Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Sutradara : David Chuang

Pemain : Vivian Hsu, Cheng Jen-Shuo, Chaster Wu, Francesca Kao

Genre : Horror






Mana destinasi favorit Elo untuk urusan horror-horroran? Benua Eropa atau Asia? Well, ketika bagian Eropa punya banyak orang sakit jiwa penghasil film sakit dan laknat, sebut saja "Srpski Film" dari negara Serbia, atau film-film bertema kanibalisme di daratan Italia—salah satu yang paling terkenal adalah "Cannibal Holocaust" karya Ruggero Deodato si Tuan Kanibal—memang menjadi alasan para horror junkie menjunjung tinggi horror-horror dari benua Eropa. Sadis, berdarah-darah dan seksi, tiga kata dari Gue yang mendeskripsikan bagaimana isi kebanyakan perfilman horror dari negeri-negeri jauh disebrang sana, walaupun tidak semua film horror Eropa bertemakan penyiksaan berdarah-darah (Spayol lebih mengedepankan kisah berhantu dengan atmosfir yang kuat) tapi dengan banyaknya negara penghasil film biadab yang didominasi oleh Prancis, Italia, Inggris, Irlandia, Norwegia juga Denmark, tentu film-film horror dari benua Eropa tidak jauh dari kata darah dan jeroan manusia yang membuat penikmat film sejenis menari-nari bahagia. Ketika Eropa mampu menginjeksi penonton dengan berbagai adegan tak berkeprimanusiaan; usus keluar dari mulut, kepala dibor hingga adegan potong tangan yang membuat penonton basah penuh cipratan darah, benua Asia dikenal lewat sosok hantu-hantuannya yang melegenda, membangun atmosfir creepy dari setting yang dihadirkan, film-film horror Asia memang bisa dibilang mampu membuat nyali ciut sampai Gue tak mau ke kamar mandi tengah-tengah malam, takut ketemu mbak Kayako yang tiba-tiba turun dari tangga. Walau tak melulu tentang hantu wanita berambut panjang—ada juga film horror Asia yang zombie-zombie-an; "Train to Busan" melesat kencang ketika dirilis dua tahun silam, film zombie terbaru dari Jepang "One Cut of the Dead" tampil begitu memuaskan dan patut disebut sebagai salah satu horror komedi tercerdas yang pernah dibuat (nanti bakal Gue review), bahkan Indonesia pun sudah mulai bermain dengan mayat-mayat hidup walaupun masih mengecewakan, salah satunya "Reuni Z". Masuk ke ranah monster ganas pemangsa manusia; dua film Korea dengan tema ini cukup menyita perhatian; "The Host" berada dalam daftar terbaik dari jenisnya dan "Monstrum" yang tampil berbeda dengan balutan periodnya, hingga merembet ke dalam genre gore berdarah-darah; Audition (Jepang), I Saw the Devil (Korea Selatan), Rumah Dara (Indonesia) juga film Hong Kong Category III sudah membuktikan bahwa Asia juga mampu tampil biadab—namun ketertarikan pada film horror Asia memang tak bisa dibantah terletak pada sosok astral dan urban legend yang menyelimuti filmnya. Setiap negara tentu memiliki urban legend tersendiri yang mampu membuat penduduknya bergidik kencang ketika kisahnya diceritakan waktu tengah malam, bila di Indonesia (juga Malaysia, dan kemungkinan Singapura) memiliki berbagai kisah tentang hantu Pocong dan Kuntilanak, Jepang dengan TekeTeke dan  Kuchisake-onna-nya, Taiwan juga memiliki berbagai urban legend yang sudah di-film-kan, salah satunya adalah "The Devil Fish" yang sedang tayang di beberapa jaringan bioskop di Indonesia.




