Review A Quiet Place (2018)

Sutradara : John Krasinski

Penulis Skenario : Bryan Woods, Scott Beck, John Krasinski

Pemain : Emily Blunt, John Krasinski, Millicent Simmonds, Noah Jupe

Genre : Horror, Thriller





Awal tahun ini tepatnya 4 Januari saya sempat membuat sebuah postingan di instagram tentang film-film horror yang paling saya tunggu di tahun 2018, beberapa judul tersebut antara lain Annihilation-nya Alex Garland, film hiu The Meg, The Predator, The House That Jack Built-nya Lars Von Trier, Mohawk-nya Ted Geoghegan, Death House dan saya juga sempat menaruh "A Quiet Place" dalam daftar tersebut sebelum akhirnya Incident in a Ghostland karya Pascal Laugier menggeser film arahan John Krasinski tersebut.
Mengapa "A Quiet Place" yang harus saya ganti waktu itu? Jawabannya simpel, karena ekspektasi saya tidak terlalu besar, hanya atas dasar kecantikan Emily Blunt sajalah saya ingin menonton "A Quiet Place", alasan lainnya? Saya memang belum mencari informasi lebih jauh soal "A Quiet Place" hingga akhirnya tayang perdana di Indonesia pada tanggal 3 April kemarin, itupun hanya karena menonton trailer-nya lah rasa penasaran saya kembali menggebu-gebu ingin menonton film yang sudah saya tendang dari daftar "film horror yang paling diantisipasi tahun 2018" ini, apalagi mengetahui bahwa "A Quiet Place" sempat mendapat skor 100% dari Tomat Busuk (terakhir saya lihat ketika menulis ini skornya turun menjadi 97%), rasa penasaran saya makin menjadi-jadi.


Sebuah pengalaman nonton yang asyik. "A Quiet Place" berhasil membayar rasa penasaran saya yang menggebu-gebu. "A Quiet Place" bukanlah film horror yang menawarkan sesuatu yang baru namun apa yang membuat "A Quiet Place" menjadi salah satu film horror yang berhasil adalah ia mampu membuat penonton dihantui rasa ketakutan dari awal hingga akhir durasinya, film horror bisa disebut berhasil jika seperti itu, bukan? Cerita nomor dua, yang penting seram titik. Nilai plus memang didapat jika memiliki skenario yang menarik namun akan sia-sia juga jika filmnya tidak seram, sebaliknya cerita daur ulang penuh ke-klise-an yang sering kita temui jika diolah dengan kemampuan yang memumpuni akan menjadikan film horror "simpel" menjadi sebuah tontonan yang seram, walaupun seram itu relatif.
Sejak filmnya dimulai saya sudah dibuat kaget, mulut saya terbuka lebar begitu saja dan masih belum bisa move on dari opening scene-nya. "A Quiet Place" sangat efektif memanfaatkan kesunyian yang diusung untuk menimbulkan teriakan para penonton. Jangan pernah coba samakan "A Quiet Place" dengan film-film horror seperti Scream atau The Shining, sensasi nontonnya gak akan dapet, yang ada hanya rasa kekecewaan mendalam karena termakan omongan kritikus yang bilang bahwa "A Quiet Place" itu salah satu film horror terbaik tahun ini. Duduk, nikmati dan jangan pernah bersuara sedikitpun di dalam bioskop, maka "A Quiet Place" akan menjadi 90 menit menyenangkan yang bisa bikin badan ini terkaget-kaget hingga suasana bioskop bisa berubah menjadi berisik karena teriakan kita sendiri.


