Review Bisikan Iblis (2018) : Tak Terdengar Jelas Apa Maksudnya


Sutradara : Hanny R. Saputra

Penulis Skenario : Farhan Noaru

Pemain : Amanda Manopo, Rebecca Klopper,  Zoe Jackson, Andira Hadley, Nicole Parham, Raquel Katie Larkin, Ayu Dyah Pasha

Genre : Horror





Di suatu malam yang sunyi, tepatnya di sebuah rumah produksi tempat Asih lahir, Pak Produser dan timnya sedang mengadakan meeting untuk membahas projek film mereka selanjutnya. Ada yang mengusulkan untuk membuat film superhero ala Marvel namun terjebak dalam urusan dana, ada juga yang menyarankan agar Pak Produser sekali-kali membuat film kelas festival seperti "Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak" namun Pak Produser tidak mau karena takut rugi filmnya tidak laku di pasaran. Seseorang yang duduk di bangku paling belakang lantas menyarankan kepada Pak Produser untuk membuat film stop motoin, siapa tahu nanti bakal dapet rekor muri sebagai film panjang stop motion pertama di Indonesia, tapi Pak Produser tetap menolak dengan dalih tak cukup orang yang ahli dalam bidang tersebut, saran-saran mulia dari timnya itu sudah membuat kepala Pak Produser pening dalam mengambil keputusan film apa yang bakal Gue buat selanjutnya hingga Ia marah dan menghentakkan kedua tangannya di atas meja "DIAM!!!!" yang seraya diiringi suara "DUARRR!!!", tiba-tiba petir menyambar dengan gagahnya diluar sana, air hujan pun turun dengan deras dari ketinggian hingga pantulan suaranya ikut menari-nari di dalam ruangan, angin kencang seketika membuka jendela yang tertutup rapat hingga kertas-kertas yang ada di meja berterbangan tak tahu arah, salah satunya jatuh tepat di depan Pak Produser yang masih terlihat kebingungan menentukan film apa yang akan Ia buat selanjutnya. Ia kemudian mengambil kertas yang tergeletak di depannya itu dan membacanya "Data Perolehan Penonton Film Indonesia Tahun 2018" tiba-tiba sebuah suara samar-samar terdengar dari arah belakang, "whaaa semm mmm hmmm emmm semmm..." tak terdengar jelas apa suara itu, namun nampaknya ada sesuatu yang mencoba untuk berbisik kepada Pak Produser.
Raut wajah Pak Produser mulai berubah, menandakan bahwa suasana hati dan pikirannya sudah sedikit membaik, terlihat senyuman manis mulai tergores di wajahnya yang telah merah meradang, alangkah senangnya ketika Ia melihat ada "Danur 2 : Maddah" nangkring diposisi 2, juga ada 6 film horror lainnya yang nyempil di 15 besar. Nampaknya judul dengan embel-embel setan memang menjanjikan jika dibuat sebuah film, tidak perlu repot-repot mikirin kualitas filmnya, Kita buat yang instan saja, selain bakal memangkas biaya produksi, toh penonton pasti bakal beli tiket juga ke bioskop, apalagi kalau pemainnya artis belasan tahun, akting mah urusan belakangan, yang penting hits dan digandrungi masyarakat. Lihat ini, Data Perolehan Penonton Film Indonesia Tahun 2018, genre horror mendominasi di Top 15 dengan 7 judul, that's it! Saya sudah tahu kita akan buat film apa selanjutnya. Tanpa ada perbincangan panjang antara Pak Produser dan timnya, meeting pun ditutup.


Kemudian Pak Produser dalam kesendiriannya memikirkan kira-kira film horror seperti apa yang akan Ia buat, tentu kalau mau bikin film horror macam "Get Out" perlu waktu yang lama, untuk menulis skenarionya saja mungkin perlu waktu bertahun-tahun, tiba tiba... "whaaa semm mmm hmmm emmm semmm..." suara itu terdengar kembali,  nampaknya ada yang mencoba membisikkan sesuatu lagi kepada Pak Produser, "TRINGGG!!!" lampu ide Pak Produser kembali bersinar, Ia kemudian mengambil handphonenya yang berharga jutaan rupiah itu dan menelepon Farhan Noaru (Rumah Belanda, Kembang Kantil) untuk menuliskan sebuah skenario film, agar tidak terlau repot mikirin jalan cerita dan sebagainya, Pak Produser lantas berkata kepada Farhan untuk mengadaptasi novel best seller "Ghost Dormitory" karya Sucia Ramadhani, supaya nanti filmnya terlihat menarik dan lebih menjual, judulnya kita ganti saja jadi... treng treng.... "Bisikan Iblis" (terinspirasi dari bisikan yang Pak Produser dengar). Agar semua planning cari pundi-pundinya itu berjalan dengan mulus, Pak Produser meminta sutradara kenamaan Hanny R. Saputra (Mirror, Heart, Sajen) untuk menggarap filmnya, and this is it, lahirlah film "Bisikan Iblis".





Lo pasti bertanya-tanya kenapa Gue cerita panjang lebar gini sebelum cuthat soal "Bisikan Iblis". Cerita ini sebetulnya bukan kisah bagaimana "Bisikan Iblis" dibuat, anggaplah ini sebuah cerpen buatan Gue yang terinspirasi dari film "Bisikan Iblis", bukannya Gue mau ngerendahin pekerjaan Pak Produser ye (Doi kan pemeran utama dalam cerpen Gue diatas tuh), tapi siapa pun yang bertanggung jawab atas hadirnya "Bisikan Iblis" dalam perindustrian film tanah air (khususnya genre favorit Gue), telah kembali merusak kualitas film horror lokal. Ya walaupun belum semuanya keren, masih banyak juga yang kualitasnya dibawah kelayakan tonton tetapi setidaknya film-film horror lokal belakangan ini sudah mulai membaik dari segi visual yang bukan saja hanya ciamik namun sedap pula dipandang mata. Nah, buat "Bisikan Iblis" ini sendiri, selain jelek, buruk, busuk, ancur, ternyata filmnya tidak punya visualisasi yang menarik sama sekali untuk dilihat. Duh, sebenernya Gue lagi engga enak badan buat nulis review, entah memang kondisi badan Gue yang mulai nge-drop atau memang karena efek nonton film terbaru arahan Hanny R. Saputra ini, entahlah yang jelas "Bisikan Iblis" punya formula film horror lokal yang berantakan dan menimbulkan efek samping tingkat berat : pusing, kleyengan, mual hingga sakit mata.


Adalah Nany, diperankan oleh gadis belia Amanda Manopo yang sebelumnya berkolaborasi dengan Hanny dalam "Sajen". Ia kembali harus menjadi anak sekolahan yang (lagi-lagi) dibully oleh teman sekolahnya, apes benar nasib Amanda ini, main di "Sajen" dibully, main di "Bisikan Iblis" pun juga dibully. Nany ini diceritakan mengalami trauma sejak kecil karena Ia melihat ibunya sendiri dibunuh oleh sesosok makhluk yang Ia sebut sebagai Iblis Hitam. Demi menghilangkan rasa takutnya, Nany yang juga sudah harus masuk kedalam masa pembelajaran ini memilih sekolah berasrama Erly agar Ia setidaknya bisa menghilangkan rasa trauma yang sudah dialaminya. Kejadian-kejadian aneh mulai dialami Nany sejak pertama kali Ia datang ke asrama, termasuk melihat penampakan setan muka tepung kaefsi yang dilumuri saos salted egg alias telor asin, kata teman sekamarnya Gie (Zoe Jackson) sih setan-setan berseragam itu muncul guna menyampaikan pesan, rahasia besar pun lambat laun mulai terungkap oleh Nany.





Sejak kapan Hanny R. Saputra membuat film minim kualitas macam "Bisikan Iblis" ini? Apakah semenjak "Dejavu : Ajian Puter Giling"? Atau semenjak" Love Is U"-nya Cherry Belle? Entahlah, sudah lama Gue tidak membuntuti sutradara yang pernah membuat film bagus macam "Mirror", "Heart" yang fenomenal itu dan "Di Bawah Lindungan Ka'bah". Beberapa bulan lalu ketika menonton film horror teranyar Hanny, Gue punya harapan yang sangat besar untuk "Sajen" yang sayangnya berujung pada "kekecewaan terbesar dalam sejarah" hidup Gue. Gue pada akhirnya tidak terkejut bila Hanny kembali (Setelah sukses meraup hampir 800 ribu penonton lewat "Sajen") dengan "Bisikan Iblis" yang mulai syuting tanggal 23 Juli ini, lah enggak usah heran, Om Nayato saja kalau tidak salah syuting cuman seminggu kok, belum kan ditambah pre dan post produksinya, ya kalau dihitung-hitung post produksinya kurang lebih satu bulanan sampai rilis di bioskop tanggal 13 September kemarin, ini yang membuat Gue juga tidak keheranan bila "Bisikan Iblis" sejak awal terlihat seperti ind*mie yang serba instan, siap naskah, reading, syuting, editing-editing dan rilis. Sayangnya ketika membuat ind*mie ini (read : "Bisikan Iblis") ada banyak laron yang masuk ke dalam panci hingga merusak tampilan dan cita rasa ind*mie-nya, ini kok malah ngomongin ind*mie yang gagal gara-gara kecemplungan laron ya?, kembali ke laptop.


Apakah Gue perlu terus menjelaskan bagaimana buruknya "Bisikan Iblis" ini? Sebenarnya sih Aku tak sudi, tapi sudahlah, otak Gue seperti habis dicuci oleh bisikan si iblis yang tak terdengar jelas apa maksud dan tujuannya. Jahanam sekali bisikan si iblis (berdaster) hitam ini yang telah merayu Gue untuk membeli tiket bioskop seharga 35 ribu (well, biasanya Gue nonton pas weekday loh harga 30 ribu haha), Hanny nampaknya juga tergoda oleh bisikan iblis yang entah itu iblis dari filmnya Nayato atau KKD, Ia membuat "Bisikan Iblis" penuh dengan jump scare 2 detik sekali yang diiringi oleh dentuman musik berisik yang membengkakkan telinga, belum lagi adegan ketika para korbannya diseret oleh selimut yang diikat tali senar yang bikin Gue geleng-geleng kepala di kursi bioskop, ternyata masih lebih asyik nonton FTV di rumah, selain gratis, penceritaan dan penggarapannya pun lebih menarik (dan serius tentunya) ketimbang "Bisikan Iblis". Gue sendiri sempat kebingungan di dalam bioskop menerka-nerka latar waktu dari film ini, sesekali Gue berfikir jika filmnya bersetting tahun 90-an atau awal 2000-an, tapi ada penggunaan smartphone disana, kebingungan Gue kembali melanda jika benar film ini bersetting pada zaman now, mengapa sekolah Erly yang katanya masuk 3 besar nasional ini seperti sekolah tua dengan dekorasi yang terkesan jadul plus cat tembok yang warnanya sudah pupus ditelan waktu, tentu ini makin memperkuat opini Gue, atau jangan-jangan karena pihak sekolah ingin mempertahankan ciri khas sekolahnya? Atau jangan-jangan setting seperti ini dilakukan Hanny supaya penonton lebih mudah dalam mencerna twist luar biasa yang "Bisikan Iblis" hadirkan diakhir kisahnya? Atau mungkin Gue harus berfikir positif saja kalau Gue memang tidak fokus untuk melihat latar waktu yang filmnya hadirkan (Kalau pun itu ada). Bila kolaborasi Hanny-Amanda sebelumnya "Sajen" masih memiliki teknis penggarapan yang lumayan bagus, untuk "Bisikan Iblis" ini sama sekali tidak ada nilai plusnya, naskah buruk, akting buruk, penyutradaraan buruk, editing buruk, tidak ada satupun hal yang bisa membuat Gue setidaknya gembira ketika menonton "Bisikan Iblis".




Whaaa semm mmm hmmm emmm semmm... Wahai para iblis laknat dari neraka, tolong kembalilah ketempat asalmu, jangan rayu Kami lagi dengan bisikan mautmu, hancurnya perindustrian film horror lokal ini, salah satunya oleh ulahmu. Atas nama penonton yang peduli akan kualitas film Indonesia, ENYAHLAH ENGKAU DARI MUKA BUMI INI, DASAR KAU IBLIS BERDASTER HITAM!



Rate : 0/5 


Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj