Review Incident in a Ghostland (2018) : Pascal Laugier Kembali Dengan Torture Porn Sadis

Sutradara : Pascal Laugier

Penulis Skenario : Pascal Laugier

Pemain : Crystal Reed, Anastasia Phillips, Emilia Jones, Taylor Hickson, Mylene Farmer





Menonton film yang sangat diantisipasi seperti "Incident in a Ghostland" itu memang bikin pikiran kacau, apalagi buat yang sudah menonton film Pascal Laugier sebelumnya, "Martyrs" (2008). Ada rasa cemas sekaligus khawatir apakah filmnya akan sebagus "Martyrs" atau tidak. "Martyrs" sebenarnya bukan tipe tontonan bagi semua orang, beberapa akan sangat membenci filmnya dan sebagiannya lagi akan menganggap "Martyrs" sebagai sebuah tontonan biadab dan sangat tidak mudah untuk dilupakan. Gue sendiri adalah tipe penonton kedua, beberapa hari setelah menonton "Martyrs", pikiran gue masih berantakan, tidak bisa tidur dengan nyenyak dan selalu terbayang-bayang akan adegan-adegan yang ditampilkan, bahkan sampai detik ini. Lalu mengapa harus repot-repot mikirin "Incident in a Ghostland"? Padahalkan arahnya berbeda dengan film Pascal yang sebelumnya. Itulah yang ada dalam benak gue sebelum menonton "Ghostland", walaupun film ini sangat gue antisipasi tetapi sebenarnya gue minim informasi tentang film keempat Pascal ini.
Menonton "Ghostland" memang akan lebih mengasyikkan jika kita tidak tahu apa-apa soal filmnya, semakin minim informasi yang kita tahu maka "Ghostland" akan semakin menyenangkan.


Membaca judul dari review ini sendiri sebenarnya telah mengurangi keasyikkan menonton "Ghostland", jadi gue harap sebelum membaca tulisan ini ada baiknya kalian untuk menonton filmnya terlebih dahulu.
Tadi gue sempat bilang bahwa sebelumnya gue berfikiran bahwa "Ghostland" akan berbeda dengan "Martyrs", namun ternyata dugaan gue salah. Ini bukanlah sebuah film supernatural layaknya "The Conjuring" atau "The Grudge", dimana ada keluarga yang baru saja pindah ke sebuah rumah baru dan kemudian mendapat terror dari dedemit penunggu rumah tersebut, "Ghostland" bukanlah kisah soal "daratan berhantu". "Ghostland" akan menampar wajah penonton ditiap adegannya, terlebih ketika Pascal mengungkap twist-nya yang gokil itu.


Sepertinya terlalu berlebihan jika menyebut "Ghostland" sebagai sebuah film slasher, akan lebih tepat jika "Ghostland" disebut sebagai sebuah film home invasion, namun gue lebih suka jika "Ghostland" sendiri disebut sebagai sebuah film torture porn, sebuah genre yang melambungkan nama Pascal sebagai salah satu sutradara baru film horror yang patut diperhitungkan lewat karya terbaiknya tahun 2008 lalu itu.
Pascal kembali membawa wanita-wanita muda yang kemudian disiksa secara fisik dan psikologis untuk membuat penonton meringis ketakutan. Tidak sebejad "Martyrs" memang, film yang tayang secara terbatas di beberapa bioskop Indonesia ini akan sedikit lebih sopan memperlihatkan adegan-adegan berdarahnya, akan lebih memperhatikan penceritaan juga unsur ketegangan yang dihadirkan dibanding mengobral banyak adegan kekerasan.
Pascal tahu bagaimana cara membangun mood penonton, terlebih bagi orang yang menyukai "Martyrs" kayak gue ini. Ia kembali membuka filmnya dengan benturan keras, darah dan jeritan para karakternya. Tidak butuh waktu lama agar penonton hanyut dalam kisah yang disuguhkan, Pascal membuat konflik keluarga Pauline bersama kedua anak remajanya dengan begitu cepat namun bisa langsung menjebak penonton untuk berempati kepada salah satu karakter yang nantinya akan menjadi sasaran twist yang kemudian membuat gue malah jadi pindah haluan dan berempati kepada karakter yang lainnya.
Tanpa mengekspos adegan penyiksaan fisik yang berlebihan, tontonan sedikit-agak-kurang-sadis macam "Ghostland" mampu membuat perut cukup mulas, berbeda dengan film torture porn lain seperti "Grotesque", "Hostel" atau "Wolf Creek 2" yang dengan terang-terangan memotong bagian-bagian tubuh karakternya. Lewat "Ghostland",  Pascal lebih ingin membuat penonton merasakan rasa sakit dan penderitaan yang dialami oleh para karakternya yang disiksa secara fisik maupun mental, hal yang juga Ia lakukan dalam "Martyrs". Menggambarkan karakter utamanya sebagai wanita lemah yang hanya bisa bersembunyi, meringis kesakitan dan dibayang-bayangi rasa ketakutan, sesuatu yang jarang ditemui dalam sebuah torture porn dimana cerita yang dihadirkan bukan hanya sekedar untuk mengumbar adegan penyiksaan namun mampu membuat penonton hanyut dalam kisah yang dipertontonkan. Skenario yang Pascal tulis sendiri inipun memang masih mempunyai banyak kekurangan, akan ada beberapa pertanyaan yang bersarang didalam benak penonton setelah keluar dari bioskop, terlebih ketika penonton dipaksa untuk mencerna adegan yang bersifat realita dan adegan fantasi yang membuat gue sendiri sedikit kebingungan. Terlepas dari skenario yang masih belum sempurna itu, Pascal mampu membuat sebuah tontonan torture porn yang berbeda. Kadang gue sendiri merasa bosan melihat torture porn yang gitu-gitu-aja; menculik korbannya, membawanya ke tempat tersembunyi, kemudian disiksa hingga darahnya bermuncratan keluar. Gue memang menyukai film yang penuh dengan adegan berdarah-darah, tetapi melihat cerita torture porn yang seperti itu hanya membuat rasa kantuk datang dan malah tidak menimbulkan rasa sakit sedikitpun. Gue tahu jika inti film torture porn itu adalah penyiksaan, yang penting sadis titik. Namun, hal seperti itu telah dilakukan Koji Shiraishi lewat "Grotesque" yang malah jatuh pada rasa kekecewaan karena tidak adanya penggalian karakter yang lebih mendalam.
91 menit akan berlalu dengan cepat, terlebih jika kalian sangat menikmati "Ghostland" ditiap menitnya. Selain menghadirkan twist dan tusukan-tusukan menyakitkan, Pascal juga membangun rasa ketegangan lewat permainan hide and seek yang dibumbui dengan jump scare ala kadarnya yang membuat gue sedikit tertawa, tentunya juga membuat gue terkejut di bangku bioskop.


"Ghostland" sebetulnya tipe tontonan gue banget, film sadis yang bukan hanya sekedar mengumbar adegan brutal namun juga mempunyai niat untuk bercerita walaupun masih terasa sedikit berantakan, dibumbui atmosfir gotik dan jump scare yang timbulkan rasa kejut sesaat, "Incident in a Ghostland" masih tetap asyik untuk dinikmati kok, adegan-adegan sadisnya sudah masuk kedalam kategori "bangsat".


Rate : 3,5/5

Comments

  1. Banyak adegan kekerasan yg di potong kayanya, gak lulus sensor kpi :v Iya awalnya gue juga sempet bingung ama ceritanya di pertengahan film, tapi karna gue tipe org yg kalo nonton film fokus itu fokus apalagi di bioskop yg bayar wkwk no maen maen hape dan no bacot bacot club :v gue jadi paham ceritanya. Yg segini aja gue udah gak sanggup wkwk coba deh lu nonton film indo yg The Doll sama The Doll 2. Gue pengen tau pendapat lu soal itu film haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi kalopun ada yang disensor, menurut gue rapih sih, soalnya pas gue nonton fine2 aja apalagi pas adegan lehernya digorok juga diliatin
      Cerita oke banget, gue konek kok yang gak konek ke gue cuman pas Beth ada di pesta ketemu Lovecraft, itu kan adegan halusinasi tapi bikin gue bingung haha

      Waduh The Doll sama The Doll Part 2 engga rilis dvd orinya, sempet nyari bajakan sebelum Sabrina tayang, eh kualitas gambarnya buruk banget haha
      Lagian kata orang Sabrina yang paling bagus diantara film The Doll, laahhh Sabrina aja jelek gimana yang dua itu hahaha

      Delete
    2. Fix yg lehernya di gorok gue tutup muka wkwkwkwkwk itu di yg bikin gue bingung, gue kira itu real ternyata cuma halu wkwk

      Ada banyak darah darah nya terus menurut gue lebih sadisan The Doll dari pada Sabrina :v

      Delete
    3. Pauline digorok itu adegan real, kalo adegan halu itu yang diawal pas Pauline nusuk leher psikopatnya

      Delete
  2. Parah sih emang Ghostland, sempet ngeremehin film ini pas di menit-menit pertama. Palingan juga satu keluarga yang pindah atau pergi ke suatu tempat terus muncul deh hal" yang akan menganggu mereka.. Tapi pas nonton dengan serius jantung gue deg deg an banget apalagi pas tahu si Beth masih di tempat yang sama. Dia halu, rasanya gila gue. Scene sadis nya juga termasuk yang ringan sih, cuma cukup buat gue ngga akan mau tinggal atau singgah di tempat seperti itu. Sorry panjang.. 😉

    Terima kasih atas reviewnya 🙌🙌

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank you udah berkunjung 🙆 btw kayaknya Ghostland bakal masuk salah satu horror terfavorit gue tahun ini 😁

      Delete
  3. Ekes mamah2 muda,nonton film ghostland di tv kmrin malam sambil setrika bbrpa lembar baju,dari awal film aq juga ngeremehin,ahh palingan film hantu biasa,daannnn ternyataaaaa ,setrikaan ditinggalkan demi nonton ini film,aslii bagus tapi iyaa emg agak bingung waktu mau trakhir2 yg beth ada di pesta itu.Jadi yg mamanya peluk beth dan yg pesta itu bneran halunya beth yaa???hahaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah tayang di tv juga ya mbak, channel apa?

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review The Witch in the Window (2018) : Menyeramkan Dan Indah Di Waktu Yang Bersamaan

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review He's Out There (2018) : Slasher Pasaran Penuh Adegan Mendebarkan

Review Heretiks (The Convent) (2018) : Misteri Gereja Angker Yang Membingungkan Penontonnya

Review Polaroid (2019) : Adaptasi Gagal Dari Film Horror Pendek Seram