5 Film Horror Indonesia Terbaik Tahun 2018


Tak terasa tahun 2018 akan segera berakhir, tahun dimana Gue mulai bisa berbagi pendapat, komentar serta kesan-kesan setelah menonton sebuah film lewat blog ini. Keinginan untuk membuat blog ocehan tentang film yang udah Gue tonton sebetulnya sudah terpikirkan bertahun-tahun lamanya, hasrat untuk membuat blog khusus tentang review film (btw, Gue mulai ngeblog tahun 2012, pas masih berseragam, itupun karena tugas sekolah) akhirnya bisa terlaksana dipenghujung tahun 2017 silam lewat review "Eden Lake". Maaf teruntuk Kalian yang mampir datang kesini untuk membaca artikel dengan judul "5 Film Horror Indonesia Terbaik Tahun 2018" ini karena lagi-lagi harus rela dicekoki curhatan pribadi yang menggelikan hehehe. Tapi ini beneran, kecintaan Gue terhadap film terutama horror udah menggiring Gue masuk ke dalam rutinitas yang bagi diri Gue sendiri menyenangkan (walaupun sedikit melelahkan), bisa berbagi pendapat tentang film horror bersama orang-orang yang juga cinta akan sinema merupakan sebuah kebahagian, Gue bukan ingin mendramatisir keadaan, tapi kenyataan Gue bisa merawat blog ini (walaupun masih acak-acakan) selama setahun lebih adalah sebuah keberhasilan. Semoga nantinya blog ini dapat terus berjalan hingga tahun-tahun berikutnya dan tidak mengikuti jejak blog-blog Gue yang lainnya hahaha
Curcol Part 2 : Sebelumnya Gue punya blog tentang kumpulan lirik lagu pas jamanan Gue doyan fanboying. Sempet juga bikin blog horror, isinya kumpulan sinopsis berbahasa inggris yang gue copy-translate gugel-paste hahaha

Oke, cukup sekian curcol kali ini karena Gue udah gak sabar buat berbagi pendapat tentang film-film horror lokal yang dirilis tahun ini, walaupun Gue enggak nonton semuanya, ada yang sengaja Gue lewatkan demi menghemat uang (maklum, dan hal wajarlah ya hahaha), ada juga yang gak bisa Gue tonton karena kepentok jadwal kerja, ada juga yang Gue skip karena kecapek-an gak bisa kekejar, soalnya film-film lain juga ngantri berhari-hati dalam draft. "Tusuk Jailangkung Di Lubang Buaya" misalnya, padahal Gue pengen banget ngasih pendapat pribadi tentang film arahan Erwin Arnada yang menampilkan dua cewek lagi basah-basahan di kali dalam trailernya, tapi yah apa daya Pekan Sinema Jepang 2018 datang mencuri perhatian sehingga Gue harus meninggalkan "Tusuk Jailangkung Di Lubang Buaya" dalam ketenangan, dan dengan ditayangkannya "Silam" pada 13 Desember lalu (yang juga enggak sempet Gue tonton), parade film horror Indonesia tahun ini telah resmi berakhir, ada yang berkesan namun nyatanya masih banyak yang menjengkelkan. Ketika Nayato tak seproduktif dulu dalam memproduksi karya cemerlang nan briliannya, Raffi Ahmad justru datang dengan kumpulan kisah horror bodoh yang membosankan. Film horror Indonesia kian tahun memang mengalami sedikit perbaikan, kini tak ada lagi film dengan judul macam "Kembaranku Pocong Yang Lagi Mangkal Di Jembatan" atau "Pelet Janda Setan Bencong", tapi dengan masih banyaknya film horror terbelakang, sulit sebenarnya untuk menentukan mana yang benar-benar pantas masuk ke dalam daftar ini. Bagus atau tidaknya sebuah film kembali lagi pada penontonnya, bagus menurut Gue belum tentu menurut Elo bagus kan? Daftar ini mungkin akan lebih terlihat personal, namun dengan segala pertimbangan, termasuk dalam memilih mana yang terbaik dari banyaknya yang busuk, inilah 5 Film Horror Indonesia Terbaik Tahun 2018 versi Gue :




5. Suzzanna Bernapas Dalam Kubur

Disutradarai oleh Rocky Soraya yang dikenal lewat film horror "The Doll" dan "Mata Batin", juga oleh Anggy Umbara yang pernah mencetak rekor box office berkat mendaur ulang sebuah warung kopi, "Suzzanna Bernapas Dalam Kubur" kembali meneruskan trend remake/reboot/reborn di tanah air yang semakin marak karena banyaknya penonton yang ingin melihat karakter yang diperankan oleh aktris Luna Maya mati tertusuk hingga ke bagian belakang. Membangkitkan sosok sundel bolong yang melegenda tentu bukanlah hal yang mudah, dengan kesungguhan untuk menampilkan copy-an KW super Suzzanna, aspek produksi tatanan rias film Soraya Intercine Films ini bisa dibilang berhasil, sinematografi serta scoring apik juga mampu menaikkan derajat film ini ke dalam kelas yang nyaman untuk disaksikan, performa Luna Maya yang sanggup menghipnotis penonton lewat pelototan matanya sukses membuat penonton jatuh cinta kembali pada sosok ratu horror Indonesia. "Bernapas Dalam Kubur" walaupun masih jauh dari kata seram, setidaknya telah mengobati rasa rindu yang teramat dalam lewat kesungguhan produksi yang dilakukan, bukan hanya sekedar nyari untung besar dengan mendongkrak nama Ibu kita semata, "Suzzanna Bernapas Dalam Kubur" memang mempunyai niat baik yang patut diapresiasi, gore splatstick yang asik serta kemunculan trio Opie-Asri-Ence yang menggelitik adalah nilai plus tersendiri untuk film ini. Melihat antusias yang begitu besar dari masyarakat, walaupun belum mampu memecah rekor penonton "Pengabdi Setan", kemungkinan besar jiwa Suzzanna dalam tubuh lain seperti Luna Maya ini akan terus dikomersilkan dalam beberapa tahun ke depan. Satu harapan Gue : Bikin seseram mungkin, atau jangan pernah lagi.




4. Danur 2 : Maddah

Melihat perubahan yang dilakukan oleh Awi Suryadi sebagai sutradara, tentu "Danur 2 : Maddah" adalah sebuah kesuksesan, sukses bertengger di jajaran box office serta sukses bertengger di hati penulis (what, pe-nu-lis hahaha). Selain porsi jump scare berisiknya telah dikurangi, Awi kali ini juga mampu bertutur dalam tatanan yang lebih rapi, memanfaatkan potensi-potensi keseraman yang dalam film sebelumnya diabaikan, "Maddah" mampu membangun atmosfir keseraman dengan begitu baik. Penampakan yang dirancang dengan hati-hati mampu membuat rasa cekam seketika menyelimuti sembari deg-deg-an khawatir memikirkan nasib Prilly yang sebelumnya Gue acuhkan dalam "I Can See Ghosts". Dengan segala kemajuan yang telah Awi berikan, "Danur 2 : Maddah" bukan hanya sukses mencuri perhatian dan masuk ke dalam daftar film horror lokal terbaik 2018 versi Gue, namun juga sejauh ini mampu menjadi bagian terbaik dalam semesta Danur yang diangkat dari novel best seller Risa Saraswati. Sayangnya Gue membenci spin-off-nya yang juga telah tayang tahun ini.




3. Dongeng Mistis

Kemungkinan film horror paling underrated yang ada dalam daftar ini, "Dongeng Mistis" adalah hadiah horror lokal terindah yang Gue tonton di bioskop tahun 2018, jauh dari kata sempurna namun mampu membuat hati kegirangan karena telah dipuaskan. Dikala film-film horror buatan "orang lama" tampil lembek bagai tembleg (sebutan orang sunda untuk makanan yang terbuat dari terigu), Reene Pictures kembali membawa talenta-talenta berbakat lewat format omnibus, gabungan dari beberapa film-film pendek. Membawa tema urband legend tentang 6 hantu lokal, untuk urusan menakut-nakuti serta mendongengkan kisah mistis yang lekat dengan budaya Kita, misalnya sapu yang diletakkan terbalik di depan pintu kamar atau jalan yang "disesatkan" oleh syaiton, "Dongeng Mistis" memang tak usah diragukan. Penampilan apik Sundel Bolong karya Ihsan Fadli, seramnya Pocong arahan Achmad Romie, bangkitkan kembali Genderuwo, hingga mengangkat setan-setan lokal yang sebelumnya jarang (atau mungkin belum pernah?) diangkat ke layar lebar seperti Lehak, Bajang dan Begu Ganjang, "Dongeng Mistis" merupakan sajian omnibus yang benar-benar menarik untuk ditonton.




2. Kafir : Bersekutu Dengan Setan

Senang sekali rasanya bisa menyaksikan film ini di bioskop, akting yang memuaskan, tatanan sinematografi yang memikat serta kengerian maksimal yang Gue dapatkan ketika menonton film arahan Azhar Kinoi Lubis ini menjadikan "Kafir : Bersekutu Dengan Setan" mendapat tempat spesial di dalam hati. "Kafir" kembali membuktikan bahwa untuk tampil seram, film horror itu tak butuh puluhan jump scare dengan setan muka hancur yang ditayangkan setiap 5 menit sekali, pendekatan yang jarang dilakukan oleh filmmaker lokal dalam membangun kengerian inilah yang kemudian membuat "Kafir" terasa begitu spesial. Mencekam dan memukau dari segala sisi, "Kafir : Bersekutu Dengan Setan" merupakan film horror lokal yang berbeda, dibuat dengan sebuah niat kuat dan usaha maksimal untuk mendapatkan tontonan yang mengerikan. Saking membekasnya, perkatan salah satu karakter dalam film ini pun membeku dalam pikiran : "Kami warga, enggak mau si kafir itu dikubur di kampung Kami, haram!"




1. Sebelum Iblis Menjemput

Tidak ada sedikitpun keraguan ketika melihat nama besar seperti Chelsea Islan, Pevita Pearce, Ray Sahetapy serta Ruth Marini nangkring dalam film horror terbaru karya si laknat Timo Tjahjanto. Setelah melanglang buana lewat tontonan penuh darah dan kesakitan dibawah bendera kebesaran Mo Brothers, film bioskop solo pertamanya, "Sebelum Iblis Menjemput" adalah sebuah mukjizat yang kembali mampu mengangkat industri horror Kita ketingkat yang lebih tinggi. Penyembahan setan, domba hitam, iblis laknat penggoda iman serta penampilan garang dari Karina Suwandi yang menyita perhatian, "Sebelum Iblis Menjemput" adalah tontonan menyeramkan penuh kegilaan yang akan membuat penontonnya mencret, muncrat darah hingga lemas tak berdaya karena disodorkan adegan-adegan yang membuat libido naik tak terkendali, mulai dari adegan Lesmana yang tercekik sampai mati traumatis hingga adegan kepala putus, "Sebelum Iblis Menjemput" merupakan satu-satunya film tahun ini yang sudah mengeruk uang Gue sampai Gue ngaceng 3 kali di bioskop. Bangsat!

Honorable mention : The Origin of Santet, yes! Helfi Kardit did a good job.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj