Review Hereditary (2018) : Seberapa Seram Film Ini?


Sutradara : Ari Aster

Penulis Skenario : Ari Aster

Pemain : Toni Collette, Alex Wolff, Gabriel Byrne, Milly Shapiro, Ann Dowd

Genre : Horror





Setelah 4 kali dijejali film horror sampah di bioskop belakangan ini, akhirnya rasa takut Gue bisa keluar juga setelah menonton "Hereditary" beberapa hari yang lalu. Film yang sebelumnya tidak masuk dalam radar Gue hingga akhirnya Gue melihat postingan teman-teman sesama horrorfreak di instagram dari negara lain yang menyeru-nyerukan betapa hebatnya film debutan Ari Aster ini. Semenjak merilis "The Witch" yang dinobatkan sebagai film horror terseram tahun 2016, nampaknya film-film horror produksi A24 tidak bisa dianggap sebagai remehan bubuk wafer belaka. Jika Blumhouse punya "Paranormal Activity", "Insidious", "Sinister" hingga "Get Out" yang meraih piala Oscar tahun ini, A24 juga punya banyak judul yang bisa membuat penonton ngompol di dalam bioskop. "Under the Skin", "Green Room", "The Monster", "It Comes at Night", "The Killing of a Sacred Deer" adalah beberapa judul yang punya nama tersendiri sebagai salah satu film horror terbaik di tahun perilisannya. Lantas, akankah "Hereditary" menyandang gelar film horror terbaik tahun ini?




Setiap keluarga menyimpan sebuah rahasia. Ketika ibunya meninggal, Annie Graham (Toni Collette) nampaknya tidak terlalu terpukul, Ia memiliki hubungan yang kurang baik dengan ibunya, Ellen Taper Leigh yang meninggal diusia 78 tahun. Berbeda dengan anak bungsunya Charlie (Milly Shapiro), anak pendiam yang memiliki kepribadian tertutup dan mengidap penyakit seperti sesak napas ini begitu menyayangi neneknya. Charlie memang terlihat lebih dekat dengan neneknya dibanding dengan ibunya sendiri, walaupun sang ibu sangat menyayanginya. Kejadian-kejadian aneh mulai muncul setelah Ellen meninggal, kuburannya dirusak oleh orang tak dikenal. Steve (Gabriel Byrne), suami Annie nampak menutupi tentang kerusakan kuburan mertuanya tersebut, rahasia gelap keluarga Annie mulai terungkap secara perlahan seiring dengan berjalannya waktu.
Sejak filmnya dimulai, Gue sudah menduga bahwa "Hereditary" bakal menguras otak juga kesabaran untuk ukuran sebuah film horror. "Hereditary" bukanlah sebuah film horror mainstream yang menakut-nakuti penonton dengan sound efek menggelegar dan penampakan makhluk halus yang tiba tiba muncul dari belakang, seperti "Insidious" atau "The Conjuring" misalnya. Gue tahu "Hereditary" bukan film pertama dan satu-satunya yang melakukan hal ini, namun yang mampu membuat Gue tak sadarkan diri setelah menonton film ini adalah semuanya tersusun dengan begitu rapih dan benar-benar tak terduga, dan rasanya sudah beberapa tahun Gue tidak melihat film segila ini. Bagi sebagian penonton yang sudah terbiasa dengan film horror tipe "Insidious" mungkin akan menganggap "Hereditary" sebagai sebuah film yang membosankan, bertele-tele dan tidak menyeramkan. Tingkat keseraman tiap orang itu berbeda-beda, ada yang bilang "The Conjuring" sebagai film horror terseram yang pernah dibuat, juga ada yang menganggapnya biasa saja, beberapa orang juga nampak kecewa dengan "Hereditary" karena mereka membandingkannya dengan film horror konvensional kebanyakan. Tetapi bagi Gue pribadi, "Hereditary" adalah sebuah tontonan gila dengan penceritaan cerdas yang membuat Gue ikut-ikutan garuk-garuk kepala kepanasan. Anjing, sinting, bangsat!

Sebagai sebuah film slow burn horror, "Hereditary" punya banyak kelebihan, mampu memanfaatkan setting dengan baik, membuat rumah keluarga Annie nampak ikonik didukung dengan karakter-karakter yang bukan cuman sekedar ngobrol dan teriak-teriak di depan meja makan saja, para karakter yang Ari hadirkan mampu membuat pikiran penonton kacau dan gelisah, terutama karakter Annie yang diperankan secara mengagumkan oleh Collette, pantas diganjar nominasi Oscar.
Menonton "Hereditary" dibutuhkan cukup kesabaran, Ari tak ingin filmnya dirusak oleh keklisean yang ada dalam film horror kebanyakan. Memanfaatkan konflik karakter sebuah keluarga disfungsional sebagai perantara untuk menakut-nakuti penonton, sebuah cara langka yang mampu dieksekusi dengan sangat baik dan brilian. Jangan berharap datang ke bioskop untuk menonton "Hereditary" dengan segala jump scare impian, "Hereditary" akan menakut-nakuti penontonnya secara perlahan, rasa takut yang dihadirkan sangat mencekam hingga menusuk sampai ke tulang.




Inilah "Hereditary", sebuah film anti-klise yang akan membuat penonton frustasi dan trauma berhari-hari. Bukan tanpa alasan, film yang berjalan dengan begitu "santai" kemudian akan dibantai dengan sebuah adegan penuh pilu dan disturbing hingga membuat penonton, termasuk Gue syok bukan kepalang, adegan tak terduga yang menjadi awal kegilaan dalam "Hereditary".
Gue sempat berfikir, apa yang diinginkan Ari hingga mengorbankan "keturunan"-nya itu? Apakah film ini akan menjadi sebuah film supranatural dengan motif arwah yang balas dendam atau semacamnya? Apalagi filmnya juga merembet ke arah pemanggilan setan yang sudah menjadi santapan sehari-hari dalam film horror supranatural kebanyakan. Dengan cara yang sama namun rasa yang berbeda, Ari mentransfer emosi yang diaduk oleh Annie dan teman "senasibnya" Joan (Ann Dowd) untuk menimbulkan suasana kengerian tingkat tinggi walaupun tanpa penampakan sedikitpun, berjalan dengan baik hingga ke adegan-adegan selanjutnya. Ari memang ingin menghancurkan pikiran penontonnya lewat bayang-bayang yang ditimbulkan dari interaksi antar karakternya, "bakal ada apa nih?" Atau "Kira-kira maunya film ini apa sih?", bisa Gue bilang cara yang Ari gunakan untuk menakut-nakuti penontonnya sangat berhasil membuat penonton dihantu-hantui kegelisahan. 2 jam berlalu dengan sangat cepat, kompleks, penuh emosi dan sangat mencekam. Kesabaran penonton yang kebingungan akan diganjar dengan sebuah ending roller coaster yang membuat jantung makin deg-degan, perasaan makin tidak nyaman dan aura yang makin mengerikan, ditambah dengan sebuah jump scare impian, Setaaaannn!!!!




Tetap, "Hereditary" bukanlah tipe tontonan untuk semua orang, maka dari itu Gue sarankan untuk mengatur tingkat ekspektasi jika akan menonton filmnya. Tapi buat Gue pribadi sih, bakal masukin "Hereditary" ke dalam daftar film horror favorit! Klokk.



Rate : 4,5/5

Comments

  1. Barusan gue nonton dan sumpah si, serem bgt hahaha :v dan gue juga setuju, nonton film ini harus fokus! Kalo gak fokus fix lu cuma buang buang waktu haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, makannya gua sempet ngomong "matiin woy hpnya berisik" wkwk

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj