Review Homeward (Evge) (2019) — EOS 2020

Sutradara : Nariman Aliev


Penulis Skenario : Nariman Aliev


Pemain : Akhtem Seitablaev, Remzi Bilyalov, Darya Barihashvili, Anatoliy Marempolskiy


Genre : Drama


Negara : Ukraina








***

This film screened at Europe on Screen 2020

***


"Homeward" atau "Evge" (Bahasa Ukraina : Додому yang berarti Rumah) dibuka dengan gambar yang bukan hanya menggugah selera, namun sedap untuk dipandang. Sebuah adegan dimana perahu mengapung di atas air yang tenang seperti tergambar dalam poster internasionalnya ; itu adalah satu dari beberapa hal yang membuat Saya pada akhirnya memilih untuk menonton film ini. Alasan lainnya karena film debut sutradara muda Nariman Aliev ini merupakan film yang dikirim oleh Ukraina untuk beradu memperebutkan nominasi Best International Film pada pagelaran Oscar 2020 kemarin. Adegan di awal itu diambil memang bukan saja untuk memantik rasa penasaran penonton namun juga menjadi kunci utama dimana "Homeward" nantinya akan mengeluarkan klimaks yang luar biasa.


Beralih adegan, Kita akan dikenalkan dengan Mustafa (Akhtem Seitablaev) dan anaknya yang masih duduk di bangku kuliah, Alim (Remzi Bilyalov) yang sedang menunggu proses otopsi jenazah Nazim (Anatoliy Marempolskiy), anak pertama Mustafa yang gugur dalam konfrontasi antara Ukraina dan Russia. Mustafa yang berasal dari Crimea, semenanjung yang menjadi perebutan antara dua negara tersebut menginginkan anak pertamanya itu untuk dikuburkan di kampung halamannya. "Homeward" kemudian akan berjalan seperti film road trip pada umumnya, Aliev perlahan lahan akan membongkar seluk beluk hubungan dalam keluarga Mustafa seiring dengan perjalanan yang Mereka berdua lewati. 



Pemberhentian pertama adalah tunangan dari Nazim, Olesya (Darya Barihashvili) yang ternyata menolak tindakan Mustafa untuk menguburkan jenazah Nazim di Crimea. Usut punya usut ternyata Kita akan diberi fakta bahwa keluarga kecil ini merupakan keluarga yang sedang terpecah belah. Mustafa menyalahkan Olesya atas kepergian Nazim yang merantau ke ibu kota Ukraina, begitu pula Alim yang juga ikut tinggal bersama Mereka (ini digambarkan lewat dialog ketidak tahuan Mustafa tentang kegiatan Alim), Olesya juga selalu menyebut Mustafa sebagai sosok yang berbahaya bagi Alim. Dalam beberapa adegan berikutnya, Kita akan diperlihatkan dengan sikap Mustafa yang terlalu overprotective terhadap anaknya yang menginginkan kebebasan.


Pada titik ini, Aliev memang tidak secara gamblang menjelaskan konflik yang terjadi dalam keluarga Mustafa. Penonton dibiarkan untuk menganalisa sendiri tentang keretakan yang terjadi antar ayah dan anak ini. "Homeward" kemudian akan berjalan dengan sangat lamban, bangunan chemistry yang terjalin antar dua pemain utamanya tidak bisa Saya rasakan, meski film ini memiliki banyak momen yang bisa membantu para karakternya untuk berkembang masuk ke dalam cerita, Saya masih belum bisa merasakannya. 



Saya tidak bisa mengelak bahwa rasa bosan beberapa kali menghampiri ditengah-tengah durasinya. Apa yang ditampilkan "Homeward" pada paruh awal memang cukup menarik untuk diikuti, namun ketika film ini masuk ke dalam bentuk aslinya sebagai sebuah road trip movie, "Homeward" seperti kehilangan pegangannya. Momen-momen dimana eksplorasi karakter harusnya terjadi secara intens, malah melemah ditelan narasi yang kian memudar. 


Untungnya semua itu dapat diatasi kembali ketika Aliev memunculkan senjata andalannya dalam film ini. Sebuah fakta yang mengatakan bahwa konflik terjadi bukan hanya antar Mustafa dengan anak-anaknya namun juga dengan relasi keluarga lainnya. Pada babak ketiga ini, akhirnya Saya bisa merasakan arti dari kata "pulang" yang sesungguhnya. Kedua karakter utamanya ini kemudian makin menguat, begitu juga dengan hubungannya dan diikuti dengan narasi yang kian menarik pula. 



Pada menit-menit terakhirnya, Aliev benar-benar membuat Saya tercengang lewat visualisasi yang menghantui pikiran dan tak pernah Saya lihat sebelumnya. 10 menit terakhir yang dirancang bukan saja hanya untuk membuat penonton merasakan perjuangan pedih kedua karakter utamanya, namun juga sebagai hadiah setimpal seperti yang sudah Kita dapatkan lewat adegan pertama filmnya. Ending dari "Homeward" ini adalah sebuah bagian yang seharusnya tak boleh diceritakan, tidak lain agar substansi film ini bisa dirasakan dengan getaran jiwa yang maksimal. 




Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj