Review Jailangkung 2 (2018) : Film Lokal Terburuk Tahun Ini

Sutradara : Jose Poernomo, Rizal Mantovani

Penulis Skenario : Ve Handojo, Baskoro Adi Wuryanto

Pemain : Jefri Nichol, Amanda Rawles, Lukman Sardi, Hannah Al-Rashid, Naufal Samudra, Gabriella Quinnlyn

Genre : Horror





Libur lebaran kali ini, lima film lokal dirilis secara bersamaan, mulai dari sekuel, reboot hingga film original. Kelima film tersebut punya misi yang sama yaitu menjadi film dengan jumlah penonton terbanyak. Well, hampir semua filmmaker di dunia tentunya menginginkan filmnya laku keras dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Di Indonesia sendiri, menurut Saya kebanyakan filmmakernya hanya fokus pada jumlah penonton tanpa memperhatikan kualitas film yang dijualnya, tidak semuanya memang, namun berdasarkan beberapa film horror Indonesia yang Saya tonton belakangan ini (juga film-film lainnya yang sudah Saya tonton), Saya malah mendapatkan efek samping berlebihan setelah keluar dari bioskop mulai dari mual, pusing hingga kesemutan, padahal Saya datang ke bioskop itu untuk menghilangkan penat di kepala setelah seharian lelah bekerja, tapi apa daya ternyata tontonan yang disuguhkan jauh lebih menyiksa ketimbang kerja full seharian. Padahal, tugas seorang filmmaker adalah menyuguhkan tontonan yang berkualitas untuk para penonton yang sudah mengeluarkan uangnya. Kadang orang bikin film dengan sungguh-sungguh, tapi hasilnya bisa tetap gagal. Tapi ini, bahkan nggak mencoba supaya bikin film dengan baik. Asal dapat fee. Penonton film Indonesia udah mulai percaya sama kualitas film lokal. Janganlah dirusak kicau pembuat film Pengabdi Setan di Twitter sambil menaruh emotikon "nangis" di dalamnya beberapa waktu lalu setelah Ia menonton beberapa film libur lebaran, sebuah pemikiran yang mewakili diri Saya pribadi (Thanks to Bang Anwar).
"Kuntilanak" reboot misalnya, ketika mood nonton horror sudah tak terbendung lagi nyatanya Saya malah disuguhi banyolan bocah-bocah ingusan yang membuat Saya jadi mimisan di kursi bioskop, tak tahan menghirup bau taik ayam yang ada di akhir filmnya. Begitupun dengan "Jailangkung 2", sekuel dari film reboot yang sukses menyedot 2 juta penonton ke bioskop tahun lalu ini dibuatkan juga sekuelnya, sayangkan kalau kita tidak ambil untung lagi dari seri "Jailangkung" ini, pungkas produser filmnya.
Lalu, apa yang saya harapkan dari "Jailangkung 2" ini setelah dibuat migrain ketika menonton film pertamanya? Jawabannya tidak ada. Namun, melihat "Danur 2 : Maddah" karya Awi Suryadi yang punya progess mengejutkan, Saya akhirnya meyakinkan alam bawah sadar Saya untuk menonton film "Jailangkung 2", berharap Jose dan Rizal bisa menebus dosanya di film pertama.



Formula yang dipakai "Jailangkung 2" nampaknya sama dengan kebanyakan sekuel yang ada, bigger and better. Ambisi Jose dan Rizal untuk men-upgrade "Jailangkung 2" ke tahap yang lebih besar dimulai ketika filmnya memutar balik alur cerita ke tahun 1947, dimana terjadi sebuah kecelakaan kapal SS Ourang Medan yang mengakibatkan semua kru kapalnya tewas secara mengenaskan, tidak lain dan tidak bukan penyebabnya adalah Matianak yang sudah diceritakan dalam film sebelumnya. Impresi pertama ketika menonton opening scene dalam "Jailangkung 2" tidak berbeda jauh dengan opening scene yang ada dalam film pertama, sama-sama hambar dan sama-sama dibalut efek api yang bikin mata panas, namun menilik konsep bigger yang ditawarkan Jose dan Rizal, "Jailangkung 2" punya opening scene yang cukup memikat dibanding dengan film yang pertama. Namun, dengan cerita yang dibawa mundur jauh dan tak masuk akal seperti itu, kemana "Jailangkung 2" akan melangkah nantinya?
Filmnya kemudian melanjutkan kisah dari film pertama dimana keluarga Pak Ferdi (Lukman Sardi) masih dibayang-bayangi rasa ketakutan, Bella (Amanda Rawles) khawatir akan kondisi Kak Angel (Hannah Al-Rashid) yang kian memburuk, apalagi kini Kak Angel tengah merawat bayi yang Ia lahirkan di kuburan dalam film pertama, bayi yang diduga kuat sebagi Matianak. Lewat bantuan Rama (Jefri Nichol), juga Bram (Naufal Samudra) yang tak sengaja lewat, mereka semua berusaha untuk menghentikan sosok Matianak. Apalagi, si bungsu Tasya (Gabriella Quinnlyn) menghilang secara misterius setelah Ia bermain Jailangkung untuk bertemu dengan ibundanya.

Nampaknya, Saya salah telah mengeluarkan uang untuk membeli tiket film sebodoh "Jailangkung 2". Saya tidak menaruh ekspektasi sedikitpun untuk "Jailangkung 2" karena Saya sudah yakin jika filmnya engga bakal bagus-bagus banget. Jika film pertamanya punya premis menarik yang sayangnya tidak dieksekusi dengan baik, "Jailangkung 2" punya penceritaan yang memaksakan kehendak, menyambungkan benang merah dan benang biru agar kisah keluarga pak Ferdi bisa terus berlanjut dan pihak pembuat filmnya pun bisa meraup untung besar. Bukan hanya itu, uji nyali yang harus saya lewati ketika menonton "Jailangkung 2" adalah kembali bertemu dengan karakter-karakter memuakkan yang selalu melemparkan dialog tidak penting dengan kadar akting yang tidak ada bedanya dengan yang mereka lakukan tahun lalu. Jose-Rizal juga meng-upgrade sekuel ini dengan menampilkan penampakan-penanpakan berlebihan yang lebih menyiksa jiwa raga ketimbang penampakan setan yang ada di film pertama. Saya masih bisa sedikit menikmati penampakan setan yang ada dalam film "Jailangkung", namun untuk film yang kedua ini, saya tidak bisa menolelirnya, semakin banyak setan yang muncul, "Jailangkung 2" tak terlihat seram sama sekali, hampir semua adegannya dimulai dan diakhiri dengan cara yang sama; lampu tiba tiba mati, protagonis kita mulai terkunci dan tak bisa melarikan diri, setannya muncul dan kemudian lolos begitu saja. Saya tidak ingat kapan terakhir kali Saya menonton film sebodoh ini, tapi "Jailangkung 2" akan selalu Saya ingat sebagai sebuah film yang tak penting, film yang tak memperhatikan perasaan penonton yang telah rela datang ke bioskop dan telah mengeluarkan uangnya, film yang pantas disebut sebagai salah satu yang terburuk di tahun ini.



Agar tetap bisa disebut sebagai "Jailangkung 2", Jose-Rizal kemudian mengorbankan si bungsu Tasya untuk bermain Jailangkung, bukannya ketempelan, ternyata Tasya malah menghilang dan masuk ke dunia alam ghaib, sebuah sub plot klise yang membosankan dan tidak menyatu dengan ambisi Matianak yang dihadirkan. Alih alih menjadi sebuah sekuel yang better, "Jailangkung 2" malah lebih berantakan, kacau dan menggelikan dibanding film pertamanya, semenggelikan boneka Jailangkung baru yang Tasya buat sendiri dari ranting pohon dengan mantra ajaib "Kung Kung Sayur Kangkung".
"Jailangkung 2" adalah tontonan libur lebaran yang sangat menyiksa dan timbulkan depresi berat, tidak bisa Saya maafkan secara lahir batin. JELEK BANGET SEEHH!!



Rate : 0/5

Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj