Review Buoyancy (2019) — LPFF 2020

Sutradara : Rodd Rathjen

Penulis Skenario : Rodd Rathjen

Pemain : Sarm Heng, Thanawut Kasro, Mony Ros, Saichia Wongwirot

Genre : Drama

Negara : Australia


















***

This film screened at Luang Prabang Film Festival Laos 2020

***

Sebagai negara dengan mayoritas penduduk dan kebanyakan film yang Mereka produksi menggunakan bahasa inggris, sejarah Australia dalam kategori Best International Film Oscar (sebelumnya bernama Best Foreign Language Film) memang tidak begitu banyak. Dengan total 13 submisi film dari tahun 1996, perwakilan terakhir Mereka, "Buoyancy" (berbahasa Khmer dan Thai), yang dikirim untuk bertanding dalam Oscar 2020 kemarin (yang sayangnya tidak ternominasikan) adalah kisah pilu tentang human trafficking yang masih sering terjadi disebagian besar wilayah di Asia Tenggara.


Kita akan dikenalkan dengan Chakra, remaja yang menghabiskan waktunya sehari-hari (selain bermain) dengan membantu perekonomian keluarganya. Ya, disaat anak seumurannya mengejar pendidikan setinggi-tingginya demi masa depan, Chakra harus dihadapkan dengan kenyataan pahit menjalani kehidupan sebagai anak dari kalangan orang tidak mampu. Naas, bak jatuh tertimpa tangga pula, ketika takdir kehidupan tak berpihak kepadanya, hubungan Chakra dengan sang Ayah ternyata tidak berjalan dengan begitu baik. Selalu ada percekcokan dan kesalah pahaman, Chakra merasa bahwa dirinya berada di luar lingkaran kasih sayang keluarganya. 

Didorong oleh emosi dan amarah, demi kehidupan yang lebih baik, anak berusia 14 tahun itu melarikan diri dari rumah untuk mencari pekerjaan dengan harapan bisa mengubah takdir kehidupan yang Ia jalani saat ini. Ia pergi ke Thailand untuk bekerja sebagai nelayan di lautan lepas, sayang rencana tak selalu berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.


Menonton "Buoyancy" yang diangkat dari kisah nyata ini bukan hanya sulit untuk dinikmati dari segi narasi yang sudah dibuat sedemikian rupa oleh pembuatnya, realisme tiap tembakan gambar, adegan demi adegan mengalir dengan penuh kekuatan yang kelam serta menyedihkan sejak menit-menit pertama. Filmnya bahkan terasa seperti sebuah dokumenter, menandakan begitu alaminya konflik yang terbangun. 

Gue kira "Buoyancy" tak akan pergi sampai sejauh ini, dengan tema "mencoba untuk lepas dari kemiskinan", kisah Chakra yang diperankan dengan sangat baik oleh Sarm Heng dalam debut aktingnya itu berubah menjadi kisah yang tak mudah untuk diikuti. Setelah dirinya melarikan diri dan bertemu dengan calo tenaga kerja, Kita akan diperlihatkan dengan kenyataan bahwa kemiskinan yang menghambat pendidikan adalah salah satu penyebab bobroknya hati nurani. Yang kaya makin kaya, yang miskin terbodohi dan tak punya pilihan. Selain Chakra, puluhan orang lainnya dari berbagai usia mengadu nasib untuk "merantau" melalui jalur ilegal dan berujung masuk ke dalam lubang hitam perdagangan manusia. Dan inilah awal mula ke-horror-an "Buoyancy" dimulai.
 

Ada dua garis elemen yang menjadi tiang kuat untuk film ini ; adalah sebuah perjuangan orang-orang untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik, dipresentasikan di atas perahu yang mengapung di tengah lautan serta kisah pertahanan hidup Mereka demi bisa menghirup udara kebebasan atas ketidak adilan yang Mereka terima ketika mencoba mengubah takdirnya. "Buoyancy" berhasil mengaduk dua unsur ini dengan begitu indah namun juga mengerikan untuk ditonton. Antagonis utamanya menyebalkan, lebih tepat disebut sebagai bajing*n. Perlakuan yang Ia berikan terhadap pada korban perdagangan manusia ini sungguh keji untuk dilihat, intensitas konflik antar karakter terbangun kuat memuncak seiiring dengan terbentuknya amarah serta rasa putus asa, keinginan untuk melarikan diri dan melawan melewati kemampuan yang para korban miliki, semua emosi itu tergambarkan dengan baik dalam film ini. 

Lewat debutnya ini sang sutradara membuktikan bahwa kiprahnya masuk ke dalam industri tak bisa dipandang sebelah mata, dengan pemilihan narasi yang terasa begitu nyata, berisi pukulan sosial yang begitu menyayat hati, keras serta profokatif dipadu dengan tatanan sinematografi indah yang menyeimbangi kisah-kisah kelam yang ada di dalamnya, "Buoyancy" merupakan film yang penting, kuat ; sebuah refleksi mengerikan di tengah lautan yang mungkin tak pernah Kita ketahui sebelumnya.




Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj