Review Sesat (2018) : Debut Horror Sammaria Simanjuntak yang Mengecewakan


Sutradara : Sammaria Simanjuntak

Penulis Skenario : Sammaria Simanjuntak, Evanggala Rasuli

Pemain : Laura Theux, Rebecca Klopper, Endy Arfian, Valerie Tifanka, Vonny Cornellya, Arswendi Nasution, Willem Bevers, Jajang C. Noer





Ada sebuah harapan besar ketika Saya tahu bahwa Sammaria Simanjuntak membuat film horror pertamanya lewat "Sesat". Setelah melihat kegagalan Monty Tiwa (Keramat) dalam "Reuni Z", Hanny R. Saputra (Mirror) lewat "Sajen" dan Rudi Soedjarwo (Pocong 2) lewat "13 the Haunted", hadirnya Sammaria yang dahulunya membuat film-film bagus macam "Cin(T)a" dan "Demi Ucok" tentu membawa angin segar untuk industri horror lokal, Saya berharap Sammaria bisa membuat tontonan mengerikan seperti yang Azhar Kinoi Lubis telah buat dalam debut horror pertamanya "Kafir". Jejak karir Sammaria inilah yang membuat Saya menaruh harapan besar untuk film "Sesat". Dengan judulnya yang sesingkat itu, jauh sebelum filmnya dirilis, "Sesat" sudah mampu membius Saya untuk berfikir "bakal se-sesat apa nih nanti filmnya?" sambil senyum-seyum sendiri membayangkan bahwa Sammaria bisa membuat tontonan seram yang berkualitas. Namun nyatanya?

Punya judul yang menggiurkan dan memasang nama Sammaria Simanjuntak sebagai penulis dan sutradara tak lantas membuat "Sesat" menjadi tontonan menyeramkan. "Sesat" memang mempunyai premis yang menjanjikan namun Sammaria nampak masih kebingungan kemana Ia akan membawa film horror pertamanya ini, alih-alih membawa penonton ke level keseraman yang lebih tinggi dengan premisnya yang menjanjikan itu, "Sesat" justru malah berjalan ke arah yang begitu standar dan familiar, tak ada bedanya dengan film horror lokal kebanyakan.




Amara (Diperankan dengan begitu baik oleh LauraTheux) dan keluarganya baru saja pindah ke rumah Kakeknya (Arswendi Nasution) yang berada di Desa Beremanyan dimana semua penduduknya merupakan orang lanjut usia, tua dan renta. Pada saat matahari terbenam, semua warga desa termasuk Kakeknya keluar rumah untuk meletakkan sesajen yang kemudian diketahui untuk penunggu sumur tua yang ada di hutan. Konon katanya penunggu sumur itu bisa mengabulkan segala permintaan, Amara yang baru saja kehilangan Ayahnya (Willem Bevers) meminta kepada penunggu sumur itu agar Ia bisa berkomunikasi dengan Ayahnya untuk yang terakhir kali, namun Kita tahu bahwa dunia ghaib itu tidak ada yang gratisan, hal mengerikan pun kemudian terjadi pada Amara dan mengancam keselamatan orang-orang terdekatnya. Well, seperti yang kita tahu, Sammaria memang berbakat, setidaknya untuk urusan karakterisasi. Sejak awal "Sesat" memang peduli akan karakter-karakternya, menceritakan betapa dekatnya hubungan antara Amara dan Ayahnya ; mereka lari bareng, sharing bareng, tidak ada kejaiman diantara Mereka, ini terbukti ketika Amara dan Adiknya (Rebecca Klopper) yang selalu melemparkan jurus BH andalan Mereka ketika ingin meminta uang jajan lebih, hal-hal kecil yang sebenarnya jarang diperhatikan oleh para pembuat film horror dalam filmnya, "Sesat" adalah pengecualian. Hal menarik lainnya yang Sammaria tawarkan dalam "Sesat" adalah Desa Beremanyan, ada aura mistis disana, ada perubahan mood yang Saya rasakan setelah Amara pindah ke Desa terpencil itu, terlebih ketika memasuki rumah Kakeknya, suasana tak enak kembali menyelimuti pikiran Saya dikala melihat lukisan sumur tua di tengah hutan yang terpajang di dinding depan kamar Amara, sebuah media yang nantinya akan dijadikan pemantik untuk menghasilkan salah satu jump scare paling kampret yang pernah Saya tonton dalam film horror lokal. Sampai titik ini, Saya sangat suka bagaimana Sammaria meracik trik horrornya.




Paruh awal "Sesat" memang menyenangkan, selain dibantu oleh penceritaan dan penggalian karakter yang cukup baik, unsur-unsur horror yang "Sesat" tampilkan juga bisa dibilang jempolan. Ada fase dimana Saya dengan senang hati menikmati pengenalan karakter yang Sammaria lakukan, ada juga fase dimana Saya mulai dihantui rasa kekhawatiran dan rasa deg-degan yang berlebihan terhadap Desa Beremanyan, ini semakin menyakinkan Saya bahwa nantinya "Sesat" bisa saja bergabung dengan "Kafir" dan "Sebelum Iblis Menjemput" dalam daftar film horror lokal favorit Saya tahun ini. Namun semangat Saya yang begitu membara di awal sedikit demi sedikit mulai terkikis begitu Sammaria mengupas satu persatu misternya.

"Sesat" kemudian malah anjlok ketika menggenjot penontonnya dengan berbagai adegan horror yang terkesan menggelikan, selalu ada saja yang tiba-tiba muncul dari belakang, adegan-adegan lain juga sangat standar bila dibandingkan dengan pendekatan horror brilian yang Sammaria lakukan diawal, adegan diseret, dilempar, adegan kerasukan, bahkan Sammaria berulang-ulang memberikan suara misterius yang sayangnya sama sekali tidak membuat bulu kuduk Saya bergerak. Disini terlihat memang Sammaria kesulitan dalam mengeksekusi kisahnya, horror nya terlalu terburu-buru sehingga tak ada kengerian sedikitpun yang Saya rasakan setelah Amara membangkitkan si penunggu sumur. Sama seperti tagline yang terpampang nyata pada poster filmnya "Yang Sudah Pergi Jangan Dipanggil Lagi", Amara memang seharusnya tidak usah memanggil orang yang sudah mati, ritual pemanggilan penunggu sumur itu hanya membuat filmnya terlihat semakin konyol dan tak mengasyikkan lagi untuk ditonton, semua misteri tentang apa itu Beramanyan menggiring Saya kepada lembaran-lembaran kekecewaan hingga menyentuh klimaksnya, secara tidak terduga Sammaria malah melempar twist yang langsung membuat dahi Saya auto mengerut, buruk sekali dalam mengakhiri kisahnya. Well, twist memang seharusnya datang secara tak terduga namun apa yang Sammaria hadirkan dipenghujung cerita merupakan titik terlemah dalam filmnya, membuat tontonan 90 menit yang telah Ia buat ini terasa sangat menggelikan.




Horror memang bukan ranahnya Sammaria, butuh usaha keras baginya agar bisa membuat tontonan yang mengerikan. "Sesat" adalah sebuah potensi yang terbuang secara sia-sia. Baik diawal tidak menentukan filmnya akan berakhir dengan baik pula, setelah langkah meyakinkan diparuh pertama, "Sesat" kemudian malah tersesat dan tak tahu arah ditengah-tengah aksinya, membuat debut horror Sammaria Simanjuntak ini tak ada bedanya dengan film horror racikan Nayato dan kawan-kawan, berisik, bikin sakit kepala, pusing dan kleyengan. Ahh mungkin ini karena Saya terlalu excited dengan "Sesat", coba kalau Saya tidak terlalu menaruh  harapan yang berlebihan untuk film ini, apakah Saya akan tetap kecewa juga? (Bocoran Jawaban : Iya)



Rate : 2/5

Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj