PSJ 2018 Review — One Cut of the Dead (2017)

Sutradara : Shinichiro Ueda

Penulis Skenario : Shinichiro Ueda

Pemain :
Takayuki Hamatsu, Harumi Shuhama, Yuzuki Akiyama, Kazuaki Nagaya, Manabu Hosoi, Hiroshi Ichihara, Shuntaro Yamazaki, Mao, Yoshiko Takehara

Genre : Horror, Komedi





Setelah review-review positif bersliweran memenuhi linimasa sosial media, bahkan Gareth Evans menyebutnya sebagai film yang benar-benar jenius, "say hello to your new favourite zombie film..." (WOW!) dan Ia sempat mengatakan bahwa film ini mendapat standing ovation selama 5 menit ketika tayang di Sitges Oktober lalu, bagaimana Saya tidak loncat-loncat kegirangan ketika tahu bahwa ada lagi film zombie komedi yang katanya benar-benar lucu. Saya pribadi tidak terlalu mempermasalahkan belakangan ini genre yang dipopulerkan oleh mendingang George A. Romero itu tampil lebih sering sebagai zomcom alias zombie oncom yang punya misi membuat penontonnya ngakak jungkir balik ditutug komedi-komedi splatstick penuh usus dan jeroan ketimbang menggiring penontonnya ke dalam ketegangan maksimal seperti film zombie yang telah Ia pionirkan. We love to be scared but sometimes, ditakut-takuti sembari menertawakan filmnya (karena filmnya lucu) adalah keasyikan tersendiri yang tak ada duanya, walaupun Saya tidak pernah merasa bahwa film horror komedi itu benar-benar menyeramkan selayaknya horror konvensional—kecuali pas Gue ketemu pocong dalam "Sumpah (ini) Pocong", menurut Gue sih masih serem haha—toh berkat kekonyolan yang tak terlupakan, beberapa film horror yang dikemas dengan balutan komedi (atau sebaliknya, whatever) masih menarik untuk ditonton dan bisa masuk ke dalam daftar film horror favorit versi Gue, "Braindead", "Slither" dan "What We Do in the Shadows" contohnya. Setelah tak bisa menonton "One Cut of the Dead" secara reguler akhir nopember lalu, keberuntungan nampaknya masih berpihak kepada Saya karena (thanks God) Saya masih diberi kesempatan untuk menonton film arahan Shinichiro Ueda itu di layar lebar ketika tayang dalam Pekan Sinema Jepang 2018 sebagai film pembuka festival tersebut, and POM! POM! POM! film ini memang benar-benar pintar membuat penontonnya kesakitan menahan tawa yang tak kunjung reda, seiring dengan bergulirnya durasi, semakin kencang pula film ini dalam mengocok perut penontonnya hingga kentut pun tak dapat ditahan, urat tawa putus sampai-sampai air liur penonton bangku sebelah muncrat seraya menyeru-nyerukan "ANJ*NG HAHA HAHA HAHA" sembari memberi tepukan tangan yang makin bergemuruh ketika kejutan demi kejutan terus ditampilkan, "duh perut Gue sakit, Gue udah gak tahan" adalah ucapan yang Saya lontarkan dalam penghabisan film ini, pertanda Saya sudah menyerah dengan ketololan yang filmnya tampilkan. "Kalau Gue itu ibu hamil 8 bulan kayaknya Gue udah brojol duluan!", kata-kata ini mungkin terlalu hiperbola, tapi tak ada kalimat lain yang bisa mewakili film low budget asal Jepang dengan judul asli "Kamera o Tomeru na!" ini selain brilian, gila, gila, GILAAAAA!!




Film dibuka di sebuah gudang bobrok yang terbengkalai, dimana Aika Matsumoto (Yuzuki Akiyama) harus menghadapi kenyataan bahwa kekasihnya, Kazuaki Kamiya (Kazuaki Nagaya) kini telah berubah menjadi mayat hidup dan akan memakan dirinya, pada titik ini, adegan pembuka "One Cut of the Dead" bisa saja menjadi adegan tragis tentang dua sejoli yang akan membawa film ini masuk ke ranah romantic zombie oncom seperti yang telah dilakukan oleh "Shaun of the Dead"... but CUT! ucap sutradara Higurashi (Takayuki Hamatsu), yang nampak kesal melihat akting Aika selalu berjalan tak sesuai seperti yang Ia harapkan, "Gue mau ketakutan yang nyata! Kenapa Lo gak bisa ngelakuinnya?!". Setelah itu Kita tahu bahwa adegan pertama dalam film ini merupakan syuting sebuah film bertema zombie apocalypse, lalu izinkan Saya memperkenalkan kru yang bertugas dalam proyek kali ini; Hiroshi Yamanouchi (Hiroshi Ichihara) sebagai astrada, Manabu Hosoda (Manabu Hosoi) si cameraman, Toshisuke Yamakoe (Shuntaro Yamazaki) si plontos dibagian teknisi suara dan Harumi "Pom!" (Harumi Shuhama) si make-up artis. Syuting nampaknya kurang berjalan lancar, sutradara dan pemeran utama juga nampaknya berada dalam hubungan yang kurang sejalan hingga adegan "kekasihku berubah menjadi zombie, dan Dia akan segera memakanku"-pun sudah mencapai take ke-42, yang mana membuat mood sutradara semakin panas dan gahar. Untuk mendinginkan suasana, istirahat memang dibutuhkan, namun tak berselang lama serangan zombie yang benar-benar nyata (IYA, NYATA, BUKAN AKTING) terjadi di depan mata, sutradara Higurashi akhirnya mencoba eksperimen "gila"-nya untuk membuat sebuah film zombie dengan merekam tanpa henti kekacauan apocalypse yang tengah terjadi untuk mendapatkan hasil film zombie yang natural tanpa dibuat-buat. Kini, para kru dan pemain yang terlibat dalam proyek Higurashi pun harus bertahan hidup melawan zombie-zombie sungguhan. Sound a little bit crazy, but shits are getting real in this abadoned water filtration plant.

Tanggapan pertama Saya terhadap film ini adalah sebuah kebingungan, dimana letak kelucuan yang orang-orang katakan? Ketika penonton wanita disebelah Saya terbahak-bahak melihat tangan buntung yang dilemparkan ke dalam gudang, Saya masih mencari-cari letak kelucuan film ini, "this is not scary and not even funny", Saya sempat berfikir apa jangan-jangan mbak-mbak sebelah Saya lagi pencitraan nih ketawa-ketiwi demi menghargai para pemainnya yang datang jauh-jauh untuk acara pembukaan Pekan Sinema Jepang? Walaupun Saya juga tak bisa menyangkal bahwa lucu atau tidaknya sebuah film komedi itu balik lagi kepada penontonnya masing-masing, ada kok yang bilang "Pocong Pasti Berlalu"-nya Nayato itu lucu (loh... kok ini malah nyerempet ke Nayato), yang namanya film itu memang relatif, tapi bagi Saya sendiri "One Cut of the Dead" itu (setidaknya tanggapan pertama Saya) sangat tidak lucu dan juga tidak seram. Well, low budget dari segala sisi, the blood, the sound and everything is not good. Saya juga sempat mengambil asumsi, apakah karena gaya one held camera seperti yang dilakukan film found footage macam "Rec"-lah, film ini kemudian diberi judul dengan embel-embel "One Cut"? apakah ini memang film found footage? Tapi kok si POV Kita enggak berinteraksi sama sekali? Kalau memang betul, jelas masih bagusan film zombie asal Spanyol kemana-mana.
.
.
.
.
.




But POM! Ueda kemudian memutar balik filmnya, mematahkan segala asumsi dan kebingungan yang penonton dapatkan di 37 menit pertamanya. Itu semua emang bener, semua pertanyaan dan pernyataan itu memang terlontar keluar dari otak Gue pas nonton "One Cut of the Dead" dalam 37 menit pertama, mungkin untuk Kalian yang punya harapan besar dan dikecewakan oleh film ini hingga walk out keluar dari bioskop, Elo salah besar, bung! "One Cut of the Dead" mungkin bisa dibilang salah satu film zombie terburuk untuk 37 menit pertamanya, walaupun Gue tidak bisa berbohong bahwa Gue menikmati transformasi Aika yang manis seketika berubah menjadi badass sambil membawa-bawa kapak, namun ekspektasi Gue yang tak tercapai, kegaringan serta teknis hancur sana-sini yang menyelimuti "One Cut of the Dead" jelas merupakan sebuah kekecewaan, terlebih bagi Mereka yang punya harapan besar terhadap filmnya.

Setelah serentetan adegan kucing-kucingan yang cukup melelahkan, "One Cut of the Dead" akhirnya menampar muka para penonton setelah melewati babak pertamanya, Gue tidak akan membeberkan bagaimana menggelitiknya "One Cut of the Dead" pada babak-babak selanjutnya karena menurut Gue membeberkan terlalu dalam film ini akan mempengaruhi keasyikan nonton nantinya. Babak pertama film ini boleh saja dungu dan busuk, sebusuk tampilan zombienya yang memalukan, namun ternyata udang dibalik batu itu memang benar-benar ada, kejeniusan Ueda dalam menyajikan tontonan zombie tak berotak lewat film ini ternyata jauh lebih busuk dari dugaan awal, simpan komentar pertama Lo untuk film ini karena "One Cut of the Dead" kemudian akan menampilkan kejutan-kejutan besar yang akan membuat penontonnya tercengang, bersorak sorai, bertepuk tangan sambil menertawakan segala kekonyolan unik dan menggelitik yang sukses membayar "penilaian awal" tentang filmnya.

Menonton film ini, rasanya Gue seperti telah dibodoh-bodohi, ketololan yang ditampilkan sudah melebihi ambang batas kejiwaan, sampai-sampai Gue tidak lagi memperdulikan zombie-zombie yang memalukan tadi. Tanpa usus terburai, tanpa bergalon-galon darah yang berceceran di lantai, tanpa melempari zombie dengan barang-barang seadanya dan tanpa serbuan maut ratusan mayat hidup yang mematikan, film ini telah menciptakan sebuah komedi satir yang begitu menghibur, menggelitik dan mencengangkan dengan sedikit sentuhan drama hangat tentang perjuangan, cita-cita dan keluarga yang akan membuat penonton tak percaya bahwa Mereka telah melihat film zombie segila ini. "One Cut of the Dead" adalah ketulusan atas kecintaan terhadap sinema, sebuah film yang sekali lagi mengantarkan talenta berbakat menuju gerbang kesuksesan berkat ke-kreatif-an-nya yang melesat tanpa batas, menghasilkan sebuah film cemerlang yang buat Gue pribadi tidak akan pernah terlupakan.




Pada awalnya Aku merasa khawatir akan proyek ini, tetapi pada akhirnya semua berjalan dengan lancar dan sesuai harapan. Arigatou Gozaimashita.



Rate : 4,5/5

Comments

Popular posts from this blog

Review The Tag-Along : Devil Fish (Hong Yi Xiao Nu Hai Wai Zhuan : Ren Mian Yu) (2018) : Legenda Ikan Iblis Di Taiwan

Review The Grudge (2020) : Kutukan Dendam Membara Yang Seharusnya Berakhir

7 Film Horror Indonesia Terburuk Tahun 2018

Review Eden Lake (2008)

Review Arwah Tumbal Nyai "Part Arwah" (2018) : Raffi Ahmad dan Rumah Produksinya, Generasi Baru KK Dheeraj