Film dimulai dengan tulisan "Hari Ke-89" menandakan bahwa invasi mematikan ini telah terjadi selama kurang lebih 3 bulan. Seperti dalam film apocalypse kebanyakan, "A Quiet Place" menjelaskan bahwa musibah ini telah mengakibatkan kekacauan yang besar. Kota menjadi mati, hampir sebagian populasi manusia telah mati, dan hanya sedikit yang bisa bertahan karena mengikuti aturan yang ada : "Jangan pernah membuat suara sedikitpun, maka mereka tidak akan memburumu".
Kejadian yang menimpa keluarga Abbott di hari ke-89 ini membuat mereka sangat terpukul dan membuat semua penonton di bioskop termasuk saya kala itu langsung melontarkan kalimat "anjeng, apaan nih?". Sebuah pembukaan yang meleset dari perkiraan saya sebelumnya, opening "A Quiet Place" bukan hanya ingin mengenalkan sosok monster yang ada didalam film ini saja, namun juga menjadi pondasi awal yang akan membuat saya peduli pada semua karakter yang ada didalam filmnya.
Setelah kejadian di hari ke-89 itu kita semua langsung meloncat ke hari 472, dimana keluarga Abbott ini melakukan kegiatan sehari-hari mereka tanpa menimbulkan suara sedikitpun, dan juga Evelyn (Emily Blunt) sosok ibu dalam film ini sedang hamil tua dan akan melahirkan anak ke empatnya pada akhir bulan sesuai dengan tanggal perkiraannya. Seorang penonton di belakang saya lantas "nyeletuk" dibarengi tawaan penonton lainnya, "Pasti nanti pas anaknya lahir langsung dimakan monster".
Film yang ditulis oleh Bryan Woods, Scott Beck dan Krasinski yang juga merangkap sebagai sutradara dan pemain ini mampu menjawab kebodohan-kebodohan tersebut dengan kebodohan lainnya yang mengasyikkan. Sama seperti B movies kebanyakan, namun yang satu ini mampu menjejali kebodohan yang ada dengan tensi tinggi yang membuat saya susah untuk bernapas dan dihantui rasa cemas. Jangankan mikirin plot hole bodoh yang ada, buat napas aja gue susah. Sumpah, "A Quiet Place" itu tontonan yang mengasyikkan!
Didukung dengan akting memukau dari semua pemainnya, saya rasa hampir kebanyakan penonton setuju bahwa Krasinski telah membuat film yang sangat baik. Bukan hanya menjejali penonton dengan jump scare semata, namun Krasinski berhasil mendapatkan hati penonton lewat karakter-karakter yang dihadirkan, inilah yang tadi saya singgung, saya benar-benar peduli pada setiap karakter yang ada dalam film ini. Inilah poin yang harus ada pada setiap film entah itu film drama, horror, komedi, atau yang lainnya. Penggalian karakter itu penting agar penonton membuka hatinya untuk menerima karakter protagonis ataupun antagonis yang dihadirkan.
"A Quiet Place" bukan hanya mengerikan namun juga mampu menyentuh lubuk hati yang paling dalam, "Apa artinya kita jika tidak bisa menjaga mereka?" kira-kira seperti itulah kalimat yang diucapkan Evelyn kepada suaminya, sebuah kalimat puitis romantis yang jarang saya temukan di film horror kebanyakan. Bahkan saking dalamnya kepedulian saya terhadap keluarga Abbott, membuat saya ingin turut serta membunuh monster yang punya indra pendengaran super sensitif ini. Bodoh, tetapi inilah yang saya rasakan ketika menonton "A Quiet Place", sama rasanya seperti emak-emak yang lagi nonton sinetron di salah satu stasiun televisi lokal, bawaanya pengen ikut-ikutan jambak pemeran antagonisnya.


Semua keasyikan yang telah Krasinski hadirkan sejak awal menggiring saya kepada ending yang membuat saya ejakulasi bukan pada klimaksnya. Gak enak emang, dengan wajah yang belum "puas" saya tetap diam memandangi credit title yang bergulir sedangkan penonton yang lain sudah beranjak pergi dari kursi mereka.
Setelah terdiam dalam kesunyian beberapa saat akhirnya saya baru bisa merasakan betapa "enaknya" ending "A Quiet Place", bahkan masih terasa hingga tulisan ini selesai dibuat. Saya puasssss!!!

Rating : 4/5

Comments

  1. fix gue penasaran bgt wkwk pengen nonton ah nanti siang😂😂😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Serem itu relatif yaa, jangan samain A Quiet Place sama film horror keren yang lain, awas nanti kecewa 😁 just enjoy it but overall menurut gue keren sih 😁

      Delete
    2. ah rese lu jangan bikin gue ragu😂 gue percaya ama review lu terus di tambah lu kasih rating 4 dari 5😏

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj