Review K0s0ng (No One Inside) (2020) : Stigma Sosial Tentang Perempuan Pasca Menikah

Sutradara : Chonie Prysilia, Hizkia Subiyantoro


Genre : Dokumenter, Animasi











"Siapa sih yang bikin Aku jadi kayak gini?"



Setiap orang memiliki kegelisahan yang berbeda, ada yang sebal ketika ditanya "hei, kapan lulus kuliah?", "sekarang kerja dimana?", "mana pacarnya?", atau "kapan mau nikah?", ada juga yang cuek ketika dicecar pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Bagi Mereka yang menganggap pertanyaan tetangga (atau bahkan keluarga) itu sebagai sosok yang lebih menakutkan ketimbang kecoa terbang yang ada di dalam kamar, tentu hidup di negara yang mempunyai kultur "mewajibkan" untuk menikah bukanlah hal yang yang mudah seperti membalikkan telapak tangan. Bahkan ketika sudah melangsungkan pernikahan, tipe pertanyaan yang kerap kali menyinggung perasaan seseorang itu masih tetap saja dilontarkan, namun sadarkah Kita bahwa pertanyaan pasca menikah "kapan punya anak?" lebih membebani kaum hawa?


Dari kegelisahan inilah Chonie Prysilia dan Hizkia Subiyantoro mengangkat isu sosial yang kerap terjadi di negeri ini lewat "K0s0ng", sebuah dokumenter animasi tentang perempuan Indonesia yang tidak bisa/belum bisa/tidak mau/belum mau memiliki keturunan.



Ada rasa takjub melihat dokumenter karya anak Jogja ini, bagaikan kisah sebelum tidur, "K0s0ng" benar-benar mampu memadukan tutur narasi dengan gambar-gambar indah dalam saat yang bersamaan, rintihan hati yang dilontarkan lewat suara lembut para narasumber membuat Saya langsung terpana jatuh ke dalam buaiannya, namun disatu sisi lain kisah para perempuan ini begitu menyayat perasaan.


Kisahnya akan terbagi menjadi 5 bagian, dimana masing-masing cerita memiliki latar belakang yang berbeda baik dari segi umur, keyakinan, pekerjaan dan alasan mengapa Mereka belum/tidak mau/bisa memiliki keturunan. Chonie dan Hizkia pandai betul memilih subjek yang ingin disampaikan lewat filmnya, menyoroti isu yang seringkali membebani salah satu gender, "K0s0ng" yang diluar terlihat berada disisi kaum perempuan yang tertindas (dalam hal ini Mereka yang tak memiliki keturunan), ternyata memiliki materi seimbang yang membuat penonton semakin terbuka untuk menyerap isu-isu yang beragam.



Kita akan dihadapkan dengan berbagai macam alasan untuk bisa memahami perasaan para narasumber ini, ada perempuan yang sampai dimasa tuanya belum bisa memiliki keturunan namun beliau menghadapinya dengan penuh kesabaran, ada juga "anak" generasi modern dengan pola pikirnya yang tak memperdulikan lingkungan sekitarnya, dalam artian tidak ingin memiliki keturunan, "K0s0ng" benar-benar menyampaikan materinya dengan penuh ketelitian.


Ngomong-ngomong soal detail, apa yang membuat Saya makin jatuh cinta terhadap film ini adalah pada gaya animasi yang juga beragam. Terkadang beberapa film animasi memang menyatukan berbagai macam teknik untuk menghasilkan visualisasi yang memanjakan mata. "The Little Prince" misalnya yang menggunakan teknik stop motion untuk menuturkan kisah adaptasi buku aslinya dan animasi CGI untuk narasi tambahannya. Dalam "K0s0ng" para animator menggambar frame-demi-frame-nya menggunakan teknik gambar yang berbeda-beda disesuaikan dengan karakteristik para naratornya seperti cat air untuk perempuan yang sudah lanjut usia, cat akrilik untuk narator utama, juga spidol untuk menuturkan kisah perempuan diusianya yang ke-25, tentu cara ini akan menghasilkan tekstur, warna dan mood yang berbeda-beda.



"K0s0ng" sekali lagi tak hanya membuktikan bahwa talenta animator negeri kita benar-benar berbakat, dokumenter berdurasi sekitar 77 menit ini juga membuktikan bahwa kasus yang Saya anggap secara pribadi sebagai pelecehan secara verbal ini masih kerap dianggap sebagai hal yang lumrah di sekitar Kita. Walaupun harus Saya akui voice recordingnya masih tidak terlalu stabil namun semua itu tertutupi oleh aspek lainnya yang Chonie dan Hizkia berikan. "K0s0ng" merupakan film yang mengharukan dan penting untuk ditonton, sebuah dokumenter animasi yang begitu inovatif.



Rate : 3,5/5

Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj