Review Should the Wind Drop (Si le vent tombe) (2020) — EOS 2021

Sutradara : Nora Martirosyan


Penulis Skenario : Nora Martirosyan, Emmanuelle Pagano, Olivier Torres, Guillaume André


Pemain : Grégoire Colin, Hayk Bakhryan, Arman Navasardyan, Narine Grigoryan


Genre : Drama


Negara : Armenia








***

This film screened at Europe on Screen 2021

***





Dari sekian banyak konflik internasional yang kemungkinan dapat timbul, persoalan wilayah memang menjadi salah satu hal yang paling krusial. Pasalnya wilayah merupakan salah satu syarat terbentuknya suatu negara. Konflik atas kontrol wilayah dapat mencakup garis perbatasan maupun kendali keseluruhan atas teritorial tersebut. Karena nilainya yang sangat penting itulah, sebuah negara akan mempertahankan wilayahnya meski artinya harus ada peperangan. Perebutan wilayah inilah yang akan menjadi sentral cerita dari film debut arahan Nora Martirosyan berjudul "Should the Wind Drop" (Si le vent tombe). Mengambil latar belakang wilayah Nagorno-Karabakh, sebuah daerah yang diperebutkan oleh dua negara pecahan Uni Soviet yaitu Republik Armenia dan Republik Azerbaijan, Nora akan menyajikan kisah fiksi lewat kekuatan realita dari sebuah daratan yang diperbedatkan.



Secara de facto, Nagorno-Karabakh merupakan bagian dari negara Azerbaijan namun mayoritas penduduknya merupakan etnis asli Armenia, apa yang membuat premis ini menjadi menarik adalah adanya fakta bahwa wilayah perebutan dua negara ini memilih untuk mendeklarasikan kemerdekaannya sendiri menjadi sebuah Republik, namun tidak mendapat pengakuan dari anggota PBB dan kemudian menjadi negara yang tak ada dalam peta. Sedikit mengetahui tentang "Should the Wind Drop" akan membuat studi tentang film ini jauh lebih menarik.

Perebutan teritorial ini awalnya berlangsung dari tahun 1988 sampai 1994 kemudian kembali mencuat pada tahun 2020 lalu, tepat setelah film ini tayang pertama kali dalam Festival Film Cannes. Perselisihan antara kedua negara ini juga berakibat pada pengeluaran surat penghentian penayangan film ini di berbagai festival oleh Kementrian Kebudayaan Republik Azerbaijan. Namun alih-alih membentuk narasi tentang kebencian dan peperangan antar dua negara, "Should the Wind Drop" akan lebih memfokuskan diri pada impian atas kebebasan, pengakuan  dan keberadaan status dari wilayah yang tak dianggap dan terlupakan.



Filmnya akan mengikuti seorang insinyur dan author dari Prancis, Alain (diperankan oleh Grégoire Colin; "Beau Travail", "Pred doždot") yang bertugas untuk menilai kembali pembukaan bandara di ibu kota Stepnakert. Daerah ini berada cukup jauh dari pusat Azerbaijan (yang menjadi negara utamanya), dengan jarak tempuh menggunakan taksi sekitar 8 jam dari bandara terdekat di ibu kota Armenia. Selain tidak mendapat pengakuan secara internasional, letak daerah yang dikelilingi oleh hamparan daratan luas serta pegunungan membuat penduduk Nagorno-Karabakh juga terisolasi secara geografis, bandar udara itu adalah satu-satunya harapan penduduk akan kebebasan menuju dunia luar.


Tutur kisahnya tak hanya akan diceritakan lewat Alain yang mendapat rintangan tentang pekerjaannya ditengah konflik antar dua negara yang mengitari Nagorno-Karabakh dimana situasi bisa kembali pecah, Nora juga akan menggali perspektif lewat seorang anak bernama Edgar (Hayk Bakhryan) yang menjual air minum kepada penduduk lokal. Lewat kedua karakter ini, Nora menjabarkan kondisi Nagorno-Karabakh melalui sisi orang luar (Alain, dari Prancis, sisi internasional) dan orang dalam (Edgar, penduduk lokal).



Penceritaan yang terbilang lambat tak membuat "Should the Wind Drop" kehilangan sensasinya. Kisah yang dibuat bukanlah untuk menimbulkan emosi dan getaran atas situasi yang terjadi, pendekatan personal justru ditampilkan untuk menarik rasa simpati pada keseluruhan wilayah dan isinya. Kombinasi sinematografi dengan landscape memukau dengan iringan musik gubahan Pierre-Yves Cruaud yang menghantui, sudah tergambar jelas sejak filmnya dimulai, seraya melahap ceritanya yang merangkak, penonton diajak untuk mengeksplor keindahan dari Nagorno-Karabakh. "Should the Wind Drop" benar-benar mengesankan bukan karena adegan menit-menit awal yang sudah menghipnotis mata atau karena penutupnya yang berhasil menghantam perasaan. Keseluruhan isinya penting dan kontroversial, digambarkan dengan narasi menarik dan penuh harapan atas sebuah impian dari daratan yang mencari pengakuan identitas.


"Should the Wind Drop" (Երբ որ քամին հանդարտվի) / "Si le vent tombe" adalah perwakilan resmi Republik Armenia untuk Film Internasional Terbaik Oscar 2022.



Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj