Review Arwah Tumbal Nyai "Part Nyai" (2018) : Tak Beri Perubahan, Trilogi Horror Penyembahan Setan RA Pictures Makin Terbelakang #PengabdiNyai

Sutradara : Arie Azis

Penulis Skenario : Aviv Elham

Pemain : Ayu Ting Ting, Raffi Ahmad, Aqila Herby, Ayu Dyah Pasha, Jajang C. Noer, Tyas Mirasih, Otig Pakis, Rafi Haikal, Dewi Perssik, Zaskia Gotix

Genre : Horror





*Mengandung Beberapa Spoiler*


Bayangin, Lo capek habis kerja seharian, belum lagi siangnya Lo kehujanan setelah pulang setoran dari bank hingga kaos kaki dan sepatu Lo basah sampe-sampe harus Lo keringin pake hair dryer yang ada di store. Setelah menunggu lebih dari 5 jam dengan kondisi celana sebagian agak basah, Lo belum bisa pulang buat istirahat karena Lo punya blog review film yang harus Lo isi dengan post-post-an syit yang sebetulnya tak penting buat dijadiin referensi orang-orang. Iya, Gue harus tetep ngisi blog ini dengan tulisan panjang dan gak jelas kayak yang lagi Gue tulis sekarang, awalnya sih cuman buat ngisi waktu luang—soalnya buat Gue ngungkapin uneg-uneg setelah menonton film itu adalah sebuah keharusan—namun lambat laun setelah "keasyikan" ngeblog beberapa bulan, akhirnya kegiatan menulis review nyinyir kayak gini malah menjadi rutinitas, dari yang tadinya paling hanya 2 kali ke bioskop dalam sebulan, sekarang malah bisa sampai 8 kali, coba bayangin sesibuk apa Gue nulis tulisan kayak gini. Kamis kemarin bisa dibilang hari yang cukup menyebalkan buat Gue, ketika jadwal kerja tak memumpuni untuk menonton "One Cut of the Dead" yang sangat Gue antisipasi, pilihan pun hanya tertuju pada dua film horror lokal, "Arwah Tumbal Nyai : Part Nyai" dan "Wengi : Anak Mayit". Jujur, walaupun keduanya berada dibawah genre "setan-setanan" yang Gue cintai dengan sepenuh hati, bila merujuk pada selera sebetulnya Saya tak sudi untuk menonton keduanya, namun karena tujuan dari dibuatnya blog ini salah satunya untuk mendukung perfilman horror Indonesia, dengan sangat terpaksa dalam kondisi celana dan sepatu basah, Gue harus menonton salah satu film di atas. Pilihan pun kemudian jatuh kepada "Arwah Tumbal Nyai : Part Nyai", alasannya? tidak lain dan tidak bukan karena sebelumnya Gue sudah menonton "Part Arwah"-nya Zaskia Gotix, jadi lanjutan dari trilogi horror tiga daerah produksi RA Pictures dengan judul "Nyai" ini pun juga terpaksa harus Gue babad habis.




Melanjutkan kisah dari film "Arwah" dimana Kita akan diperkenalkan dengan karakter Rosmalina alias Ayu Ting Ting, petugas ticketing salah satu jaringan bioskop terbesar di Indonesia, dimana kala itu "The Secret : Suster Ngesot Urban Legend" sedang dalam masa now showing bersama "Sabrina" dan "Loving Pablo"-nya Fernando León de Aranoa. Beruntung, walaupun benang merah antara alur "Arwah" dan "Nyai" adalah bioskop dimana karakter Zaskia Gotix dan kekasihnya bertemu dengan karakter sentral dalam film kedua ini, Gue setidaknya bisa bernapas dengan lega ketika mengetahui tak ada penampakan Shakti Arora diawal film "Nyai", sebagai gantinya Kita akan melihat Rosmalina sedang menonton sebuah film dimana seorang wanita (yang juga diperankan oleh ATT) dan anaknya sedang diterror oleh sesosok makhluk halus, gangguan mengerikan (well, ini cuma sinopsis ya) yang sedang terjadi di layar bioskop pun berubah menjadi nyata ketika sosok hantu berkerudung putih tersebut tiba-tiba muncul di kursi sebelah kanan tepat di mana Rosmalina duduk, tapi tunggu dulu, kemampuan Arie Azis selaku sutradara dalam membuat penonton jantungan sudah terbukti sejak menit-menit awal, tanpa jeda yang sangat berarti, hantu berkerudung putih—selanjutnya Kita sebut saja sebagai hantu muka bubur kacang ijo basi—tiba-tiba muncul di kursi sebelah kiri karakter utama Kita, membuatnya ketakutan hingga Ia beranjak dari tempat duduknya dan bergegas pergi meninggalkan ruang pemutaran film, eitsss tunggu dulu... kata Arie sembari menggerakan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri, Arie kemudian mengatakan kepada hantu bubur kacang ijo basi itu untuk meraih kaki Rosmalina, adegan menakut-nakuti pun semakin intens ketika Arie tak punya ampun dalam urusan menampakkan dedemitnya, hingga terjadilah salah satu adegan paling dahsyat dalam pembukaan film ini. Duh, "A Quiet Place" mah kalah!. Gue tak habis pikir apa yang melandasi pikiran Aviv Elham selaku penulis skenario dengan menaruh paku di lantai teater bioskop hanya untuk merangsang rasa ngeri penonton, padahal jelas adegan tangan tertusuk paku itu tidak menimbulkan kesan sakit sedikit pun, bahkan sampai tidak kreatifnya Aviv dalam menulis, Ia sampai memasukkan adegan itu kembali dalam pertengahan film, hal bodoh yang seharusnya tak terulang kembali. Dari apa yang Gue lihat di pembukan filmnya saja, Gue sudah menduga bahwa "Nyai" akan jauh lebih membosankan dari film pendahulunya, lagi pula apa yang bisa diharapkan dari film produksi Raffi Ahmad yang dibintangi oleh Ayu Ting Ting? Nothing!

Kisahnya kemudian berlanjut ketika Rosma—Gue lebih suka panggilan ini ketimbang Lina, soalnya dulu Gue punya customer dengan nama ini, sumpah bawel banget—mengetahui bahwa ibunya, Naroh (Jajang C. Noer) meninggal dunia, menyebabkan dirinya harus rela meninggalkan pekerjaan demi merawat anak semata wayangnya, Nayla (Aqilla Herby). Padahal kalau Gue jadi Rosma, buat apa capek-capek kerja, tinggal minta saja duit bulanan sama Reno (Raffi Ahmad), pacar super perhatian, sok heroik, kaya raya, mobilnya saja Ferrari, rumahnya gedong, tak Ia tinggali pula, yah tapi namanya juga Rosma, pekerja keras gitu loh.
Tak lama setelah Rosma berhenti dari pekerjaannya, Dia kembali lagi bekerja atas saran bosnya, Firman (Rafi Haikal)—tim casting, plis deh!— juga atas dorongan tantenya, Dahlia (Ayu Dyah Pasha) yang mana membuat teman sepekerjaannya, Nessa (Tyas Mirasih) merasa senang. Kejadian-kejadian aneh belakangan ini memang sering terjadi, apalagi Rosma kini mengetahui bahwa Nayla diam-diam memiliki teman khayalan yang misterius. Bukan Jhansen bukan juga William dari Danur Universe, ialah Nyai, si hantu berkerudung putih dengan muka bubur kacang ijo basi yang sama memuakkannya dengan iblis-berdaster-hitam-bermuka-tepung-kaefsi dari film "Bisikan Iblis". Siapa Nyai? Dan apa latar belakangnya di dunia perdedemitan? Lupakanlah sedari Lo masuk ke dalam ruang pemutaran filmnya, karena Aviv Elham sendiri rasanya tidak ingin menyenggol soal masa lalu Nyai, lupakanlah juga kalau Lo ingin melihat perbaikan kualias atas film sebelumnya yang tampil begitu membosankan karena "Nyai" akan tampil lebih buruk, lebih busuk dan lebih menyiksa dibanding film pertamanya.

Hampir tidak ada yang bisa dinikmati dari hadirnya bagian kedua dari trilogi "Arwah Nyai Tumbal" ini, eh maksud Gue "Arwah Tumbal Nyai". Entah apa yang menyebabkan bagian "Nyai" muncul sebagai film kedua sampai melangkahi kata "Tumbal" yang ada ditengah-tengah judulnya, apakah karena bagian "Tumbal" akan menjadi pamungkas super dari trilogi hasil kolaborasi Arie-Raffi-Aviv ini? Well, Kita tunggu saja nanti di kuburan.




Untuk urusan cerita, jelas "Part Arwah" masih menyimpan setitik misteri walaupun tidak sedap untuk diikuti, dalam menjabarkan kisah "Part Nyai", Aviv hanya akan melakukan pengulangan dari film pertamanya—Btw, trilogi ini akan bercerita tentang perjuangan seseorang untuk bisa lepas dari kutukan dan terror makhluk halus akibat perbuatan leluhur mereka yang memiliki perjanjian dengan Iblis—dimana misteri dari terror hantu Nyai menjadi tak berguna untuk digali karena Aviv masih menggunakan struktur yang sama, si nenek meninggal kemudian muncul gangguan supranatural terhadap protagonis Kita, lalu Dia berusaha melepaskan terror tersebut melalui bantuan orang pintar. Diceritakan pula apabila ada seseorang yang berniat menghalangi sosok Nyai dalam melakukan tugasnya, Ia tidak akan segan membunuhnya. Termasuk tante Dahlia yang tak luput menjadi sasaran keganasan si Nyai, mengakibatkan Ia mati dalam posisi tertimpa lemari, kasihan sekali memang karakter yang dibintangi mbak Ayu Dyah ini, datang hanya sebagai pertanda bahwa selain hantu Nyai itu akan membunuh siapa saja yang menghalangi tugasnya, karakter yang Ia perankan juga hanya sebagai pemanis bahwa Rosma memiliki sanak keluarga, begitu pula dengan karakter yang diperankan oleh Tyas Mirasih, walaupun Gue tidak berharap lebih (sebetulnya sih pengen ngeliat karakter Doi juga mati) namun ternyata karakter yang Aviv berikan kepada Tyas hanya sebatas teman kerja yang mengucapkan selamat ulang tahun dan mengajak Rosma ke restoran saja, tanpa ada perlakuan lebih terhadap hubungan Mereka berdua padahal Aviv sendiri banyak menempatkan adegan sentral di tempat Rosma dan Nessa bekerja.

Melihat sederet kekonyolan dan kejanggalan yang bertubi-tubi muncul di film "Nyai" ternyata telah membuat film "Arwah" yang Gue tonton 2 bulan lalu itu terasa bagaikan sebuah masterpiece. Bila Lo punya pikiran, kayaknya semua orang dibalik layar film "Arwah Tumbal Nyai" akan intropeksi diri melihat kritikan pedas yang diterima oleh film pertamanya—mungkin saja Arie Azis akan memperbaiki kinerjanya, bukan hanya modal tampang "Occupation : Movie Director" doang di kartu tanda pengenalnya, atau produser Raffi Ahmad yang mungkin akan mulai memikirkan bagaimana filmnya laku di pasaran disetarai kualitas yang memumpuni untuk dinikmati, sedangkan dari departemen penulisan, semoga saja Aviv Elham sudah sadar diri untuk menulis cerita yang lebih berbobot ketimbang menjejali penonton dengan cerita yang asal comot—Lupakanlah! Lupakan, karena "Nyai" adalah contoh sebuah film yang dibuat tanpa ada  kecintaan terhadap sinema, sebuah film yang dibuat hanya untuk mencari pundi uang semata tanpa mencoba memperbaiki kualitas orang-orang yang terlibat di dalamnya.

"Arwah Tumbal Nyai : Part Nyai" tentu punya segudang kekurangan yang sangat menarik untuk dibahas, munculnya aki-aki (Otig Pakis) yang kini tampil lebih trendy, nongol di rumah Reno hingga masuk ke dalam bioskop tempat Rosma bekerja, penampakan hantu yang sangat memuakkan, lebih menyebalkan dibanding penampakan setan dalam "Part Arwah", lagu Nina Bobo "penggiring atmosfir" yang pantas ditertawakan, penulisan skenario tumpang tindih yang semakin malas, kembali hadirnya karakter menyebalkan dengan akting yang memuakkan (selamat untuk si cilik Aqilla, you've got it), dan dikembangkan se-ala kadarnya, juga adegan-adegan horror yang tampil sungguh menjijikan, setelah adegan yang terinspirasi dari filmnya mamah Sadako, adegan tertusuk paku ala-ala "A Quiet Place" hingga adegan dimana Nayla memberitahu kepada Rosma bahwa "ada sesuatu" di kolong tempat tidurnya—kalau Lo ingin melihat versi lebih mengerikannya, silahkan tonton film pendek "Tuck Me In"—semua tampil tanpa ada rasa yang kuat untuk menakut-nakuti, padahal film horror bukanlah soal bagaimana Elo memunculkan sosok hantu dengan frekuensi sebanyak-banyaknya dengan diiringi dentuman musik berisik sekencang mungkin, sebuah horror adalah proses dimana Elo membuat pikiran penonton menjadi kacau akibat terror yang dihadirkan sehingga dapat memunculkan perasaan tidak nyaman yang dapat membuat penontonnya meringis ketakutan.




Nampaknya otak Gue sudah 80% lebih terkena pengaruh keburukan film-filmnya Raffi yang muncul bertubi-tubi di tahun ini, sampai-sampai Gue bisa-bisanya menulis review ini dengan kata-kata yang cukup serius padahal film yang sedang Gue bahas ini sedikit pun tidak menunjukan keseriusannya untuk tampil (setidaknya) dalam kategori "film yang nyaman untuk ditonton sambil ngemil popcorn karamel". 
Dengan hadirnya "Arwah Tumbal Nyai : Part Nyai" sudah makin membuktikan bahwa RA Pictures memang production house yang menghasilkan film-film terbelakang, memang belum seidiot filmnya K2K atau kakanda Nayato, namun siapa tahu "Arwah Tumbal Nyai : Part Tumbal" yang dijadwalkan rilis tahun depan dan dibintangi oleh pelakon horror kacrut paling ternama di masanya, Dewi Perssik (Arwah Kuntilanak Duyung, Hantu Pacar Perawan) yang muncul tiba-tiba di kuburan Reno dengan mata kuning bersinarnya itu menandakan bahwa film pamungkas dari trilogi penyembahan setan ini akan semakin tak jelas bin aneh menggelikan.
Dua jempol ke bawah untuk #PengabdiNyai



Rate : 0/5

Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review Eden Lake (2008)

Review Mata Batin 2 (2019) : Film Horror Berisik Yang Mengusik

Review Homeward (Evge) (2019) — EOS 2020