Tak tahu menahu soal apa itu "The Devil Fish" awalnya membuat Gue sedikit bersemangat ingin mengetahui legenda ikan iblis macam apa yang sempat simpang siur di negeri Taiwan tanpa ingin mendapat banyak spoiler yang dapat mengganggu keasyikan menonton nantinya, namun setelah sedikit terkena rayuan setan akhirnya Gue mengunjungi si mbah gugel juga untuk mengetahui sedikit informasi tentang film arahan David Chuang ini, hasilnya? Mari kita sedikit menjabarkan penjudulan filmnya; di negara asalnya, film dengan tema ikan iblis ini memiliki judul asli "Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu" dengan judul internasional "The Tag-Along : Devil Fish". Lalu, apa yang dimaksud dengan " The Tag-Along" ini? "The Tag-Along" sendiri merupakan sebuah film horror Taiwan yang dirilis tahun 2015 silam yang juga diangkat dari kisah urban legend setempat tentang "si kecil berbaju merah", so apakah "Devil Fish" merupakan bagian dari franchise "The Tag-Along"? Adakah hubungan antara keduanya? Apakah harus menonton 2 seri "The Tag-Along" terlebih dahulu untuk mengerti cerita dari "Devil Fish"? Apakah nantinya si kecil berbaju merah akan berenang bersama si ikan iblis di dalam sungai? Well, pertanyaan-pertanyaan tersebut sempat mengganggu pikiran Gue sebelum menonton "Devil Fish" namun setelah kembali mengetahui bahwa "Devil Fish" merupakan prequel dari seri "The Tag-Along" Gue pun akhirnya menonton dengan menganggap "Devil Fish" sebagai sebuah film stand-alone.




Kita akan disodorkan dengan dua plot utama, pertama tentang seorang pendeta lokal bernama Lin Zhi Cheng (Cheng Jen-Shuo) yang memiliki kemampuan untuk mengusir roh jahat yang merasuki tubuh manusia. Suatu hari, temannya dari departemen kepolisian datang meminta bantuan agar Ia mengusir roh jahat yang telah memasuki seorang lelaki yang telah membunuh semua keluarganya dengan kejam. Dilain cerita, seorang pelajar Jia Hao (Chaster Wu) bersama temannya sedang mengerjakan sebuah film pendek berbau supernatural untuk keperluan lomba di sekolahnya, melihat keanehan yang terjadi pada lelaki yang telah membunuh keluarganya tersebut, Mereka berdua bersama-sama menyelidiki tentang pengusiran roh jahat (melalui media "menggoreng ikan") yang dilakukan oleh Master Lin. Nantinya "Devil Fish" akan berfokus pada perjuangan Master Lin dalam mengusir roh jahat yang merasuki lelaki tersebut dan kisah Jia Hao bersama ibunya (Vivian Hsu) yang kemudian diterror oleh ikan iblis yang lahir setelah penggorengan ikan iblis pertama berhasil.

"Devil Fish" layaknya film bertema urban legend lainnya sebenarnya memiliki kisah yang menarik untuk diikuti, namun kepercayaan Gue terhadap film ini seketika lenyap pada menit-menit awal ketika penggarapan yang dilakukan David Chuang ini tidak berhasil memikat rasa penasaran yang sudah menggrbu-gebu sejak awal, kombinasi efek CGI dan camera work yang terlalu cepat dan berlebihan terutama pada bagian pengusiran setan sudah menandakan bahwa ini adalah sebuah film horror murahan. Terlepas dari bagusnya color grading yang membuat aura filmnya menjadi semakin kelam, toh David Chuang hanya akan menakut-nakuti penonton lewat jump scare berisik yang membuat gendang telinga pecah. Dengan dua plot utama yang dihadirkan, David Chuang berusaha semaksimal mungkin agar penonton tetap duduk manis mengikuti kedua kisahnya; Master Lin dengan kehidupan "sakral"-nya, hanya ditemani oleh seorang anak lelaki (yang mempunyai kelebihan lewat mimpi-mimpinya) karena istrinya telah meninggal dunia dan Jia Hao yang hidup berdua bersama ibunya setelah keluarganya mengalami keretakan. Kehidupan Jia Hao memang akan lebih menarik untuk diikuti, dalam beberapa poin, David melakukan pendekatan yang mampu membuat Gue turut bersimpati pada kehidupan keluarga disfungsional ini, dalam urusan menakut-nakuti pun David mulai mampu menunjukan perbaikan ketika Ia mengkombinasikan rumah bekas pembunuhan dengan beberapa unsur penunjang yang membuat perasaan semakin tidak nyaman, salah satunya adalah penggunaan kantong kresek yang tertiup oleh angin, hasilnya pun adalah sebuah jump scare taik yang membuat badan ini terkaget-kaget. Namun, perbaikan yang telah David lakukan pada akhirnya kendor juga ketika film ini tidak mampu mempertahankan konsepnya dengan baik, memiliki kata "ikan" pada judulnya, lantas tak membuat "Devil Fish" akan bercerita sepenuhnya tentang "ikan", film ini telah berjalan terlalu jauh hingga rasa ketertarikan Gue pada filmnya pun semakin hilang ditelan oleh durasi dan sub plot "diluar dari ikan" yang silih berganti berdatangan, kombinasi antara kisah iblis mengerikan dengan berbagai macam unsur kultural dan ikatan batin yang terlalu dipaksakan (dan dilakukan berkali-kali terutama untuk keluarga Master Lin) telah memecah konsentrasi Gue dalam menonton filmnya.




"The Tag-Along : Devil Fish" tentu memiliki segudang potensi untuk menjadi tontonan yang mengerikan, namun dengan naskah yang terlalu bertele-tele hingga pada pertengahan filmnya sang bintang utama (read : ikan iblis) dimakan hingga lenyap—walaupun rohnya terpindahkan pada salah satu karakter—malah membuat "Devil Fish" kehilangan raganya dan keluar dari konsep yang dihadirkan. "Devil Fish" hanya terlihat menjanjikan dari konsep dan posternya saja, diawali dengan "ikan" namun berakhir dengan pertempuran CGI antara Dewa Macan dan sosok roh hitam jahat (Gue juga gak ngerti roh itu penjelmaan si ikan atau bukan), membuat "Devil Fish" menjadi film yang membingungkan dan membosankan, satu-satunya adegan menyeramkan dalam film ini justru jauh kaitannya dengan si iblis ikan, mengapa David Chuang harus jauh-jauh memasukkan karakternya ke dalam hutan sampai pasukan Master Lin kesurupan masal layaknya zombie kelaparan pada paruh akhir filmnya kalau bermain psikologis di dalam rumah bekas pembunuhan saja sudah cukup membangun rasa ngeri penonton yang melihatnya? Sejak awal film ini memang sudah salah jalan dengan dua plot utamanya hingga filmnya sendiri pun kebingungan untuk mengakhiri salah satu jalan utama ceritanya, adegan penampakan-penampakan setan dalam film ini hanya muncul untuk membuat kaget sekejap tanpa ada rasa lebih untuk "mencekik" penonton sampai ngompol ketakutan di celana, sungguh 2 jam yang terbuang sia-sia. Gue pun berfikir kembali untuk menonton 2 film "The Tag-Along" yang sebelumnya, lebih baik Gue nongkrong di warung lesehan Pak Maman dari pada menonton franchise horror Taiwan tentang legenda ikan iblis dan si kecil berbaju merah yang dalam seri keduanya telah mencetak rekor sebagai film horror Taiwan terlaris sepanjang masa.
Gurame goreng tepungnya satu dong bang!



Rate : 2/5

Comments

Popular posts from this blog

Review He's Out There (2018) : Slasher Pasaran Penuh Adegan Mendebarkan

Review Eden Lake (2008)

Review 13 the Haunted (2018) : Dari Pembuat Pocong 2, Adakah Setitik Harapan?

Review The Knight and the Princess (Al Faris wal Amira) (2019) — San Diego AFF 2020