Review Les Misérables (2019) — FFWC 2020

Sutradara : Ladj Ly

Penulis Skenario : Ladj Ly, Giordano Gederlini, Alexis Manenti

Pemain : Damien Bonnard, Alexis Manenti, Djebril Zonga, Issa Perica

Genre : Drama, Thriller

Negara : Prancis

















***

This film screened at French Films on Wits Campus 2020

***

Penegak hukum, aparat keamanan atau polisi sudah seharusnya melindungi, mengayomi dan menjadi tameng bagi masyarakat, namun dalam beberapa kasus para oknum penegak hukum tersebut tak sejalan dengan apa yang seharusnya dilakukan, imbasnya ; Mereka menjadi sumber ketakutan bagi masyarakat. Namun dalam "Les Misérables" karya Ladj Ly, fokusnya tak akan bertumpu penuh pada kebengisan sebagian penegak hukum yang menggunakan otoritas kekuatan Mereka dengan semena-mena di lingkungan masyarakat saja. Ya, meskipun dalam prakteknya, Ly memperlihatkan bagaimana ketidakwajaran para aparat kepolisan Paris dalam bertugas, bahkan dalam hal kecil ; Ketika Mereka sedang berpatroli di jalan dan menghampiri para remaja yang sedang menunggu bus sembari merokok. Kita pun akan langsung dihadapkan dengan titik fokus film yang sedang Kita bahas ; apakah "Les Misérables" ini tentang konflik sosial antara penetap dan imigran atau memang polisi yang berperan sebagai penengah ini merupakan akar dari permasalahan yang terjadi?


Kita akan mengikuti perjalanan Bripka Stéphane Ruiz (Damien Bonnard), yang baru saja dipindah tugaskan ke Paris untuk bergabung dengan unit patroli yang beranggotakan Aipka Chris (Alexis Manenti) dan Bripka Gwada (Djebril Zonga). Mereka memiliki tugas untuk mengawasi jalanan di sub-urban Montfermeil di Paris, termasuk para penduduknya yang juga berisi para imigran, dan kelompok-komunitas antar etnis dan agama minoritas yang ada disana. Masalah dimulai ketika salah satu anak remaja berkulit hitam Issa (Issa Perica), mencuri anak singa dari sebuah sirkus yang membuat pemiliknya, Zorro (Raymond Lopez) mendatangi salah satu kelompok kulit hitam disana dan meminta anak singanya dikembalikan, ketuanya yang disebut "Mayor" (Steve Tientcheu) tak tahu menahu soal hal itu. Keributan pun terjadi, dalam hal ini ketiga polisi Kita datang untuk mendamaikan kedua kelompok dan berjanji mencari siapa pencuri anak singa tersebut.


Adalah perwakilan Prancis untuk Best International Film dalam Oscar 2020, yang mana menjadi sebuah kekecewaan bagi sebagian penikmat film karena menganggap film lainnya yang dirilis pada tahun yang sama "Portrait of a Lady on Fire" lebih layak untuk maju ke arena pertandingan Oscar—Hei! namun siapa sangka film ini malah berhasil menyabet nominasi—merupakan sebuah film yang kompleks dan sudah sepatutnya mendapat tepukan tangan. Lewat pesan urgensi sosialnya yang kuat, Ly mengarahkan debutnya ini dengan sangat baik, dan terkadang dalam adegan penuh ketengan, Ly dengan teratur menambah intensitasnya lewat konfilik dan konektivitas antar karakternya yang tak berhenti membuat nafas terasa sesak.

Bahkan ketika filmnya sudah mendekati ketenangan dan penonton sudah bisa merasakan akhir dari durasinya, Ly mendobrak filmnya dengan sumber kekuatan tak terduga yang menjadi jawaban dari fokus yang ada dalam filmnya ; aparat memang adalah sumbernya, dan rakyat menganggap bahwa Mereka adalah sistem bengis yang harus dilawan. Sebagian merupakan kesalahan yang tak disengaja, sebagian lainnya merupakan efek dari sifat yang sudah mengakar sejak awal, hingga pada akhirnya penonton diberi pilihan sulit untuk berpihak pada siapa.


Lewat temanya yang kuat ini, tak salah bila komite film Prancis memutuskan film ini untuk berkompetisi dalam ajang nomor wahid Oscar, dan jikalau tidak, film ini tetap merupakan refleksi penting tentang keberagaman warganya—dan hampir seluruh bagian dunia—tentang keadilan sosial untuk semua. Filmnya, dibuka lewat adegan selebrasi masyarakat Prancis atas kemenangan tim sepak bola nasional Mereka pada Piala Dunia FIFA 2018 di Avenue des Champs-Élysées yang sudah dianggap dan dideklarasikan sebagai momen persaudaraan antar orang-orang dari etnis dan kelas yang berbeda. 




Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj