Review This Rain Will Never Stop (2021) — DIFF 2021

Sutradara : Alina Gorlova

Genre : Dokumenter

Negara : Ukraina






















***

This film screened at Durban International Film Festival 2021

***


Kita semua telah melewati masa-masa kelam dimana orang-orang saling membunuh tanpa adanya rasa belas kasihan, darah bertumpahan menyentuh tanah dan bom menghancurkan bangunan seisinya dengan politik sebagai alas dasar. Namun, keberadaban manusia di masa sekarang ternyata tak menghentikan kekejian serupa, perang pecah di mana-mana. Mungkinkah siklus peperangan ini bisa dihentikan? Itulah ide yang melatar belakangi dokumenter terbaru karya Alina Gorlova.


Filmnya akan mengikuti keluarga Lazgin Sulaiman yang melarikan diri dari Suriah ke Ukraina (pihak keluaga istrinya) akibat perang yang terjadi di negaranya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, terutama bagi anak Mereka, Andriy. Namun tak berselang lama, konflik memanas di daerah Donbass, Ukraina. Sekali lagi keluarga ini harus menghadapi situasi buruk di daerah peperangan. Apakah melarikan diri dari perang adalah keputusan yang tepat? Atau ambil bagian untuk mempersatukan manusia demi sebuah kedamaian abadi adalah hal yang harus ditempuh? Pilihan kedua itulah yang kini diambil Andriy dalam menghadapi konflik yang terjadi di negara keluarga ibunya, apalagi setelah kejadian buruk di Suriah, keluarga besar pihak sang ayah harus terpisah jauh ke berbagai negara. Keluarga paman Andriy pindah ke Jerman, ada juga yang pergi ke Irak, dan yang lainnya tetap berada di Suriah. Andriy kini bergabung dengan Palang Merah, membantu warga yang membutuhkan disituasi yang menyulitkan.


Namun sebelum perjalanan panjang dalam "This Rain Will Never Stop" dimulai, Alina membuka filmnya dengan potret topografi memukau dari berbagai sisi. Dengan pembagian chapter dari angka "0" hingga "9" sebelum akhirnya kembali ke angka "0" lagi untuk bagian pamungkas, akan menemani dokumenter berdurasi 1 jam 42 menit ini. Filmnya kemudian masuk ke dalam kehidupan Andriy dan mulai menemani kesehariannya. Kronologi yang Alina buat disini sangat mudah untuk dipahami, meski Ia tak memberikan narasi atau keterangan lokasi, mengingat begitu banyak tempat yang akan Andriy datangi nantinya. Dengan seksama, Alina mengatur irama dan pijakan awal dari sebuah makna tentang kehidupan sebelum akhirnya memperlihatkan secara terperinci ruang lingkup suatu peperangan ; Kita akan diajak melihat kamp perang dengan tank yang besar, prajurit-prajurit yang berbaris dan meneriakkan "kemenangan! kemenangan! kemenangan!" dalam masa latihan Mereka, juga warga sipil yang terkena dampak peperangan. Namun semua komponen tadi jauh dari ruang lingkup perang yang sebenernya, Alina tak memperlihatkan sedikitpun zona perang dan kengerian yang ditimbulkan olehnya. 

Ketelitian Alina dalam mengobservasi filmnya, tak hanya bercimpung pada masalah utama yang menjadi titik perhatian, disini Ia juga menangkap sub-plot yang menjelaskan berbagai lokasi dan situasi yang sedang Andriy datangi. Salah satu yang menarik perhatian adalah kehidupan penggembala kambing yang sedang memberi susu pada ternaknya; potret lainnya adalah kamp pengungsian di Irak serta sesi tata rias pengantin dan parade di Jerman. Semua kejadian ini direkam dengan sangat memukau dengan angle yang luas, monokrom, tajam dengan fokus close-up yang memberi arti lebih dalam terhadap filmnya. Thanks to cinematographer Vyacheslav Tsvetkov, bidikan-bidikan itu begitu sempurna.


Adapun arti dari judul filmnya yang begitu puitis; dalam salah satu adegan ketika Andriy mengunjungi pamannya untuk pertama kali di Irak dan terjadi pertemuan batin yang sangat menyentuh serta emosional, Ia berharap melanjutkan perjalanan ke tanah kelahirannya, Suriah untuk bertemu anggota keluarga lainnya. Namun jembatan penghubung antara kedua negara tersebut dibanjiri oleh hujan lebat yang tak kunjung berhenti, sebuah refleksi alam yang mencerminkan betapa sulitnya manusia untuk bisa bersatu dalam situasi peperangan, bahkan dengan kerabat meski jarak sangat dekat. Atau apakah memang sifat keji manusia dan saling menghancurkan satu sama lain adalah interpretasi lain dari judul film ini? Bahwa memang sampai kapanpun kekerasan tidak akan pernah berakhir? Bahwa perang dan perdamaian adalah dua kata yang saling bersimpangan, layaknya prolog film ini yang menampilkan ratusan tentara yang siap berperang (saling menyakiti) dan epilog nya yang menampilkan kerumunan masa yang sedang menselebrasikan cinta dan perdamaian.




Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj