Review The Toybox (2018) : Kurang Mempermainkan Psikologis Penonton


Sutradara : Tom Nagel

Penulis Skenario : Jeff Denton

Pemain : Mischa Barton, Denise Richards, Jeff Denton, Brian Nagel, Greg Violand, Matt Mercer

Genre : Horror





Perjalanan Jennifer (Denise Richards) kali ini mungkin akan jadi yang terburuk semasa hidupnya, Ia beserta keluarga kecilnya pergi berlibur menggunakan Recreational Vehicle (RV) yang baru saja dibeli oleh mertuanya (Greg Violand), di tengah-tengah perjalanan mobil Mereka mengalami kerusakan dan tiba-tiba Mereka diserang oleh mutan seperti yang ada dalam film klasik "The Hills Have Eyes". Bagi sebagian orang yang menilai "The Toybox" dari covernya saja, Mereka memang enggak salah-salah amat, Mereka akan menilai "The Toybox" sebagai copy-an mentah dari film buatan mendiang Wes Craven yang juga sudah diremake oleh Alexandre Aja pada tahun 2006 silam. Sebenarnya sinopsis "The Toybox" bukan seperti yang Gue bilang diatas, Jennifer dan keluarganya memang berlibur menggunakan mobil RV, mobil Mereka juga mengalami sedikit masalah seperti yang dialami oleh keluarga Carter dalam "The Hills Have Eyes", tetapi keluarga Jennifer tidak diserang oleh mutan bermuka jelek kok, film arahan Tom Nagel ini bakal mindahin formula film supernatural yang sering ada dalam film rumah berhantu ke dalam formula road trip horror, bedanya hanya dari segi sarana menakut-nakutinya saja, jika "The Conjuring" atau "The Others" menakut-nakuti penonton di dalam rumah segede gaban (yang dari luar saja sudah nampak angker), "The Toybox" akan mengajak Kita bermain hantu-hantuan di dalam mobil RV ber-ruang lingkup sempit, tentunya ini bukan suatu hal yang baru dan sebenarnya tidak terlalu menarik juga untuk diikuti, tapi siapa tahu nantinya Nagel punya serentetan jump scare menyenangkan yang bisa bikin rasa penat di kepala menghilang, hanya itu saja harapan yang Gue punya ketika menonton "The Toybox" karena Gue tahu memang tidak banyak yang bisa diharapkan dari film indie macam "The Toybox" ini, kalau tidak mengasyikkan ditonton juga tidak akan menimbulkan rasa depresi yang berlebihan, dan kalau nantinya film ini ternyata 'bejat', berarti Gue lagi beruntung bisa nemuin film indie berkualitas.




Jika film rumah berhantu macam "Insidious" atau "The Conjuring" punya banyak cara untuk menakut-nakuti penonton, misalnya dengan hal klise seperti suara pintu berderit atau kursi goyang yang bergerak sendiri, "The Toybox" nampaknya harus bekerja ekstra keras untuk bisa menakut-nakuti penonton dengan ruang lingkup yang cukup sempit, selain karena mobil RV tidak ada apa-apanya bila disandingkan dengan penampilan luar rumah keluarga Perron atau keluarga-keluarga lainnya yang sering diganggu oleh dedemit, trik menakut-nakuti yang nantinya Nagel gunakan untuk memancing jeritan penonton pun terbatas dan tidak bisa digunakan dengan baik. Walaupun "The Toybox" begitu standar untuk ukuran sebuah film horror, akan selalu ada potensi yang bisa didapat jika Nagel selaku sutradara mampu mempermainkan psikologis penonton, namun sayangnya skenario yang ditulis oleh Jeff Denton (pemeran Steve) ini tak mempunyai cara yang meyakinkan untuk membuat rasa takut penonton keluar.




Sebelum Jennifer dan keluarganya menyadari bahwa mobil RV tua yang mereka tumpangi itu berhantu, Mereka menolong dua orang tak dikenal yang kebetulan mobilnya mogok dipinggir jalan, sadar bahwa menunggu orang lain lagi lewat hanya akan membuang-buang waktu saja, kakak beradik Mark (Matt Mercer) dan Samantha (Mischa Barton) mau tak mau harus ikut dalam perjalanan liburan keluarga Jennifer sebelum akhirnya mobil yang dikemudikan oleh Charles (Violand) terdampar di tempat antah berantah. Seperti film road trip kebanyakan, "The Toybox" menyuguhkan visualisasi yang memanjakan mata sebelum akhirnya Nagel mengubah hamparan indah itu menjadi kubangan berdarah bagi para karakter yang ada, sialnya karakter yang Nagel bangun dari awal tak mampu mengubah rasa kebosanan yang sudah singgah sejak pedal gas RV-nya diinjak. Gue sama sekali tidak peduli dengan semua karakter yang ada dalam film ini, selain nampak terlihat bodoh ketika para karakternya tak menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh pada mobil RV yang mereka tumpangi -seperi ketika mobilnya tiba-tiba maju sendiri atau ketika radionya muter-muter lagu sendiri- hal fatal lainnya yang tak Nagel perhatikan dalam "The Toybox" adalah ketika beberapa karakternya mulai menyadari bahwa ada yang aneh dengan mobil tersebut mereka seolah acuh dan tak peduli sama sekali (kecuali Samantha yang tidak mau tidur di dalam mobil lagi), ini berdampak pada tingkat ketegangan yang penonton rasakan, datang ketika terrornya dilemparkan dan hilang ketika para karakternya kembali bersikap normal seperti tidak ada sesuatu yang telah terjadi sebelumnya.


Padahal, "The Toybox" mampu membuat rasa penasaran penonton terus meningkat sepanjang durasinya, berasumsi "sebenarnya ada apa sih dengan mobil RV ini?", walaupun plotnya terlalu pasaran, "The Toybox" mampu membuat imajinasi penonton kacau ketika melihat wajah berkaca mata dibalik layar gorden mobil, penampakan itu jadi satu-satunya hal yang Gue suka dari "The Toybox", tak lebih karena film ini sendiri tidak mampu mempermainkan psikologis penonton ke tingkat yang lebih jauh dengan segala potensi yang ada. Bahkan ketika Nagel menampakan sosok hantu wanita di tengah sunyinya malam pun tidak terlalu membantu pada jalan cerita yang Ia bangun.
Walaupun pada akhirnya ada sebuah keberanian untuk mengubah cara menakut-nakuti yang begitu cemen diawal menjadi sajian slasher yang nantinya mengarah pada perubahan persepsi penonton terhadap final girl-nya, Gue sedari awal sudah tak peduli pada nasib Jennifer dan keluarganya, sangat mengikhlaskan bila mereka semua mati satu-persatu dibabat habis oleh si penghuni mobil berhantu.




Pada akhirnya, "The Toybox" berkhir dengan label biasa saja dan tak menawarkan sesuatu yang baru, kecuali nantinya posisi si rumah berhantu diganti dengan mobil berhantu. Namun jika film rumah berhantu (beberapa) masih bisa bikin Gue takut buat ke kamar mandi pas jam 12 malam, "The Toybox" rasanya belum mampu membuat Gue ketakutan untuk jalan-jalan sendirian naik mobil RV di daratan antah berantah. Film yang rencananya akan dirilis dalam bentuk kepingan DVD dan Blu-ray (juga akan tayang secara terbatas di beberapa bioskop di Amerika) pada tanggal 18 September ini pasti begitu mudah dilupakan oleh penontonnya, rilisan home videonnya pun pasti akan dibiarkan dipojokan hingga berdebu dan usang.



Rate : 2/5

Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj