Review Slender Man (2018) : Buruk Dalam Segala Aspek Yang Coba Ia Tampilkan


Sutradara : Sylvain White

Penulis Skenario : David Birke

Pemain : Joey King, Julia Goldani Telles, Annalise Basso, Jaz Sinclair, Javier Botet

Genre : Horror





Seharusnya Gue tahu bahwa menonton "Slender Man" itu memang kesalahan besar dan hanya menghabiskan waktu serta uang saja, dikala hati senang mendengar bahwa makhluk fiski yang sempat menghebohkan jagat maya beberapa tahun lalu ini diangkat ke layar lebar, dikala itu juga Gue harus mengubur dalam-dalam ekspektasi Gue untuk "Slender Man" ketika mengetahui bahwa orang dibalik film yang dirilis di Amerika sana berbarengan dengan "The Meg" itu adalah Sylvain White yang memulai debut penyutradaraanya lewat film "I'll Always Know What You Did Last Summer". Ah tapi sebenarnya masih ada harapan kok, toh James Cameron saja memulai debutnya lewat film menggelikan macam "Piranha II : The Spawning". Terkadang menilai sesuatu hanya dari covernya itu bisa salah juga, maka dari itu Gue memberanikan diri menonton "Slender Man" pekan lalu, namun harapan tersebut ternyata gugur juga ; James Cameron kemudian menunjukkan kebolehannya lewat film "The Termimator", "Aliens" hingga "Titanic" yang melegenda itu, sedangkan White hanya membuat beberapa film yang terdengar begitu asing di telinga Gue, pengecualian untuk "The Losers" yang punya banyak bintang bertaburan mengisi filmnya.




Gue pernah menonton film pendek "2 AM : The Smiling Man" beberapa tahun yang lalu, dan sebelum menulis tulisan panjang-gak-jelas ini Gue kembali menonton film pendek yang sukses bikin Gue parno kalo lagi jalan sendirian di tengah heningnya malam. Lewat "The Smiling Man", Michael Evans mampu membuat imajinasi penonton berkeliaran tak beraturan melihat Jim Carey KW lagi encok jalan-jalan sambil melemparkan senyumannya yang creepy itu, sekujur tubuh ini tiba-tiba merinding bukan main, simpel namun sangat efektif dan mengerikan. Hal sederhana yang sudah Evans lakukan di film pendeknya yang hanya berdurasi 4 menitan itu seharusnya juga bisa White lakukan untuk "Slender Man", namun alih-alih membuat penonton ketakutan lewat imajinasi liar mereka sendiri akan sosok makhluk tinggi dan kurus tersebut, White justru membuat Javier Botet tampak seperti villain video game dengan balutan CGI yang terlalu berlebihan dan terlihat sangat menggelikan.


Bercerita tentang 4 gadis remaja kurang kerjaan Wren (Joey King), Hallie (Julia Goldani Telles), Katie (Annalise Basso) dan Chloe (Jaz Sinclair) yang memanggil sosok Slender Man setelah mereka membaca serentetan kisah tentang makhluk halus tanpa wajah ini di internet, yang kemudian berujung pada hilangnya Katie secara misterius. 3 gadis yang tersisa berusaha untuk memanggil Slender Man lagi dengan tujuan agar Katie bisa kembali pada pelukan mereka sehingga mereka bisa kembali bergosip ria sembari menonton video asusila tiap malam di rumahnya.
Jangan salahkan Gue jika pada akhirnya Gue tidak peduli akan hilangnya Katie karena sejak awal White juga sama sekali tidak peduli dengan penceritaan dan para karakternya, White tidak mampu membangun jalan cerita dengan baik, entah karena skenario yang ditulis oleh David Birke ini dangkal atau karena keahlian White dalam menyampaikan cerita memang pas-pas-an, yang jelas sejak detik awal Gue sudah tidak peduli akan dibawa kemana nantinya si "Slender Man" ini. Bahkan ketika pihak studio angkat bicara soal adanya beberapa adegan penting yang dipotong demi menyesuaikan rating dan menghindari reaksi negatif masyarakat terhadap sosok Slender Man itu sendiri (Pada tahun 2014, dilaporkan dua gadis remaja asal Amerika menusuk temannya sebanyak 19 kali demi menjadi "sekutu" Slender Man) Gue benar-benar tak peduli, toh mau banyak adegan yang dipotong atau engga, White memang tak pandai dalam urusan menakut-nakuti.




Berawal dari internet dan harus lewat internet pula, mungkin itu yang ada dalam benak Birke ketika menulis naskahnya, entah mengapa Dia tidak membuat kisah "Slender Man" ini dalam pendekatan yang lebih realistis seperti dalam film horror road trip atau kisah sederhana macam "The Smiling Man" misalnya, itu akan membuat penonton merasakan atmosfir yang lebih nyata dibandingkan dengan kisah yang mengharuskan para karakternya memanggil si Slender Man via video Youtube (jelas terasa tidak nyata), cara seperti ini sudah dilakukan oleh "Ringu" lewat video tape dua dekade lalu dan berhasil. Jika "Ringu" mampu membangun konflik dengan begitu baik dan rapih, "Slender Man" justru lebih asik menceritakan kisahnya dengan cara yang tak menggugah selera ; Slender Man datang, jump scare berisik pun bertebaran dan kemudian karakter kita menghilang begitu saja, Gue kembali tak peduli dengan hilangnya para karakter yang ada dalam film ini, karena selain menghilang demi tuntutan penceritaan yang Birke buat, karakter-karakter pendukung yang ada dalam "Slender Man" pun hanya numpang lewat saja dan tidak diperhatikan kejelasannya, ada yang datang diawal hanya untuk menanyakan "Dimana anakku Katie?" dan kemudian menghilang, ada juga yang datang hanya untuk mengatakan "Maukah kau makan malam dengan Ku?" dan setelah itu juga menghilang, apalagi karakter orang tua Hallie yang sebenarnya punya peran penting dalam pembangunan konflik di awal dan di akhir film digambarkan seperti biji wijen yang ada pada mie instan Korea yang sering Gue beli ; kecil-kecil, sedikit dan tidak berasa. Chemistry antara karakter-karakter yang dihadirkan tidak dibangun dengan baik sehingga membuat penceritaan "Slender Man" bukan hanya pantas disebut dangkal, namun juga berantakan.




Gue benar-benar tidak bisa menikmati "Slender Man" dengan tenang, tidak bisa duduk dengan nyaman di kursi bioskop karena cepat-cepat ingin pulang, White bukan hanya tak pandai bercerita semata namun juga tak tahu bagaimana film horror itu seharusnya dibuat. Gue bisa katakan bahwa (walaupun rasanya "Slender Man" ini sudah telat dibuat) potensi untuk menjadi tontonan yang mengerikan itu jelas ada, sayangnya film yang Ia sutradarai ini justru malah membuat telinga penonton bercucuran darah terkena efek jump scare dengan sound menggelegar. Bukannya kaget, Gue malah kesel sendiri saking berisiknya si "Slender Man" ini, tak ada sedikit pun atmosfir ketakutan yang bisa Gue dapatkan.
"Slender Man" bukan hanya membosankan dan tak menyeramkan saja, namun juga buruk dalam segala aspek yang coba Ia tampilkan, bahkan video bohongan tentang "Slender Man" yang  banyak sliweran di Internet ternyata jauh lebih menyeramkan dibanding film buatan Sylvain White ini.



Rate : 1/5

Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj