Stay at Home, Watch Horror : 7 Film Untuk Menemani Masa Karantina



2020 sudah memasuki bulan keempatnya namun dunia masih dihantui oleh kabar buruk mengenai pandemi Covid-19, sebuah penyakit yang menghentikan sejenak hampir keseluruhan aktivitas rutin manusia di muka bumi. Semua lini terkena dampaknya : politik, sosial hingga ekonomi. Daftar film di bawah ini kental dengan emosi dan kondisi sekitar yang tengah Kita rasakan saat ini : Karantina, isolasi diri, pembatasan jarak sosial, virus, infeksi, kecemasan serta rasa takut yang dapat mengubah segalanya. Dari film zombie klasik hingga film asal Prancis, film-film ini cocok buat nemenin hari-hari Lo di masa kaya gini sambil makan singkong goreng di rumah.

7. 28 Days Later, 2003


Tidak ada film yang bisa membuka daftar ini selain "28 Days Later" arahan Danny Boyle karena menurut Gue film horror post-apocalyptic yang dirilis tahun 2003 silam ini benar-benar dapat menggambarkan situasi yang relatable dengan kondisi yang tengah terjadi saat ini berbagai belahan di dunia : infeksi virus yang membuat suatu kota dengan gemerlap lampu dan kerumunan orang yang lalu lalang menjadi sebuah kota mati. Didukung tata produksi dan sinematografi yang begitu apik, serta scoring yang sangat membantu membawa penonton masuk kedalam kesunyian dan rasa kelam yang mencekam ketika kamera menelusuri jalanan London yang teramat senyap, "28 Days Later" mampu menciptakan rasa ketakutan yang teramat dalam. Lebih dari sekedar film zombie (atau mungkin Lo ga bilang ini film zombie), isu-isu politik dan kemanusiaan yang dibawakan oleh film ini membuat filmnya semakin terasa seperti mimpi buruk yang sangat nyata, emang setan Lo, Boyle!

6. The Mist, 2007


Ini bukan film soal virus atau infeksi, apa yang membuat Gue memasukkan film adaptasi novel karya Stephen King ini dibanding adaptasi novel "I Am Legend" karya Richard Matheson yang sudah diangkat menjadi tiga film termasuk yang dibintangi oleh Will Smith pada tahun 2007 silam itu karena "The Mist" bukan sekedar film monster yang sajikan ajang monster-makan-manusia seperti film sejenis kebanyakan. Titiknya akan terfokus pada sifat kemanusian dan perasaan dalam menghadapi sebuah masalah besar : Kabut tebal misterius tiba-tiba menyelimuti suatu Kota, orang-orang yang sedang berbelanja di sebuah supermarket harus bertahan di dalamnya ketika Mereka mengetahui monster-monster mengerikan tengah mengintai mangsa dibalik kabut tersebut. Kepanikan, rasa takut, ketidak pastian, penggiringan opini, apatisme serta fanaitsme agama yang memuakkan ternyata bisa memperburuk suatu keadaan. Gue tidak perlu membocorkan endingnya yang anjing itu, kan?

5. The Crazies, 2010


Film remake berjudul sama tahun 1973 ini punya segalanya, Timothy Olyphant dengan seragam sheriff-nya yang gagah, veteran horror Radha Mitchell serta si cantik Danielle Panabaker, sinematografi apik dengan tensi yang bikin badan tak berkutik, serta sensasi horror-thriller dibalut dengan action menegangkan, termasuk adegan di dalam car washes yang tak bisa Gue lupakan. "The Crazies" memang bukan film horror superior, namun film karya Breck Eisner ini adalah sebuah film remake yang baik, sangat-sangat baik. Kisahnya tentang sebuah kota fictional (hell yeah) Ogden Marsh, dimana penduduk kota satu persatu mulai mengalami kegilaan ekstrim seperti membunuh keluarganya sendiri dan membakar rumahnya, kegilaan ini dipicu oleh air yang terkontaminasi oleh kasus penemuan mayat dan pesawat yang tejatuh di sebuah sungai. Air ini lah yang kemudian membuat hampir sebagian penduduk Ogden Marsh menjadi tidak waras hingga Mereka harus diefakuasi untuk dikarantina. Situasi terlihat normal sampai akhirnya orang-orang yang terinfeksi mulai memberontak hingga mengakibatkan kekacauan dan membuat pihak militer kewalahan. Warga-warga gila yang membabi buta ternyata bukan satu-satunya ancaman bagi keselamatan orang-orang yang belum terinfeksi, namun juga militer yang kini menaikkan statusnya menjadi search and destroy : temukan manusia yang tersisa dan bunuh agar infeksi tidak menyebar ke luar kota Ogden Marsh. Bayangkan?

4. Day of the Dead, 1985


Dideskripsikan sebagai tragedi tentang bagaimana kurangnya komunikasi manusia dapat menyebabkan kekacauan serta kehancuran, instalment ketiga dalam "Trilogy of the Dead"-nya George A. Romero ini memang harus Gue akui sebagai yang paling kelam dan suram. Berbeda dari dua film sebelumnya yang lebih memfokuskan tentang proses zombie apocalypse serta bagaimana caranya untuk bertahan hidup, sejak filmnya dibuka "Day of the Dead" memang telah menunjukkan sisi depresifnya lewat gubahan musik John Harrison yang sampai sekarang masih terngiang-ngiang di kepala. Nuansa gelap dan mencekam, serta adegan usus yang terus berhamburan menandakan filmnya tak memiliki secercah harapan dalam menghadapi situasi sulit seperti yang digambarkan. Gue sendiri lebih menyukai film ini dibanding bagian "Night of the Living Dead" ataupun "Dawn of the Dead" yang memang lebih banyak mendapat pujian, entah bagaimana film ini punya sisi gelap yang mampu merusak jiwa Gue hanya dengan melihat pertikaian antar pasukan militer dan para ilmuan dan dokter yang berjuang untuk kelangsungan kehidupan manusia. Zombienya menjijikan, karakter-karakternya yang kuat serta atmosfer kehancuran yang tak terlihat titik terangnya benar-benar membuat pikiran kacau dan timbulkan perasaan tak nyaman yang berkepanjangan. Oh iya, situasi dan dunia luar mungkin memuakkan namun seperti yang salah satu karakter dalam film ini katakan, nikmatilah dan buatlah kesenangan kecil di dalamnya. Enjoy!

3. It Comes At Night, 2017


Gue gak peduli Lu adalah orang yang suka atau benci dengan film ini, "It Comes At Night" tetaplah merupakan film horror post-apocalyptic tentang social distancing yang wajib ditonton. Film  yang membuktikan bahwa horror bisa tetap seram walaupun tak ada hantunya atau tak ada monsternya, walaupun Gue sendiri tak menyangkal bahwa Gue sempat menunggu dengan sabar "sesuatu yang datang di malam hari itu", tapi penantian Gue toh berujung pada kepuasan yang jarang Gue dapatkan ketika menonton film jenis ini. Filmnya pintar, mengerikan, mendebarkan bukan hanya karena permainan tensi yang baik, namun juga pembangunan karakternya yang sangat kuat. Eksplorasi emosi manusia tanpa adanya rasa kepercayaan satu sama lain dibalut dengan visualisasi kehancurhan yang mencekam dengan balutan scoring yang benar-benar menghantui, membuat "It Comes at Night" terasa seperti raga yang kehilangan jiwanya dalam kesunyian. Ternyata apa yang membuat Kita ketakutan bukan hanya apa yang Kita lihat, namun juga dari apa yang Kita rasakan.

2. La nuit a dévoré le monde, 2018


Film asal Prancis ini mungkin akan terdengar seperti "28 Days Later" (pada awalnya), namun segera setalah Paris berubah menjadi kota mati karena wabah zombie, film dengan judul internasional "The Night Eats the World" ini akan memberikan penonton presfektif berbeda yang lebih personal. Filmnya akan mengeksplor kesendirian seorang pria yang terbangun dari tidurnya dan menyadari seluruh penduduk Paris telah berubah menjadi zombie hanya dalam waktu semalam. Ketika film zombie lainnya diisi oleh adegan kejar-kejaran antara para survivors dan zombie, mengisi hampir sebagian durasi filmnya dengan adegan makan otak dan jeroan bercampur darah (sebetulnya ini tipe Gue, but whatever), "La nuit a dévoré le monde" memiliki cara yang lebih halus dalam menuturkan kiamat zombienya, cukup sederhana namun efektif menyampaikan rasa takutnya kepada penonton. Filmnya memang sedikit agak lambat dan membosankan, namun jika Kita sedikit bersabar rasa takut dan perasaan tak nyaman itu akan didapatkan dengan setimpal lewat proses penggalian karakternya yang terfokus pada cara bertahan hidup ditengah kesepian, ketakutan, kegelisahan dan keputus asaan, inilah mimpi buruk yang sesungguhnya.

1. Rec, 2007


Reporter Ángela Vidal dan kameramennya sedang bertugas meliput kegiatan shift malam petugas pemadam kebakaran di kota Barcelona untuk keperluan sebuah acara televisi. Peliputan Mereka menjadi malam malapetaka ketika pemadam kebakaran mendapat telepon dari wanita tua di apartemennya. Siapa sangka tugas malam itu menjadi tugas terakhir Mereka ketika ternyata diketahui sebuah virus mematikan menginfeksi penghungi apartemen tersebut dan mengubah Mereka menjadi zombie pemakan daging manusia yang buas. Demi keselamatan warga Barcelona, pemerintah mengisolasi orang-orang yang ada di dalam apartemen tersebut. Tidak ada jalan keluar dan tidak ada pertolongan, hanya ketakutan akan kematian yang menghantui Vidal dan yang lainnya.
"Rec" ini bisa disebut salah satu film zombie terbangsat, paling bringas yang bikin jantung deg-degan gak karuan. Film found footage dengan teknik kamera hand-held ini memang menambah kerealistisan filmnya, walaupun Kita tahu filmnya bohongan. Duo sutradara Jaume Balagueró dan Paco Plaza dengan sinting mengeksplor sudut-sudut apartemen sempit dan gelap dengan berbagai kejutan jump scares yang membuat Gue loncat-loncat ketakutan, belum lagi adegan kejar-kejaran antar karakter dan zombienya yang membuat adrenalin naik hingga mencapai puncaknya. Film asal Spanyol ini merupakan pure horror experience. Tak salah diganjar sebagai salah satu film horror terbaik yang pernah dibuat.

Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj