Review In Touch (2018) — FFD 2020

Sutradara : Pawel Ziemilski


Genre : Dokumenter


Negara : Polandia














***

This film screened at Festival Film Dokumenter Jogja 2020

***


Pernahkah terlewat dalam lintasan benak memikirkan hal-hal yang pernah Kita lewati dulu? Seperti bermain dalam genangan lumpur kotor sampai larut menjemput? Membayangkan ketika Kita belum disambangi oleh kemajuan teknologi masa kini yang merenggut hampir sebagian waktu manusia ketika beraktivitas. Dahulu ketika teknologi macam telepon genggam dianggap sebagai barang mewah yang tak bisa dimiliki oleh semua orang, kini malah menjadi sebuah barang yang (hampir) harus dimiliki oleh semuanya. 


Ketika ada banyak pihak menyayangkan penggunaan teknologi yang kurang bijak, lewat dokumenter 60 menitnya, Pawel Ziemilski akan memberi arti tentang pentingnya untuk tetap saling "bersentuhan".



Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir lebih dari 2 juta orang bermigrasi dari Polandia. Hampir sepertiga penduduk desa Stare Juchy (yang berarti "Darah Tua") di Polandia yang didominasi oleh anak muda pergi meninggalkan negaranya untuk mengadu nasib dan mencari kehidupan yang lebih baik di Islandia, para generasi tua pada akhirnya harus beradaptasi dengan internet untuk tatap bisa terhubung dengan anak dan cucu Mereka. Isi hati mengatakan ingin pulang dan kembali tinggal ke tempat asal, namun masa depan tak bisa ditebak. 


Tetap berkomunikasi memang adalah cara terbaik agar suatu hubungan tetap berjalan utuh, walaupun pada dasarnya memang keputusan orang-orang desa Stare Juchy (yang ditampilkan dalam film ini) pergi bermigrasi bukan karena masalah retaknya hubungan keluarga—kecuali (sepertinya) untuk seorang pria yang tetap menggunakan headphone dan pergi ketika ayahnya sedang berbicara—"In Touch" pada dasarnya memang ingin menggali sisi komunikasi tanpa ada gesekan hati dari para subjeknya, itulah sebabnya hampir semua kisah yang Ziemilski tampilkan akan mencakup persoalan rasa rindu dan harapan. 



Ditampilkan menggunakan projektor dengan pengaplikasian pada berbagai macam bangunan rumah, dinding, alam terbuka juga media manusia itu sendiri, "In Touch" berhasil menyampaikan perasaan dan isi hati para orang tua yang terpisah jauh dan tak ada kemungkin untuk bertemu kembali dengan anaknya. Ada rasa hangat yang muncul ketika projektor menyala menyinari ruang dengan warna cerah lanskap Islandia dan senyuman para imigran di dalamnya, namun ironisnya ketika projektor memudar karena gerakan benda atau cahaya—salah satu contoh yang ditampilkan adalah kereta yang tengah berjalan—tiba-tiba langsung membuat suasana kehangatan filmnya langsung memudar, dan mengubah rasa rindu yang muncul menjadi rasa kesepian yang mendalam.  


Ziemilski memang tak akan banyak menggali banyak ikatan batin yang terjalin antar tiap keluarga yang disambanginya, namun semua itu tergambarkan dengan baik lewat tindakan dan ekspresi murni para orang tua yang melihat anaknya tinggal jauh dibagian lain di Eropa : ada yang bahagia dan merayakannya dengan selalu makan virtual bersama, namun ada juga yang terlihat sedih dengan hanya menatap tajam ke arah layar. 



Dengan durasinya yang hanya 60 menitan, film ini mampu menyampaikan substansinya dengan penuh rasa, ditopang oleh visualisali yang tak biasa,  "In Touch" menangkap realita komunikasi dalam isolasi, kerinduan dan kekosongan orang-orang yang terpisahkan oleh jarak dan ketidakpastian.


Film ini pertama kali tayang dalam pagelaran Festival Film Dokumenter di Amsterdan pada akhir tahun 2018 dan mulai menyambangi festival film lainnya di tahun 2019 dan 2020.



Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj