7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018


*Klik disini untuk daftar Film Horror Indonesia Terbaik Tahun 2018*

Meski sulit untuk menentukan film horror lokal mana yang pantas untuk disebut "terbaik"—versi Gue tentunya— dari banyaknya film horror busuk yang silih berganti berdatangan ditiap bulannya, menyusun daftar Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018 ternyata jauh lebih sulit dibanding menyusun daftar terbaik yang sebelumnya sudah Gue buat. Dalam daftar sebelumnya, Gue sudah mengatakan bahwa ada banyak film horror lokal yang Gue skip dengan berbagai alasan, daftar ini tentu saja akan SANGAT tidak adil untuk diberi judul "Terburuk" karena Gue yakin (sangat yakin) ada banyak judul yang lebih pantas untuk masuk ke dalam daftar ini dibanding dengan "Asih"-nya Awi Suryadi—ini bukan berarti Gue bilang "Asih" bagus yee.

Dengan keberanian dan kepedean tingkat tinggi, tak disangka "The Secret : Suster Ngesot Urban Legend", fim pertama produksi RA Pictures yang bekerja sama dengan salah satu brand retail ternama di Indonesia, membuka gerbang bagi film-film Raffi yang lainnya dengan materi promosi terajib, termenggiurkan, dan ter-ter-ter-lainnya dalam sejarah perfilman Indonesia hingga mampu membuat jari-jemari lentik netizen mengeluarkan kata-kata yang memalukan bagi industri film lokal soal minyak goreng, beras dan jin oh jeans, Gue yakin film yang dibintangi oleh Marshanda itu bisa beradu di jajaran top 5 dalam daftar ini. Belum lagi judul-judul underrated seperti "Arumi", "Syirik", "Ghost", "Titisan Setan", "Tumbal : The Ritual", "Gentayangan", "Wengi : Anak Mayit", jangan lupakan juga judul menggelikan dari "Jaran Goyang" dan "Tusuk Jelangkung Di Lubang Buaya", poster tak niat dari "Rumah Belanda", serta "Wahana Rumah Hantu" yang memiliki paket lengkap untuk menjadi film terburuk tahun ini ; poster ala kadar, trailer yang mematikan mood penontonnya, akting biasa saja, teknis dibawah standar serta setan muka busuk yang doyan eksis di depan kamera sudah cukup membuat Gue terpaku dalam diam, geleng-geleng kepala melihat kualitas yang begitu jauh dari standar rata-rata masuk ke dalam bioskop. Tanpa melihat keseluruhan filmnya, hanya berbekal melahap materi mentah dari film-film tersebut Gue pun sudah bisa merasakan sensasi siksaan maha dahsyat dari film-film diatas yang SAYANGNYA SUDAH GUE LEWATKAN.

So, dengan rasa hormat dan penuh permintaan maaf untuk tidak memasukan karya kebesaran Shyam Ramsay, Tema Patrosza, Agusti Tanjung, Faridsyah Zikri, Hedy Suryawan, Anto Lupus, Erwin Arnada serta legend Nayato dan Findo Purwono HW, inilah 7 film horror terburuk, sinting dalam artian sebenarnya, paling Gue benci, paling menjengkelkan yang Gue tonton di tahun 2018 :




7. Sajen

Mana yang lebih mengecewakan, "Jaga Pocong" yang awalnya berjalan menggiurkan atau "Sesat", debut horror Sammaria Simanjuntak? Lupakan sejenak dua film horror yang sudah merenggut ekspektasi Gue itu karena "Sajen", film horror terbaru karya Hanny R. Saputra ini merupakan salah satu kekecewaan terbesar dalam sejarah hidup Gue (lebaaaayyyy).
Serius, tahun 2018 adalah tahun permulaan dimana Gue dengan rela mengeluarkan uang untuk membeli tiket-tiket film horror lokal di bioskop yang tentunya dari kemasan luarnya saja sudah punya cap "jelek", Lo pasti udah tau lah rata-rata kualitas film-filmnya si Raffi, tapi yah ujung-ujungnya Gue tonton juga, salah Gue juga sih terlalu berharap untuk film horror lokal hahaha. Tapi Gue harus bilang bahwa masa keterpurukan-kebodohan-kemesuman para filmmaker Kita sudah sedikit demi sedikit berkurang, lihat saja KKD yang sudah tidak memproduksi film dengan judul "Pelukan Duda Hantu Kedongdong" atau "Kungfu Pocong Goyang Ngebor" dan mulai beralih menggunakan judul yang lebih masuk akal seperti "Rasuk" dan "Kembang Kantil" misalnya, sebuah kemajuan besar bukan? (preeeeeeeeettttttttt)

Oh iya, btw dari produksi-produksi Dee Company yang mulai melonjak di tahun keduanya ini, dari "Bayi Gaib : Bayi Tumbal Bayi Mati" sampai "Sakral", Gue gak nonton satupun filmnya Doi, horeeeee (pret pret preettt)

Hadirnya "Sajen", tentu membuat dada ini sesak dipenuhi rasa penasaran sejauh mana film yang digawangi oleh sutradara legend pembuat "Heart", "Mirror" dan "Di Bawah Lindungan Ka'bah" ini akan berjalan. Memiliki penceritaan yang menarik diawal, Gue kemudian dibuat tertidur pulas ketika bagian horrornya ditampilkan, "Sajen" adalah sebuah kekecewaan. Horror bodoh tak masuk akal yang sukses membodohi Gue dengan kedok drama remaja manis yang menjanjikan.

Harus Gue bilang bahwa masa kemesuman para filmmaker Kita sudah sedikit demi sedikit menghilang, tetapi unsur keterpurukan dan kebodohannya masih menjamur dimana-mana. "Sajen" merupakan gerbang pembuka bagi Hanny dalam membuat kembali horror buruk yang lebih tak berotak-tak niat-dan-asal-asalan yang akan menempati posisi runner up dalam daftar ini. Well, you deserved it, Hanny!




6. Asih

Harusnya "Asih" ini mampu menjadi salah satu horror unggulan tahun ini, melihat perubahan yang Awi Suryadi lakukan pada "Maddah", tentunya film kedua dalam seri "Danur" itu sudah jauh lebih baik ketimbang predecessornya. Sayang, spin-off-nya, yang mengangkat kisah dibalik hantu Asih, yang sempat viral ketika "I Can See Ghosts" dirilis, nampaknya tak bisa mempertahankan kemajuan yang telah dilakukan oleh film sebelumnya. Keterampilan Awi dalam melakukan olah visual memang mengalami peningkatan, atmosfir creepy juga dengan mudah didapatkan, namun rasanya Awi harus kembali mengolah trik menakut-nakuti yang sudah berkali-kali Ia tampilkan untuk seri "Danur" selanjutnya. Jump scare "Asih" memang menyerang—iya, sampe telinga Gue sakit—tapi sangat mudah ditebak, sudah banyak diumbar dalam trailer, momen-momen yang seharusnya seram malah tak berguna dan tak menakutkan. Plus, pihak studio rasanya tak peduli pada penceritaan dalam film ini, tak peduli pada karakter titular dalam filmnya dan tak menampilkan sesuatu yang baru, menjadikan "Asih" sebagai sebuah spin off yang tak berarti.

Seperti terburu-buru mencari untung, apalagi sempat ada drama "Silam" yang dikait-kaitkan dengan "Danur" sampai harus mencopot tagline "from Danur Universe-nya". Duh, eike jadi malah makin pusing dan pesimis setelah harapan yang muncul bakda "Maddah".




5. Tujuh Bidadari

Ada masa dimana film horror Indonesia dipandang sebelah mata, dimana horror berkedok mesum dan komedi tak lucu bertubi-tubi membodohi penonton di bioskop. Trend yang yang semakin gencar di pasaran itu tentu sudah membuat banyak orang tak percaya lagi dengan horror buatan anak negeri, walaupun masih menjadi pencetak bok opis—"Taman Lawang" atau "Kamar 207" misalnya, karena Gue yakin film tipe ini juga masih punya pasar—kualitas film horror lokal kebanyakan memang buruk adanya, tak bisa disangkal; sangat sangat jelek.

Adalah Muhammad Yusuf, salah satu orang yang Gue sebut sebagai penyelamat horror lokal Kita kala itu. Ketika Joko Anwar dan Mo Brothers sedang "vakum" membuat tontonan mengerikan, M. Yusuf adalah satu-satunya harapan. Lewat "Kemasukan Setan" (2013), "Angker" (2014) dan "Misterius" (2015), M. Yusuf membuktikan bahwa masih ada orang yang punya niat untuk menakut-nakuti penonton di bangku bioskop sampai ngompol nangis minta buru-buru pulang. Sayang seribu sayang, ketika Joko Anwar kembali dengan "Pengabdi Setan" yang sukses menakut-nakuti 4 jutaan orang, Timo Tjahjanto dengan "Sebelum Iblis Menjemput"-nya yang bangsat-bangsat-bangsat itu dan Azhar Kinoi Lubis yang mengejutkan publik dengan "Kafir : Bersekutu Dengan Setan", M. Yusuf malah tenggelam lewat tontonan tak menyeramkan yang punya kombinasi antara slasher berdarah dan tontonan setan-setan-an dalam "Tujuh Bidadari".

Masih berkutit di Australia, tempat dimana M. Yusuf mulai lupa cara menakut-nakuti penonton lewat "The Curse", "Tujuh Bidadari" sejak awal memang sudah sok asik dengan karakter-karakternya yang menjengkelkan, ditambah penceritaan yang begitu dangkal serta pengeksekusian yang sama berantakannya dengan akting Gigi Cherry Belle, malah semakin menambah tingkat kepeningan menonton film ini. Bila membandingkan "Tujuh Bidadari" dengan karya horror M. Yusuf sebelumnya, "Tujuh Bidadari" adalah hal yang memalukan, BENAR-BENAR MEMALUKAN. Terkejut, Abang terheran heeeeran.




4. Arwah Tumbal Nyai : Part Arwah

Mari tinggalkan sejenak ocehan serius yang sudah Gue tulis untuk 3 film lainnya (perasaan yang lainnya juga engga serius-serius amat dah), "Arwah Tumbal Nyai : Part Arwah" memang tidak butuh ulasan yang terlalu serius karena tim dibalik film yang dibintangi oleh Zaskia Gotix ini juga tidak terlihat serius dalam membuat filmnya. Sebagai salah satu pionir baru pendangkalan industri horror lokal, nama Raffi Ahmad dengan rumah produksinya tidak usah diragukan lagi. Yeah, bahkan kepopuleran film-film produksi RA Pictures dalam urusan membodohi penonton dengan alur super-duper-memuakan kini sudah menandingi kepopuleran film-filmnya Dheeraj Khalwani alias KKD yang "sembunyi" dibalik bendera Dee Company. Bersama salah satu sutradara horror terkacrut pada masanya, Arie Azis (Tali Pocong Perawan, Tiran) yang kini menjadi langganan setia RA Pictures, "Arwah" mencoba menandingi film-film tentang pengabdian setan yang sudah mendapat status cult sebelumnya. Lewat plot penyembahan setan yang cukup menyesatkan, "Arwah" akan membelit penontonnya dalam kebingungan ; bingung untuk melahap hal-hal kecil yang tidak masuk akal, atau hanya Gue yang dengan bodohnya capek-capek memikirkan kejanggalan yang bertubi-tubi muncul menusuk otak penontonnya? Bila kemudian Elo berfikir, tim dibalik buruknya "Arwah" akan memperbaiki kualitas dalam lanjutan triloginya, well, Elo salah besar, karena....

3. Arwah Tumbal Nyai : Part Nyai

Selamat kembali untuk RA Pictures atas pencapaiannya! bagi rumah produksi dengan umur setahun jagung, kepiawan trio produser Raffi Ahmad, sutradara Arie Azis dan penulis skenario Aviv Elham dalam membuat tontonan dengan kadar kebodohan tingkat tinggi bisa dibilang sukses membuat Gue kelelahan, tak tahan dengan betapa jeleknya kualitas film terakhir RA Pictures di tahun ini. Sebagai orang yang selalu disebut "aneh dan bodoh" oleh teman-teman, "eh udah tau filmnya jelek kok Lo masih mau nonton sih?", sebegitu bodohnya Gue sampai-sampai rela mengeluarkan uang demi menonton film jelek, belum lagi harus pulang tengah malam dalam keadaan lelah setelah seharian bekerja, capek iyah, frustasi juga iyah, tetapi itu adalah salah satu usaha kecil Gue agar film horror Indonesia makin membaik, walaupun Gue juga yakin ocehan Gue enggak bakal membawa perubahan apa-apa hahaha.

Gue bukan berniat untuk mengajak orang lain supaya tidak menonton film macam "Arwah Tumbal Nyai" ini, untung atau rugi kan juga bukan urusan Gue. Hanya saja, Gue ingin supaya penonton Kita ini lebih selektif lagi dalam memilih tontonan (yee sama aja kalee) agar segala pihak dibalik filmnya dapat menaikan standar kerja dan kualitasnya.

Bila pada bagian sebelumnya (read : Arwah) Gue masih bisa menatap layar bioskop dengan penuh konsentrasi memikirkan kejanggalan yang bertubi-tubi menusuk otak, walaupun pada realitanya Gue harus pindah-pindah seat sampai 4 kali (jangan ditiru pemirsah), pada bagian "Nyai", Gue ternyata harus dipuaskan dengan inti cerita yang kurang lebih tak jauh berbeda dengan bagian "Arwah", twist bodoh yang yang sudah Aviv Elham siapkan pun pada akhirnya tak bisa tergarap dengan sempurna, nilai mind blowing-nya menurun bila dibanding dengan pendahulunya. Untungnya, masih ada banyak elemen yang bisa ditertawakan ketika menonton pelem ini, ya jadi Gue enggak rugi-rugi banget lah, masih bisa sedikit menikmati kualitas film RA Pictures yang makin kesini makin ancur, kayak muka si Nyai dibawah ini :




Loh ini kok malah jadi muji-muji kedongoan si Nyai sih? Sampe-sampe bilang enggak rugi-rugi banget nonton si Nyai? Gue juga sebenernya gak tau kenapa lebih suka nulis kayak gini buat ngebahas si Nyai dibanding nulis-nulis pake nada kecewa atau marah, entah karena Gue udah ketularan buruknya kualitas film-film Raffi dan gengnya atau memang si Nyai ini punya mantra ajib buat ngebodohin Gue supaya Gue tetap duduk dibangku bioskop sampai kredit bergulir. Saking bodohnya, Gue pun sekarang malah nunggu-nungguin film "Tumbal"-nya Dewi Perssik! Damn!




2. Bisikan Iblis

Gimana yaaa... jadi gini, setelah Gue dikecewakan oleh Hanny R. Saputra lewat "Sajen", jujur Gue gak punya ekspektasi tinggi kok buat "Bisikan Iblis", Gue rendahin segala harapan Gue buat film ini karena Gue yakin filmnya juga bakal jelek. Eh tapi ternyata Gue salah besar men, nyatanya film tentang bully-an anak sekolahan yang kembali dibintangi oleh bintang muda Amanda Manopo ini ternyata jelek banget. Jelek, jelek, jelek sejelek tampilan iblisnya yang pake daster emak-emak dalam melancarkan aksinya, eh tapi dasternya ini bukan bermotif bunga-bunga kayak kemeja surfing yang sempet ngetrend musim lebaran kemaren loh yaaa. Dasternya ini berwarna item, mungkin menandakan kalo si iblis ini penguasa dari neraka jahanam yang datang ke dunia buat membisikan hal-hal negatif, contohnya ngebisikin iblis laen buat ngelakuin hal dungu kayak nge-dribble bola basket, see? dungu banget kan? Eh tapi Gue juga agak ragu kalo si iblis berdaster ini penguasa dari neraka, Gue malah sempet berfikir kalo si iblis ini abis digoreng di neraka sampe bisa item leteng begitu. Belum lagi cara si iblis ini dalam membunuh korbannya ; setelah dijejali penampakan semenit sekali, korban yang kurang beruntung itu pun ditarik dan digantung pake selimut yang diikat pake tali senar layangan. Duh, FTV sebelah aja masih jauh lebih bagus dari film ini, mendingan Gue nonton di rumah ye kan sambil nyeruput kopi sama singkong kristal... Eh tapi kan FTV jarang ada yang pake tema iblis-iblis kayak gini ya? Tau ah Gue pusing, bingung, kok masih ada aja orang yang ngebuat film dengan kualitas ala kadar kaya gini?

Oh iya, Elo juga harus tau men kalo Pichouse, PH dibalik "Bisikan Iblis" ini enggak kapok main-main sama si iblis. Doi baru aja ngerilis film bertema iblis-iblis-an lagi, judulnya "Perjanjian Dengan Iblis" *DUAAARRRR*. Berani nonton? Gue sih enggak.




1. Jailangkung 2

Akhirnya sampai juga pada posisi teratas dalam daftar ini, film yang sebetulnya sudah tak mau Gue bahas lagi karena trauma mengingat betapa buruknya kualitas film horror yang digawangi duo (legendaris) Jose Poernomo dan Rizal Mantovani ini. Bikin geger otak adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan bagaimana kondisi Gue setelah nonton "Jailangkung 2", sebuah sekuel yang terlalu dipaksakan dengan cerita yang tak kalah amburadul dan lebih berantakan, plus dengan puluhan jurus penampakan setan muka busuk yang lebih menyiksa dibanding pendahulunya hingga timbulkan rasa pusing tujuh keliling yang tak kunjung berhenti. Depresi berat adalah efek samping paling mematikan yang didapat ketika menonton film ini, melihat bodohnya para karakter yang terkunci saat lampu tiba-tiba mati ternyata tidak ada apa-apanya dibanding kebodohan hantu dalam film ini yang dengan tololnya berkali-kali meloloskan Amanda Rawles dan Jefri Nichol dari ancaman kematian.

Buruknya "Jailangkung 2" menusuk sampai ke tulang, hingga membuat badan ini lemas tak berdaya serasa habis menenggak obat nyamuk semprot yang ada di kolong meja, bukannya rasa takut yang didapat, alih-alih memperbaiki kualitas film pertamanya yang super dangkal, "Jailangkung 2" malah tampil dengan segala kedunguan yang membingungkan, mengangkat otak Gue keluar dari ubun-ubun dan membuangnya ke dalam got penuh kepala buntung, lalu mengisi kekosongan ubun-ubun Gue dengan segala macam materi yang menggelikan, mulai dari boneka jailangkung yang terbuat dari ranting pohon hingga mantra baru "Kung Kung Sayur Kangkung" yang juga menimbulkan gelak tawa, "Jailangkung 2" adalah sebuah tontonan yang benar-benar teramat sangat menyiksa. Pantas diganjar status terburuk dari yang terburuk. Selamat!

Tunggu dulu, tak lengkap rasanya bila tidak melabeli film yang satu ini dengan kata "dungu" karena bagi Gue, filmnya juga punya kriteria memumpuni untuk masuk ke dalam daftar film horror terburuk tahun ini, dikarenakan hanya terbatas untuk 7 judul saja, so.... honorable mention goes to...





Tahun 2006 silam, tepatnya sebelum Rizal Mantovani terbuai oleh godaan syaiton bok opis yang mana mengharuskannya membuat film busuk tak berotak, penuh adegan mesum agar penonton berbondong-bondong datang ke bioskop untuk melihat dada dan paha yang disorot ganas oleh sang kameramen, Ia terlebih dulu membuat "Kuntilanak". Sebuah film yang meyeramkan dan berada di jalur yang benar, walaupun masih jauh dari jajaran atas film horror lokal terbaik sepanjang masa, "Kuntilanak" adalah sebuah mimpi buruk bagi penonton di tahun penayangannya. Kini lewat trend bok opis meremake-reboot-reborn, sang Kunti dibangkitkan kembali dalam kisah yang berbeda, sayangnya, entah apa yang ada dalam pikiran Rizal, "Kuntilanak" baru yang Ia buat ini seperti lupa bahwa "Kuntilanak" yang dahulu itu mengerikan. Menyelipkan beberapa unsur komedi dalam versi barunya, "Kuntilanak 2018" mencoba mengangkat urban lengend tentang makhluk halus yang menculik anak-anak, yeah... akan ada banyak anak kecil sliweran dalam film ini dan Mereka menjadi fokus utama, apakah Elo kemudian pesimis dengan perubahan tajam dari "Kuntilanak" versi terbaru ini? Tentu, Gue sangat kecewa. Tidak ada karakter se-bad-ass Samantha, sebagai gantinya akan ada Aurelie Moeremans yang nangkring sebagai bintang utama supaya filmnya laku di pasaran, peran yang dimainkan oleh Aurelie pun, tidak begitu penting dan tidak membawa pengaruh yang besar pada plot utama filmnya.

Film ini adalah sebuah penghinaan terhadap film yang dibintangi oleh si cantik Julie Estelle, dan ohhh! bila film-film yang sudah Gue sebutkan dalam bait pertama tulisan ini masuk ke dalam daftar Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018, Gue masih akan tetap keukeuh memasukan "Kuntilanak" ke dalam salah satu spotnya untuk berjejer bersama film-film lain yang bodohnya memabukkan bikin melayang.


Punya pengalaman buruk pas nonton horror lokal tahun lalu di bioskop? Silahkan cantumkan judul yang membuat Anda juga mengalami depresi berat. Terima kasih 😁

Comments

  1. Bener gan,... Kalau menurut saya juga filem kerasukan setan dan angker sebenarnya sudah bagus di atas rata-rata filem horor lainnya yg rada "bodoh". Tapi entah mengapa justru ketika sutradara terlalu banyak pakai CGI dan visual effect berlebihan, horrornya jadi hilang

    ReplyDelete
  2. Kalo mau streaming film Indonesia di atas, lewat mana ya gan? Penasaran sama ceritanya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj