Review Vile (2011)


Sutradara : Taylor Sheridan

Penulis Skenario : Eric Jay Beck, Rob Kowsaluk

Pemain : Eric Jay Beck, April Matson, Akeem Smith, Greg Cipes, Maya Hazen, Heidi Mueller, McKenzie Westmore

Genre : Horror





Sebagai orang yang suka film horor jujur sebelumnya saya tidak pernah mengetahui apapun tentang "Vile", jadi ketika saya pertama melihat poster filmnya di google, saya tidak menaruh banyak harapan. Posternya sih cukup berdarah tapi saya tidak ingin menaikan ekspektasi karena filmnya benar-benar-benar-benar belum saya ketahui sebelumnya (mungkin kebanyakan orang lain juga), namun ketika saya mencari informasi lebih lanjut soal "Vile" saya cukup terkedjut (ala anak zaman now) mengetahui bahwa sutradara filmnya adalah Taylor Sheridan. Dia merupakan penulis film "Sicario" karya Denis Villeneuve, salah satu film yang punya nama di tahun 2015 karena tayang di Cannes Film Festival dalam kategori main competition dan mendapatkan beberapa nominasi Oscar 2016, Sheridan juga menulis skenario untuk film "Hell or High Water" dimana dia mendapatkan nominasi Best Screenplay dalam ajang Golden Globe 2017 dan Best Original Screenplay dalam Oscar 2017. "Hell or High Water" juga menjadi salah satu film terbaik tahun 2016 dan "mejeng" dalam daftar American Film Institute Top 10 Films of 2016. Di tahun 2017, Sheridan menyutradarai "Wind River", film keduanya yang juga ia tulis sendiri, walaupun saya belum menontonnya tapi saya tahu film itu mendapat banyak pujian dan juga berhasil meraup pundi-pundi dolar dan menjadi film indie terlaris keempat di tahun 2017. Inilah yang membuat saya tertarik untuk menonton "Vile", filmmaker yang sedang naik daun seperti Sheridan ternyata memilih debutnya sebagai sutradara lewat sebuah film horror independent. Libido saya pun mulai naik beberapa persen setelah mengetahui hal ini, sutradara kondang macam James Cameron, Patrick Jackson, James Gunn, Katherine Bigelow hingga Zack Snyder juga mengawali karir mereka lewat film horror, bahkan tiga nama yang saya sebut diawal mengawali karir mereka lewat film horror kelas B, namun hal yang mengganjal dalam pikiran saya sebelum menonton "Vile" adalah apakah debutnya Sheridan ini bisa sekeren milik Bigelow, Snyder dan Gunn?


"Vile" mengawali kisahnya lewat 2 pasangan Nick-Tayler dan Tony-Kai yang sedang menikmati liburan, ditengah perjalanan mereka kedatangan seorang wanita yang mengatakan bahwa mobilnya kehabisan bensin dan meminta kepada Nick untuk mengantarnya dan Nick pun setuju, sebuah pilihan yang salah dan kita tahu itu, sebuah ke-klisean yang membosankan yang hampir selalu ada dalam film horror tipe ini, "seseorang yang tak dikenal datang meminta bantuan dan BOOM!!! para protagonis kita pun dalam masalah besar".
Singkat cerita, wanita yang bernama Diane itu menyemprotkan gas penidur kepada 4 jagoan kita dan mereka terbangun dengan posisi terikat disebuah ruangan yang penuh dengan alat perkakas dan terdapat 5 orang lainnya yang juga kebingungan.
Saya memang sudah bisa menebak alur dari "Vile" tanpa membaca sinopsisnya terlebih dahulu, apalagi posternya sudah dengan gamblang mengatakan bahwa ini adalah sebuah film torture porn, dan filmnya benar-benar terasa seperti "Saw".


Terakhir kali menonton film torture porn saya dikecewakan oleh "Grotesque", saya sempat membaca beberapa review tentang film itu dan mereka mengatakan bahwa film itu benar-benar sadis hingga saya menaruh ekspektasi yang sangat tinggi pada film arahan sutradara "Noroi" tersebut. "Grotesque" memang sadis dan tak mengenal ampun, sebagai film torture porn, "Grotesque" itu menyiksa penontonnya, tapi sebagai sebuah film secara universal, "Grotesque" benar-benar membosankan, apakah sebuah film torture porn harus menampilkan sebuah penyiksaan dari awal hingga akhir tanpa memperdulikan penggalian karakter dan pembangunan jalan cerita yang lebih dalam? Saya pernah melihat film pendek "The Herd", sebuah film torture porn yang menurut saya tidak se-sadis "Grotesque" namun bisa membuat perut saya keram karena cerita yang disuguhkan benar-benar ditata dengan rapih dan punya perasaan yang membuat penontonnya peduli akan semua aspek yang ditampilkan. Saya tidak berlebihan kok, saya memang menginginkan film torture porn itu sadis, tapi saya juga menginginkan pembuat filmnya tidak lupa akan aspek lain yang ada dalam sebuah film.
Walaupun "Vile" terkesan murahan dengan adegan dan diaolog yang terucap dari mulut para karakternya, namun itu cukup efektif untuk menyeret penonton ke dalam situasi yang ada dalam "Vile", tanpa menunggu lama "Vile" mampu membuat saya kegirangan melihat adegan-adegan penyiksaan yang cukup sederhana, jeritan kesakitan para karakter mampu membuat keasyikan menonton menjadi bertambah, namun apakah penonton akan betah jika melihat adegan seperti itu berulang-ulang? Saya bisa menebak juga apa yang akan terjadi selanjutnya bahkan hingga ke bagian akhir, walaupun adegan penyiksaan yang "gitu-gitu aja", dahaga saya cukup terpuaskan karena konflik yang dihadirkan mampu membuat situasi makin memburuk tiap menitnya, meskipun ada dua pertanyaan yang membuat saya garuk-garuk kepala setelah selesai menontonnya. Pertama, mengapa Tayler, Tony dan Kai tidak marah kepada Nick ketika mereka terbangun setelah dibius oleh Diane, sebab Nick yang membuat mereka masuk ke dalam masalah ini, dan mengapa diantara mereka bertempat tidak ada yang mencoba menemukan jalan keluar? Jika saya menjadi salah satu dari mereka dua hal tersebutlah yang akan saya lakukan terlebih dahulu ketika saya terjebak dalam situasi itu haha.


"Vile" memang sebuah film horror pasaran, datang bukan dengan cerita orisinal dan punya banyak adegan klise dan plot hole dimana-mana, namun "Vile" mampu membuat penikmat film torture porn kesakitan lewat berbagai adegan penyiksaan sederhana, tensi, dan emosi yang ditampilkan.

Rating : 3/5

Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj