Review Insidious : The Last Key (2018)

Sutradara : Adam Robitel

Penulis Skenario : Leigh Whannell

Pemain : Lin Shaye, Angus Sampson, Leigh Whannell, Spencer Locke, Caitlin Gerard, Bruce Davison





Setiap tahun film horror mengalami perkembangan yang luar biasa, saya (dan banyak orang diluar sana) beranggapan bahwa tahun 80-an itu sebagai masa jayanya film horror, namun bukan berarti film horror dari dekade lain buruk, itu hanya pendapat dan selera pribadi semata. Sebagai orang yang lahir ditahun 90-an dan besar ditahun 2000-an tentu saya lebih banyak menonton dan mengenal film horror yang dirilis dekade ini ketimbang dekade lain walaupun diatas saya mengatakan "80s was my favourite".
Mengilik 3 tahun kebelakang ada "It Follow" yang mendapat banyak hati penonton dan dinobatkan sebagai film horror terbaik tahun 2015, juga kembalinya M. Night Shyamalan dengan "The Visit" setelah ia melewati beberapa tahun dengan karyanya yang kurang direspon baik oleh penonton, dan "Creep" yang menjadi salah satu film horror favorit saya di tahun 2015. Tahun berikutnya ada "The Witch", "Don't Breathe", "The Shallows", "10 Cloverfield Lane" dan "The Conjuring 2" yang bukan hanya mendapat respon positif semata namun juga mampu meraup pundi-pundi dollar yang melimpah, tahun 2016 juga menjadi tahunnya bagi film horror dari luar Amerika, "Train to Busan", "The Wailing", "Under the Shadows" adalah beberapa judul yang mendapat banyak sorotan. Tahun lalu "Split", "Get Out", "Annabelle : Creation" dan "It" berhasil merajai  box office dan sukses besar dipasaran. "It" mampu meraup 700 juta dollar Amerika, dan menjadikannya sebagai film horror dengan pendapatan terbesar sepanjang sejarah menggeser "The Sixth Sense" yang sudah menyandang gelar tersebut selama 18 tahun. "Get Out" juga mendapatkan tempat tertinggi tahun lalu, film debutan Jordan Peele itu menjadi salah satu film terbaik dan menjadi salah satu film dengan penghargaan terbanyak di tahun 2017, termasuk mendapatkan 2 nominasi Golden Globe 2018 (walaupun dalam kategori komedi).

Segelintir "prestasi" film horror di 3 tahun kebelakang adalah contoh bahwa "horror" merupakan salah satu genre yang digemari orang banyak, banyak orang yang menyukai film horror karena suka ditakut-takuti seperti saya dan banyak orang penakut yang penasaran akan sensasinya, dan saya berharap "prestasi" tersebut terus berlanjut di tahun ini. Setiap awal tahun saya yakin hampir semua moviegoers pasti mempunyai "daftar film yang paling ditunggu tahun ini", begitupun saya. "Annihilation", "The Meg", "The Predator", "Incident in a Ghost Land", "The House That Jack Build" adalah beberapa judul yang sangat saya tunggu tahun ini, walaupun saya tidak menampik bahwa saya juga menunggu "Slender Man", "The Nun", "Halloween" dan "Insidious : The Last Key" walaupun tidak terdapat dalam daftar film yang paling saya tunggu tahun ini. Dari semua judul yang saya sebutkan diatas hanya "Insidious : The Last Key"-lah yang telah tayang, lalu apakah saya salah tidak menempatkan film ini dalam "daftar film yang paling saya tunggu tahun ini"?


Sejak diumumkannya seri keempat dalam franchise "Insidious" agustus tahun lalu saya benar-benar menelan ludah, dan bertanya-tanya pada diri saya sendiri "apalagi yang akan dilakukan oleh Blumhouse terhadap franchise ini?". Setelah membuat "Insidious : Chapter 3" sebagai prekuel dari "Insidious" yang pertama, kini Blumhouse membuat sekuel untuk "Chapter 3" yang merupakan prekuel asli dari "Chapter 1". Jadi jika dijelaskan menurut timeline waktunya adalah : "Chapter 3" merupakan kisah awal dari "Insidious", kemudian "The Last Key" merupakan kisah kedua yang bersetting di tahun 2010 sebelum kejadian dalam "Chapter 1" dimulai, "The Last Key" juga mempunyai prolog ditahun 1953 yang mengisahkan masa kecil Elise Rainier (Lin Shaye) yang kemudian menginggal diakhir "Chapter 1", dan dengan begitu "Chapter 2" merupakan kisah paling baru dari seri "Insidious". Saya rasa franchise ini sudah-sangat-terlalu dipaksakan dan saya berharap kata "Last" dalam judul "Insidious : The Last Key" menjadi film terakhir dalam seri "Insidious".


Jika "Chapter 1-2" berfokus kepada keluarga Josh Lambert dan "Chapter 3" berfokus pada Quinn Brenner, kini sang penulis skenario, Leigh Whannell (yang juga berperan sebagai Specs) memberikan Lin Shaye kesempatan untuk mengambil alih peran utama. "The Last Key" akan bercerita tentang kembalinya Elise ke dalam masa lalunya saat ia tinggal di sebuah rumah besama keluarganya di Five Keys, New Mexico. Sejak judul "The Last Key" muncul di layar bioskop, saya merasa sudah tidak enak, tidak enak dengan scoring yang digubah oleh Joseph Bishara, padahal Bishara adalah orang dibalik seramnya musik seri "Insidious", apalagi scoring opening scene-nya yang bikin bulu kuduk merinding itu. Saya pun mengerti mengapa Bishara tidak membuat scoring yang menakutkan untuk opening scene "The Last Key", Adam Robitel selaku sutradara ingin membuat penonton bersimpati pada Elise, okay stop it! saya datang ke bioskop untuk menonton film horror dan berharap saya bisa mendapatkan rasa takut yang berlebihan, bukan untuk melihat drama keluarga yang menguras rasa empati dan simpati hingga saya mengeluarkan air mata (note : saya tidak menagis ketika melihat film ini), tidak salah memang dan penggalian karakter itu diperlukan, namun sekali lagi untuk takaran "Insidious" saya benar-benar tidak suka bagaimana cara Robitel membuka filmnya. Saya masih berbaik hati dengan berfikir positif bahwa mungkin dalam adegan-adegan selanjutnya saya bisa mendapatkan rasa takut yang saya cari, namun saya salah.

Seorang pria bernama Ted Garza (Kirk Acevedo) dari New Mexico meminta bantuan kepada Elise untuk mengusir setan yang ada di rumah barunya, dimana rumah tersebut merupakan rumah masa kecil Elise bersama keluarganya sekitar 50 tahunan yang lalu. Sebuah kisah yang sangat dipaksakan, "The Last Key" mencoba menceritakan masa lalu Elise dengan bertele-tele, membuat sebuah twist ditengah-tengah dengan meninggalkan karakter Ted Garza dan kemudian berfokus kepada adik-kandung-Elise-yang-sudah-lama-terpisah dan kedua keponakannya, Melissa (Spencer Locke) dan Imogen (Caitlin Gerard). Saya beberapa kali menguap ketika menonton film ini, entah mengapa penonton masih bisa tertawa ketika melihat aksi Tucker (Angus Sampson) dan Specs (hello Whannell, jangan coba-coba untuk melucu lagi di film horror selanjutnya).
"The Last Key" tidak ada-seram-seramnya sejak pertama kali dimulai, bahkan ketika setan tangan kunci dengan muka jelek itu muncul pun saya benar-benar tidak merasakan ketakutan, aura creepy pun tidak saya rasakan, rasanya saya ingin mencolok muka setan yang tidak jelas bentuknya itu. Saya juga heran mengapa sebagian besar adegan "kunci" dalam film ini harus dibocorkan semua dalam trailernya, dan sebagian besar adegan yang ada dalam trailer tidak ada dalam filmnya, bahkan saya merasa bahwa trailer "The Last Key" itu lebih asik ditonton dibanding dengan keseluruhan filmnya.


Banyak orang yang menyukai "Insidious" dan Elise adalah salah satu alasan terbaik mengapa orang-orang harus menonton seri "Insidious", namun "The Last Key" terlalu sibuk dengan kisah masa lalu Elise hingga lupa bahwa penonton sedang menunggu untuk ditakut-takuti, lupa bahwa "The Last Key" itu adalah sebuah film yang (seharusnya) mengerikan, elemen horror yang ditampilkan bagaikan lalapan yang hanya dijadikan sebagai pelengkap, kurang greget dan mengecewakan.

Rating : 2/5

Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj