Review The Nun (2018) : Bagaimana Perlakuan Pihak Studio Terhadap Valak?

Sutradara : Corin Hardy

Penulis Skenario : Gary Dauberman

Pemain : Taissa Farmiga, Demián Bichir, Jonas Bloquet, Charlotte Hope, Ingrid Bisu, Bonnie Aarons

Genre : Horror





Semenjak "Insidious" menghantui perindustrian film horror di tahun 2010 silam, nama James Wan seakan meroket hingga ke bulan, kemudian setelah itu banyak orang menantikan film yang Ia buat selanjutnya. Nama Wan seakan penanda bahwa film yang disutradarai atau diproduseri olehnya adalah film wajib tonton untuk khalayak luas, terlepas dari bagus atau tidak filmnya nanti, yang penting Gue harus nonton film yang mencantumkan nama James Wan, mindset itu seakan tidak bisa lepas dari pikiran orang-orang, ini itu sudah zamannya James Wan, bukan John Carpenter atau Dario Argento lagi. Sorry masters, but i have to say the fact.
Mencetak rekor sebagai salah satu film paling menguntungkan di tahun 2010, film-film James Wan setelah "Insidious" pun seakan menjadi sebuah hype ditengah-tengah masyarakat dan melahirkan sebuah franchise yang bisa dibilang sukses secara komersil namun gagal secara kualitas, apalagi bila filmnya tidak dinahkodai langsung oleh Wan. Selain seri "Insidious", satu lagi semesta buatan Wan yang selalu jadi andalan penonton mainstream ketika ditanya "apa film horror terbaik yang pernah elo tonton?", bukan hanya karena film pertama "The Conjuring" seram dan laku keras dipasaran saja, namun karena seri ini mempunyai potensi untuk lebih diingat dan dicintai berkat karakter yang Wan hadirkan, bahkan telah menjadi ikon baru di dalam dunia per-dedemitan, hantu-hantuan dan para pembunuh berdarah dingin bersenjata tajam.
Sudah ada 2 film "Annabelle" yang dibuat dan terbukti sukses mencetak pundi-pundi dollar, kini giliran Valak si iblis berwujud biarawati yang akan dieksploitasi oleh pihak studio sebagai mesin pencetak uang. Pertanyaannya, apakah film terbaru dari semesta "The Conjuring" ini layak untuk ditonton?


"The Nun", spin-off dari "The Conjuring 2" yang juga berkedok sebagai prekuel ini akan mengajak kita kembali pada tahun 1952 dimana seorang Pastor dan Novis dikirim oleh Vatikan untuk menyelidiki kasus bunuh diri seorang biarawati (Charlotte Hope) di sebuah biara tua di daerah terpencil Rumania. Dibantu oleh seorang pemuda, Frenchie (Jonas Bloquet) yang pertama kali menemukan mayat sang biarawati, Pastor Burke (Demián Bichir) dan Suster Irene (Taissa Farmiga) harus menghadapi kenyataan bahwa ada sesuatu yang tidak suci di dalam biara tersebut.
Sosok Valak (Bonnie Aarons) yang dahulu mencuri perhatian lewat "The Conjuring 2" bukan hanya menjadi faktor utama mengapa "The Nun" ini sangat diantisipasi, setidaknya bagi para penonton film mainstream. Buat Gue sendiri, "The Nun" ini memang film wajib tonton, namun Gue tidak punya ekspektasi tinggi dan tidak memasukkan "The Nun" kedalam daftar film horror yang paling ditunggu tahun ini, kutukan mengatakan "most sequels, prequels, spin-off or remakes can not beat the original", ya walaupun kata-kata itu tidak sepenuhnya benar, tetapi kebanyakan sekuel dan saudara sebangsanya itu memang tidak bisa melampaui atau bahkan untuk bisa berada dalam satu level dengan film pertamanya saja susah.




"The Nun" dibuka dengan sangat meyakinkan, aura jahat si Valak sudah bisa Gue rasakan sejak filmnya dimulai. Seperti kata taglinenya "The Darkest Chapter in The Conjuring Universe", "The Nun" memang benar-benar gelap, bukan hanya dari settingnya saja yang memang mengharuskan para penonton gelap-gelapan di dalam biara, materi yang nantinya ditawarkan oleh James Wan, Gary Dauberman (screenwriter) dan Corin Hardy memang terbilang cukup untuk membuat "The Nun" menjadi salah satu film horror yang patut diperhitungkan dengan segudang potensinya itu. Gelap, jahat dan benar-benar menggoyahkan iman.
Sebuah desa terpencil dengan latar belakang tahun 1952, misteri biarawati yang gantung diri, biara tua nan besar yang terlihat sangat angker juga ada bumbu-bumbu agama didalamnya merupakan hal menarik yang "The Nun" tawarkan, semua unsur itu akan diracik sedemikian rupa sehingga menimbulkan atmosfir kelam dan juga mengerikan, ditambah dengan balutan musik gubahan Abel Korzeniowski yang membuat bulu kuduk merinding ketika bayangan si Valak mulai muncul menampakan wujudnya. Gue suka bagaimana para pembuat film ini memperlakukan si Valak, Gue bukan tipe penonton yang menginginkan kisah asal usul Valak yang sejatinya merupakan setan dari neraka ini untuk terlalu dieksplor, melihat bagaimana cara Valak bisa keluar dari neraka saja sudah membuat Gue mengerutkan dahi, apalagi jika harus dijejali kisah siapa itu Valak dan segala tetek bengeknya, ini memang cara yang strandar namun masih aman untuk disantap otak Gue.




Masalah datang ketika "The Nun" mulai mencoba untuk menakut-nakuti, Hardy nampaknya tidak percaya diri dengan segala potensi yang sudah dimiliki dan malah menerror penonton dengan sederet jump scare formulatik yang mudah untuk ditebak, beberapa memang berhasil namun banyak yang terbuang sia-sia karena timing yang kurang pas, rasanya baru saja Gue digedor musik dan penampakan setan, Hardy kembali menjejali Gue dengan jump scare lainnya. Disisi yang sama, hal yang paling Gue benci dari "The Nun" ini adalah ketidak sanggupan Hardy dalam membangun chemistry antar karakternya yang berujung pada interaksi yang terasa begitu hambar, selain karena 3 karakter sentral yang ada dalam film ini memang mempunyai latar belakang dan berasal dari tempat berbeda, penokohan pada tiap karakter juga tidak bisa digali secara maksimal, seperti kekuatan lebih yang Farmiga muda miliki, atau kisah masa lalu Pastur Burke yang terkesan hanya numpang lewat, apalagi tokoh Frenchie yang nantinya menjadi penjembatan antara "The Nun" dengan "The Conjuring" ini digambarkan sekonyol mungkin, melontarkan gombalan garing yang tak hanya mengganggu ketentraman Gue ketika menonton "The Nun" tapi juga tidak sedap untuk didengar ditengah-tengah atmosfir gelap yang dihadirkan.


Hardy juga terlihat terlalu mengikuti pakem yang sudah James Wan buat sebelumnya, hanya main aman dengan melempar berbagai jump scare standar, padahal potensi untuk menjadikan "The Nun" sebagai tontonan mengerikan itu terbuka sangat lebar, apabila Hardy mampu memanfaatkan semua materi yang Dauberman berikan (pengecualian untuk tokoh Frenchie, I hate him so much) dengan lebih menekankan pada pembangunan tensi yang dihasilkan dari interaksi antar karakternya dan hanya memberikan 3 atau 4 suap jump scare saja, "The Nun" Gue yakin masih mampu untuk membuat penonton merengek minta ampunan.




Bila dibandingkan dengan "The Conjuring", jelas "The Nun" enggak ada apa-apanya, sangat tidak adil jika pada akhirnya "The Nun" disebut sebagai film yang buruk karena aspek yang "The Nun" hadirkan memang sudah cukup untuk menjadikannya sebagai film horror yang mengasyikkan, terlebih dengan setting dan bumbu fantasi-gotik yang kemudian semakin menambah bukan saja hanya pada tingkat keseramannya tapi juga memberikan rasa yang berbeda dari film horror kebanyakan.
Namun sebagai orang yang bisa disebut si pencari rasa takut tingkat dewa, "The Nun" belum mampu membuat Gue merapal doa-doa pengusir setan ketika terrornya dilemparkan, jump scare-nya sih ngagetin tapi begitu mudah untuk dilupakan.



Rate : 3/5

Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj