginkan—ini bagian yang bikin Gue turn off, ngeliat Alfie kesurupan sambil duduk sila—Ayub bangkit dari tidur manisnya, lemparin kursi seenak jidat, hingga jedot-jedotin kepala orang sampai bonyok, brengsek memang si Ayub.




Apa yang Timo berikan pada "Ayat 2" ternyata lebih terasa nge-gas dibanding Ayat yang pertama, bila sebelumnya Ia masih mengatur ketegangan dan mempermainkan kegelisahan penonton, pada "Ayat 2" dia semakin beringas dengan tidak memberi jeda pada penonton untuk sekedar menghela napas. Itu memang salah satu yang Gue inginkan, namun lama kelamaan ketegangan yang Gue rasakan perlahan berubah menjadi rasa bosan apalagi Timo beberapa kali melakukan serangan dengan teknik yang sama ; sosok iblis maju ke arah kamera dengan kecepatan luar biasa sampai kepala Gue keleyengan.

Dalam "Ayat 2" Timo juga mengubah haluan filmya dari yang seram-bangsat-biadab menjadi ajang bunuh-bunuhan yang lebih fun, cenderung sembari jadi bahan tertawaan dengan menambahkan humor gelap ala film horror tahun 80-an yang sebelumnya tidak pernah Gue rasakan ketika menonton film garapannya. Hal ini tentu berujung pada perubahan mood penonton ketika menyantap filmnya, Gue sendiri tak menyangka bila "SIM 2" sedikit berbelok kodratnya. Perubahan ini selain mengganggu di beberapa momen, tak bisa termaksimalkan karena cerita yang tak sekuat Ayat pertama. Pelepasan twist yang mudah ditebak, karakter yang hadir memang hanya untuk dijadikan body count tanpa ada kepedulian yang ditimbulkan bagi penontonnya, Gue masih bertanya-tanya apa pentingnya karakter yang diperankan oleh Baskara Mahendra, juga permainan lokasi yang makin dipersempit. "SIM 2" malah terdengar seperti film horror lokal kebanyakan tentang sekelompok orang yang terjebak di suatu tempat yang kemudian ajalnya dijemput satu persatu oleh iblis laknat, bedanya teknik penjemputan ajal yang digunakan oleh "SIM 2" lebih asik untuk dinikmati sambil nyemil popcorn diselingi segelas lemon tea walaupun ceritanya tak bisa masuk ke dalam hati.




Tidak semua yang "Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2" suguhkan seluruhnya Gue tolak, tanpa menyebutkan bagian teknis yang bagus itu, Gue masih suka beberapa adegan yang Timo buat. Kehadiran pocong yang surprisingly bikin Gue senyum lebar, adegan melahirkan yang terlihat sungguh lezat dan menjijikan serta setiap kali Ayub muncul di layar kaca. Bapaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkk!


Rate : 1,5/5

Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj