Review Overlord (2018) : Monster Buatan Nazi Pada Perang Dunia Kedua

Sutradara : Julius Avery

Penulis Skenario : Billy Ray, Mark L. Smith

Pemain : Jovan Adepo, Wyatt Russell, Mathilde Ollivier, John Magaro, Pilou Asbæk, Iain De Caestecker, Jacob Anderson, Gianny Taufer, Bokeem Woodbine, Éva Magyar

Genre : Horror, War, Sci-Fi





Gue masih ingat ketika pertama kali menonton "Night of the Living Dead" remake karya Tom Savini di salah satu televisi lokal, Gue tidak terlalu ingat umur berapa kala itu ketika menonton "Night of the Living Dead", Gue yang dulu notabene-nya pembenci film horror mulai sedikit demi sedikit menyukai film horror berkat film zombie! Well, kalau diceritain Gue memang anak yang penakut, Gue pernah ditinggalin sodara Gue boker di WC sampe Gue keringetan sendirian di kamar, takut kalau ada hantu yang tiba-tiba nongol dibalik jendela hahaha

"Night of the Living Dead" dan film-film natural horror macam "Crocodile", dua film pertama "Anaconda" serta "Snakes on a Plane" (yang kala itu tidak Gue klasifikasikan sebagai film horror) memang menjadi alasan kenapa sekarang Gue suka film horror, "Night of the Living Dead" mematahkan pemikiran kecil Gue kala itu yang menyebut horror itu pasti tentang hantu. Ya, berkat pengalaman tak sengaja ketika kebangun tengah malam dan menonton "Night of the Living Dead" bersama Bapak, akhirnya sampai saat ini Gue menjadi pribadi yang lebih berani, setidaknya untuk menonton film horror hahaha (ketawa lagi, padahal gak lucu) dan sampai saat ini sub genre zombie apocalypse yang dipopulerkan oleh mendiang George A. Romero lewat "Night of the Living Dead" original tahun 1968 menjadi salah satu sub genre horror yang paling Gue favoritkan, bukan hanya karena film zombie mampu menggenjot adrenalin dan menaikan level kengerian lewat tampang mayat-mayat hidup pemakan manusia saja, namun melalui sebuah film zombie Gue bisa menikmati elemen horror yang paling Gue suka : Gore berdarah-darah.

Film zombie, bukan hanya menarik dari segi kemasan yang kemudian menampilkan (dalam kebanyakan film bertema zombie) ratusan bahkan hingga ribuan mayat hidup dengan make up muka hancur berdarah-darah semata, perubahan "book of rules" yang terus berkembang dari tahun ke tahun menjadikan zombie apocalypse sebagai salah satu sub genre horror yang makin banyak diminati, dari yang dulunya cuman jalan biasa hingga berubah menjadi zombie berlari, sampai menyentuh ranah komedi dan romantik.




Kehadiran "Overlord" yang diproduseri oleh J. J. Abrams tentu menarik banyak perhatian, setelah kumunculan "World War Z" sebagai blockbusternya film zombie di tahun 2013 silam, tentu dengan nangkringnya nama Abrams Gue berharap "Overlord" bukan sekedar film zombie yang hanya akan pamer darah dan usus berhamburan saja namun juga bisa mengangkat genre zombie ke level yang semakin seru dan tak terduga. "Overlord" sendiri akan bercerita tentang pasukan tentara terjun payung Amerika yang berperang di belakang garis musuh tentara Nazi yang sudah menguasai sebuah desa di negara Perancis, tugas yang Mereka emban adalah menghancurkan menara radio German yang berada di dalam sebuah gereja tua di desa tersebut, tanpa mereka sadari misi perang kali ini bukan hanya sekedar operasi militer biasa namun juga menyimpan sebuah rahasia tentang eksperimen tentara Nazi yang mengerikan.

Gue sempat membayangkan, akan bagaimana nantinya "Overlord" ini berjalan, film arahan Julius Avery (Son of a Gun) yang ditulis oleh Billy Ray dan Mark L. Smith ini memang bukan film pertama yang memperlihatkan kebengisan tentara zombie Nazi, sebelumnya film Norwegia "Dead Snow" telah menunjukan bagaimana kejam serta mengerikannya para zombie berseragam Nazi ini dalam mengoyak-ngoyak daging korbannya, nah "Overlord" sendiri yang dibintangi oleh Jovan Adepo, Wyatt Russell, Mathilde Ollivier, John Magaro serta Pilou Asbæk ini punya premis yang lebih menggiurkan dibanding "Dead Snow" dengan mengambil latar belakang perang dunia kedua. Bayangkan, sebuah zombie outbreak terjadi ditengah peperangan, para zombie Nazi dengan buasnya mengejar manusia yang bersembunyi dibalik dinding rumah-rumah warga kemudian para tentara Amerika menembaki kepala zombie Nazi hingga hancur berkeping-keping, namun rasanya ekspektasi Gue terlalu berlebihan, pada awalnya Gue mengira pembangunan alur yang "Overlord" lakukan semata-mata untuk menggiring penonton masuk pada situasi perang yang filmnya hadirkan sebelum wabah zombie merebak di tengah peperangan, namun ternyata Gue salah, "Overlord" memang bukan film zombie impian.




Pada 6 Juni 1944, sekelompok tentara terjun payung Amerika melakukan operasi militer di tengah kekuasaan Nazi yang telah menginvasi sebuah desa di Perancis, pendaratan para penerjun payung yang dikomandani oleh Sersan Eldson (Bokeem Woodbine) ini kurang berjalan mulus karena pesawat yang Mereka tumpangi diserang sebelum mencapai tujuan hingga pada akhirnya menyisakan 5 orang prajurit ; Kopral Ford (Wyatt Russell), tentara Boyce (Jovan Adepo), Tibbet (John Magaro), Chase (Iain De Caestecker) dan Dawson (Jacob Anderson). Dalam perjalanan menuju menara radio pasukan Nazi, Mereka bertemu dengan gadis lokal Chloe (Mathilde Ollivier), yang tinggal bersama dengan adik laki-laki (Gianny Taufer) dan bibinya (Éva Magyar) yang sedang sakit setelah para tentara Nazi membawanya ke dalam gereja tempat eksperimen rahasia Nazi berada, dalam titik ini Gue sempat mengira bahwa bibi dari Chloe ini akan menjadi asal-muasal zombie outbreak terjadi di desa kecil ini, namun nyatanya Gue masih harus tetap bersabar karena akan ada banyak penjabaran kisah yang bukan hanya berfokus pada zombie-zombie-an saja namun juga pada kisah operasi militer perang dunia kedua, Kita akan diajak merasakan suasana peperangan yang terjadi disana, melihat kekuasaan Nazi yang bengis dan kejam serta mengikuti para tentara Amerika dalam menyelesaikan misinya.

Sekitar satu jam pertama Kita tidak akan melihat makhluk yang film ini ceritakan sebagai zombie, well dalam filmnya, karakterisasi zombie ciptaan Avery ini memang agak sedikit berbeda dengan zombie kebanyakan, kemunculan zombie yang bisa dibilang tak lebih dari setengah durasi filmnya ini memang muncul mengikuti alur yang filmnya ciptakan secara perlahan, namun jelas dan padat. Jadi jangan banyak bertanya ketika menonton "Overlord", mana nih zombienya? Karena Avery sedang menyiapkan zombie bersamaan dengan pembangunan alur yang Ia buat. "Overlord" bukan hanya sukses menampilkan suasana mencekam ketika terjadinya perang dunia kedua, lebih dari itu, "Overlord" mampu tampil memukau lewat penggalian cerita yang tak biasa dalam film horror dimana penonton digiring untuk masuk ke dalam situasi yang lebih menyeramkan dari pada bagian horrornya itu sendiri, yaitu tema dari film ini "perang adalah neraka", melihat aksi para tentara yang berjuang menyelesaikan misinya, menilik persahabatan diantara Mereka, ambisi yang diikuti oleh rasa ketakutan akan perang yang menggejolak dalam dada hingga dampak peperangan pada manusia dan hati kecilnya, termasuk perubahan diri karakter sentral Kita, Boyce yang pada awalnya tidak dapat begitu diandalkan menjelma menjadi sosok pemberani berkat rasa kepedulian dan cinta. Disisi lain, setelah mengikuti apa maunya "Overlord" termasuk drama tentang peperangan, desa, gereja serta misteri eksperimen di dalamnya, penantian yang cukup panjang diawal tidak terbayarkan dengan hasil yang cukup memuaskan dalam pengeksekusian bagian zombienya, meninggalkan kesan bahwa "Overlord" merupakan film horror berlatar belakang perang dunia kedua dengan sedikit bumbu-bumbu "Re-Animator" pada bagian akhirnya, ekspektasi Gue diawal tentang outbreak zombie Nazi yang penuh dengan usus berhamburan tidak bisa didapatkan, terlebih Gue memang sudah bisa menebak akan kemana "Overlord" nantinya, termasuk tentang tujuan dan hasil dari eksperimen rahasia Nazi yang filmnya tampilkan, untungnya "Overlord" masih berbaik hati dengan memberi banyak adegan brutal berdarah-darah yang menggugah selera.




"Overlord" sejatinya tidak keluar dari jalur yang sedang Ia buat, karena zombie outbreak memang bukan tujuan utama yang ingin dicapai, namun dengan embel-embel zombie Nazi yang ditawarkan, "Overlord" masih sedikit menimbulkan rasa kekecewaan, lihat bagaimana "Dead Snow" mampu mengeksekusi zombie Nazinya dengan begitu apik, melihat Herzog menggunakan seragam kebesarannya didampingi para pasukan Nazi berwajah pucat saja sudah membuat Gue ngompol di celana, tapi ya sudahlah, "Overlord" memang tidak mampu menyajikan zombie Nazi yang Gue harapkan, sedangkan potensi untuk menjadi tontonan zombie apocalypse yang menyenangkan jelas dimiliki oleh "Overlord", sayangnya bintang utama hasil eksperimen rahasia Nazi ini mendapat porsi yang terlalu sedikit dan tidak dapat digali dengan maksimal, padahal kemunculan zombie yang yang filmnya tampilkan benar-benar mengerikan, make up-nya jempolan, gorenya sinting bukan kepalang.



Rate : 3/5

Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj

Review He's Out There (2018) : Slasher Pasaran Penuh Adegan Mendebarkan